Hening. Semilir angin mulai menerpa tubuh ringkih yang saat ini sedang berdiri di balkon kamar. Tidak ada yang dia lakukan. Pandangannya bahkan terkesan kosong dan tidak fokus sama sekali. Sudah hampir satu jam dia di sana, mencoba merasakan embusan angin pagi yang begitu sejuk dan berusaha menenangkan pikirannya.
Namun, tidak sekalipun dia merasa tenang. Dia masih tetap merasakan kesedihan yang sama. Bahkan, satu hari sudah terlewati juga tidak membuat perasaannya membaik.
Sebenarnya kenapa aku begini? Kenapa aku malah merasakan sedih yang tak berujung? Sedangkan Kak Kenzo bahkan terlihat begitu tenang. Astaga, apa aku secinta itu sampai sulit melupakannya, batin Gisel dengan raut wajah sendu. Wajahnya masih sembab karena sejak kemarin terus menangis. Meski kali ini dia tidak mengeluarkan air mata, tetap saja dia merasakan sakit yang teramat.