Besok sore di ruang ekskul...
"Ehh Andi, kemaren dimana lu?" Tanya Kent dengan nada tegas.
"Umm... Bisa kujelaskan...". Balas Andi sedikit mengalihkan perhatian nya ke sekitar.
"Well, kalau emang ada urusan penting... aku gak paksa." Kata Kent dengan nada serius.
"Ok aku bicara...". Kata Andi.
"Jadi ceritanya, waktu itu kan sore jadi ada sunset. Sunset nya bagus. Tapi keburu ilang jadi aku ambil perlengkapan seni di gudang dan lukis di belakang lapangan sekolah." Andi menjelaskan.
Semua orang tampak biasa saja dengan penjelasan itu. Mereka takut jika Andi terkena masalah dan khawatir termasuk dua orang yang berdiri di belakang jendela.
"Kalau Andi kenapa-napa, entar member ekskul nya kena ikut juga." Kata seorang perempuan dari belakang dengan ekspresi senyum.
Seisi ruangan dipenuhi tertawaan.
Waktu berjalan berlalu... Nadine yang baru saja menyelesaikan kelas nya pun berjalan menuju ke ruang ekskul bersamaan juga dengan Ibu Desi.
Sesampainya di ekskul, Ia menyapa Kent & Andi. Nadine melihat ke arah jendela ekskul dan menyadari bahwa ada dua orang yang ia tidak kenali di ruang ekskul ini.
"Oh ya 2 orang ini-" Kata Kent melihat ekspresi bingung Nadine.
"Aku Keiko kelas 3 SMA, dan dia adik ku kelas 2 SMA, Katsuro. Kita kakak-beradik dan juga member di ekskul seni. Salam Kenal ya!" Kata Keiko.
Katsuro mengangkat sikut tangan nya dan menunjukkan pose salam kenal kepada Nadine.
"Aku Nadine, salam kenal juga!" Balas Nadine.
"Nah karena udah kenalan semua kita mulai aktivitas ekskul kita"
"Yeeee." Kata semua kecuali Katsuro.
Semua murid pun ditugaskan oleh Andi untuk membuat lukisan tentang kesan pertama tahun ajaran baru.
Nadine pun menanyakan ini kepada Keiko karena tidak terlalu mengerti tentang apa yang dimaksud.
"Jadi kesan pertama yang kamu rasakan itu kamu visualisasikan di lukisan mu. Contoh kamu merasa senang karena orang disini baik-baik, nanti bisa dilukisan kamu gambariin orang-orang itu sebagai simbol kebahagiaan Nadine." Kata Keiko menjelaskan ke Nadine.
"Ohh gitu ya, makasih." Kata Nadine berterimakasih.
"Haha, don't mind." Balas Keiko.
Semua orang pun mengerjakan lukisan nya masing-masing hingga 1 satu jam berlalu...
Mereka pun diminta untuk dipresentasikan satu-satu, yang dinilai bukanlah kualitas secara objektif tetapi perasaan seorang pelukis yang mengambar tersampaikan ke orang yang melihatnya. Ibu Desi juga yang akan menjadi penilai.
Dimulai dari Andi, ketua ekskul seni. Andi melukis bangunan sekolah dengan pohon yang daunnya bertebaran...
"Saya gambar ini karena saya melihat kalau ini tahun terakhir saya jadi ini bakal jadi tahun terakhir aku disini." Andi menjelaskan lukisan nya.
Ibu Desi memberi empat dari lima.
"Gambaran nya sangat kompleks, terlihat tidak kaku. Pemilihan warna nya juga relatif ringan yang menyesuaikan style Andi." Ibu Desi mengomentari lukisan Andi.
Selanjutnya, Keiko, wakil ketua ekskul seni. Keiko melukis ruang kelas nya yang ada tas, pensil, dan lain lain.
"Aku gambar ini karena aku suka kelas, disitu kita belajar bareng temen-temen bareng situ jadi asik disitu." Keiko yang menjelaskan konteks lukisannya.
"Ibu Desi memberi tiga dari lima.
"Di gambaran Keiko terlihat memberikan effort tinggi, detail yang terlihat jelas dari atribut seperti pencil, tas. Tapi kurang main perspektif jadi keliatan sedikit kaku." Ibu Desi mengomentari lukisan Keiko.
"Makasih atas komentar nya, Bu." Kata Keiko sambil membungkukkan sedikit kepalanya.
Selanjutnya, Katsuro. Katsuro mengambarkan orang depresi dengan pikiran yang pecah karena pikiran yang dipenuhi oleh tugas.
"Saya membuat lukisan ini karena kesan pertama saya dari sekolah adalah pusing, pr dimana-mana yang dimana membuat murid pusing. Aku ingin meyakini bahwa pr bukan segala nya melainkan aktifitas bebas yang kita minati masing-masing murid." Kata Katsuro menjelaskan lukisan nya dengan suara lembut.
Ibu Desi memberi empat setengah dari lima.
"Menurut saya sudah sangat bagus dari lineart yang sangat serius yang memberi tahu perasaan seorang pelukis nya itu sendiri tetapi emang terlalu simple mungkin kalau bisa tambahkan beberapa props yang cocok untuk lukisan ini biar lebih kompleks." Komentar Ibu Desi.
Selanjutnya giliran Nadine. Nadine yang ragu dengan karya nya yang dia anggap kurang cocok untuk ekskul seni. Nadine pun maju dengan perasaan yang gugup.
"Ja-jadi yang aku lukis ini te-tentang dua orang sahabat yang jalan bersama dengan muka senang di taman sekolah. Saya gambar ini karena ada waktu itu ada dua orang lewat di depan aku dan mereka sangat dekat & senang melihat mereka membuat sedikit tenang di sekolah ini dan aku juga suka taman di sekolah jadi gitu." Nadine menjelaskan karya nya dengan gugup, jantung nya rasa ingin lepas karena tekanan di ruangan itu.
Ibu Desi memberikan empat dari lima.
"Hmm... untuk kelas 10 seperti kamu ini sudah melebihi ekspetasi ku. Penggambaran nya sangat bagus apalagi warna cahaya matahari yang menyinar ke arah dua orang di taman yang membuat dua karakter terasa benar-benar merasakan seperti itu. Tetapi ya emang... gambaran tipikal ini... maksud aku style lukisan ini mungkin terlalu lebih ke arah manga..." Komentar Ibu Desi berusaha untuk tidak memberikan komentar negatif.
Nadine pun merasa sedikit sedih karena meskipun Ia mendapatkan empat tetapi komentar yang diberikan begitu besar efeknya bagi Nadine. Nadine pun duduk dengan perasaan campur aduk.
Yang terakhir Kent, Ace dari ekskul seni. Kent pun membawa canvas nya ke depan. Kent juga merasa gugup karena lukisan yang Ia gambar sangat berbeda dari yang lain.
Ketika lukisan itu ditunjukkan, semua orang pun terkejut termasuk Nadine.
"Lukisan yang saya gambar adalah seorang perempuan berambut panjang lurus, tinggi sekitar 160-an sedang duduk di kursi kelas di arah jendela dengan sambil merapikan rambutnya. Saya mengambil referensi dari Nadine sebagai model nya karena Nadine sangat menyesuaikan kriteria dengan apa yang perasaan saya. Tidak ada perasaan personal atau hubungan apapun." Kent menjelaskan lukisan yang begitu menawan.
Semua orang pun merasa bahwa ada yang aneh dengan lukisan nya Kent. Di lain kata Nadine merasa sangat takjub dengan hasil karya Kent.
"Bravooo...." Saut Keiko dengan ketawa kecil nya.
Yang lain mengikuti dengan tepuk tangan yang ringan dengan perasaan yang sama dengan Keiko Sedangkan Nadine memberikan sorakan meriah.
Ibu Desi langsung memberikan lima dari lima tanpa ada komentar.
"Gak bisa ngomong kalo aku beneran gambar Nadine..." Kata Kent dalam hati sambil menahan malu.
Seluruh orang mengetahui bahwa yang digambar Kent adalah Nadine itu sendiri karena terlihat terlalu mirip untuk sebuah referensi. Meskipun terlihat jelas, hanya Nadine tidak menyadari hal itu.