"Khu…khu…khu." Blackwood cekikikan di sela-sela muntahan darahnya, matanya dibanjiri oleh darahnya sendiri, merembes dari sumber luka di kepalanya.
Bisa-bisanya dia masih tertawa di tiap jengkal rasa sakit yang menggelegak luar biasa. Tubuh Blackwood bagai daging yang teronggok lunglai, terdapat asap pekat berwarna putih melepuh keluar dari sekujur badannya.
"Kau kalah, Astraea. Aku selalu menang. Akulah pemenangnya. Kau mau menghancurkan artefak ini di dalam jantungmu, dan kita mati bersama-sama? Pergilah kau ke neraka sendirian, akulah pemenangnya." Blackwood cekikikan geli.
Tawa kepuasan penuh kemenangannya berderai.
Dahi Astraea menukik tajam, suaranya menggeram dan mendesis. "Lebih baik, kita mati bersama daripada aku harus menyerahkan putriku padamu. Meski nantinya aku tidak di sini bersama putriku. Kau tetap tidak akan pernah bisa menyentuhnya. Walau dengan cara apa pun, putriku sendiri yang akan membinasakanmu, Blackwood."