"Ini sampel darah, Jean." Elvana muncul dari balik pintu kamar Astraea. Membawa botol kristal kecil bening yang berisi cairan hemoglobin pekat darah kental milik Jean. "Bagaimana kondisinya?"
Silas mengusap lembut kepala Jean, menerima botol kristal mungil itu. Di bawah temaram cahaya mentari siang yang berpendar, Silas meneliti darah segar itu di dalam genggaman tangannya. "Masih tertidur bagai seorang putri. Aku baru sadar, dia ini sangat mirip Astraea kala terlelap begini. Cantiknya, bulu matanya, bibirnya, hidung mancungnya. Batinku jadi ikutan damai memandanginya."
Begitu setia Silas mendampingi Jean, sepanjang hari, sepanjang malam, tanpa beranjak sedikit pun dari kamar besar itu. Yang dilakukannya hanya pandangi putrinya yang terlelap cantik di atas ranjang.
Sembari duduk di sofa kesayangan Astraea.
Sesekali berbincang sendirian. Berharap Jean mendengarnya.