"Astaga, apa yang telah terjadi di sini?"
Elvana melongo, tercenung akibat dilanda syok hebat. Menyaksikan kehancuran tempat ini yang baru saja disapu oleh amukan Jean.
Lidahnya terlampau kelu untuk menggambarkan, betapa jantungnya berderap kacau. Elvana bahkan lupa caranya bernapas.
Lembah, bukit jadi saksi bisu kemarahan Jean yang menggila.
Air lautan lepas masih tersembur ke udara.
Bangkai-bangkai kehidupan laut mencemari samudera yang biasanya terlihat pirus itu.
"Ya ampun, Jean?"
Seolah langit pun ikut terbakar, butiran-butiran debu bercampur arang api sehitam jelaga berkelebatan di udara.
"Dia tidak jauh, masih disekitaran sini." Silas mendeteksi keberadaan kekuatan Jean sekaligus kepedihan batinnya. "Jean?!"
Silas melangkah lebih jauh, pandangan mata berkabutnya mencari-cari keberadaan Jean yang rasanya kian dekat.
"Jean?! Ini aku – Principal dan Elvana? Bisa kita bicara?"