"Selesai," ucap Eve sembari menatap ke arah makanan di depannya. Bibirnya tersenyum lebar, merasa senang karena pada akhirnya dia bisa kembali memasak di dapur Arkan, menyiapkan makanan untuk pria itu.
Eve mengalihkan pandangan dan menatap ke arah pintu kamar yang terletak tidak jauh dari dapur. Sejak tadi, pintu itu tidak terbuka sama sekali. Padahal sudah cukup lama dia memasak dan menyiapkan sarapan, tetapi Arkan belum juga muncul dan menampakkan batang hidung.
Eve yang merasa terlalu lama menunggu langsung mendesah kasar. Dia mulai melangkahkan kaki, menuju ke arah kamar. Rasanya tidak sabar menunggu sang kekasih untuk sarapan. Selain karena mereka yang memang bangun kesiangan, Eve juga merasa tidak sabar untuk menunggu Arkan sarapan. Rasanya sudah terlalu lama dia tidak sarapan berdua dengan pria itu.