"Merasa menang, Jean?" Annelise tiba-tiba muncul dari sudut koridor, menghadang jalannya. Dahinya menukik tajam, sorotan matanya tampak keruh bercampur geram. Bisa jadi dia masih sakit hati atas kekalahannya kemarin. Senyumannya masih miring, dan sifat penuh percaya dirinya tak pernah pudar di mana pun dia berada. "Kau tahu saat itu aku sengaja mengalah padamu? Jangan senang dulu, masih ada tantangan selanjutnya. Jadi, lebih baik kau hati-hati saja."
Jean tersenyum manis, "Oh ya, terima kasih banyak, Anna. Kau mau mengalah demi aku. Baik sekali kau? Aku sampai tersanjung sendiri, jika saja kau enggak mengalah aku kalah begitu? Menurutmu? Semua mata telah melihatnya, Anna. Bukan kau yang menentukan. Kemenanganku justru buah baik hasil dari kebaikan."