Ruang tamu keluarga Tian terasa begitu sunyi. Tidak ada yang membuka percakapan sama sekali. Semua yang ada di sana menutup mulut rapat, termasuk Eve dan juga Arkan. Keduanya hanya diam dan menunjukkan raut wajah yang berbeda. Eve hanya diam dengan kepala tertunduk, sedangkan Arkan menatap Tian dengan raut wajah serius.
Tian yang merasa penasaran dengan kedatangan Arkan pun mulai menarik nafas dalam dan membuang secara perlahan. Manik matanya menatap lekat ke arah Arkan berada, mengamati raut wajah tenang yang tidak berubah sama sekali.
"Sebenarnya ada perlu apa anda datang kemari?" tanya Tian, membuka percakapan lebih dulu. Rasanya sudah terlalu lama mereka diam, membuat Tian merasa penasaran.
Eve yang mendengar suara papanya pun langsung menutup mata. Jemarinya langsung saling bertaut, merasa cemas dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.