"Kau yakin mau ke Tigris?" Silas menekan pertanyaannya sekali lagi. Mata seretak kacanya berkilat ragu, diringkus oleh keraguan tak terperi. "Beneran mau?"
Jean mengangguk cepat, tersenyum penuh harap. Melipat tangannya di atas pangkuan Silas. Matanya berkilat cemerlang.
Silas mengelus puncak kepala Jean. Maklum, sejak kecil mereka dipisahkan oleh jarak dan dunia berbeda. Baru-baru ini mereka memperbaiki hubungan.
Jean tak malu bermanja-manja ria dengan sang ayah.
Padahal Silas berharap Jean berubah pikiran, berhari-hari telah lalu. Silas pikir Jean akan melupakan permintaan tak lazimnya satu ini.
Sekarang dia malah memintanya lagi. Rasanya Silas tak rela membawa Jean ke sana.