Chapter 93 - Flashback

"Azael, jangan begitu! Kenapa sih, kau selalu saja bertingkah menyebalkan begitu?!"

Tawa anak-anak itu terpecah, menertawakan kegagalan juga kesendiriannya. Anak laki-laki yang baru datang dari dunia manusia yang dicemooh tak mampu atau satu-satunya yang tak punya kelebihan apa pun.

Sementara anak-anak lain begitu lincah memainkan pertandingan sepak bola menggunakan kekuatannya – Azael masih menggunakan kaki juga tangannya.

Tampaknya keadaan minoritas belum menguasai kekuatan, kelebihan atau kemampuan lain memang sangat terasa di kalangan anak-anak.

Mereka menyebut Azael Faulkner Draven dengan sebutan pecundang.

Hampir setiap hari dia habiskan dengan menyendiri, dari kejauhan atau memandang kosong ayunan di bawah pohon akasia, ke kerumunan anak-anak superior yang penuh ceria dan permainan hangat bersama teman-temannya.

Azael memang dikenal agak lamban dan lemah. Perkembangannya tak sepesat atau seantusias anak-anak sebaya lainnya.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS