Chapter 2 - Bab 2

Hari itu, Hellena sangat terkejut saat dia tahu jika kakaknya itu menjadi guru baru di sekolahnya. Namun, yang tidak dia sangka adalah Ardan menjadi wali kelasnya. Meskipun begitu, Hellena tidak bisa berkata apa-apa. Gadis itu merasa minder karena seorang guru wanita di sekolah itu dekat dengan kakaknya Ardan. Dia mendengar rumor jika ibu guru Rubby itu adalah seorang player. Hellena sempat kesal tapi tak dia tunjukkan. Dia berusaha tetap seperti biasanya dan menjalankan rutinitasnya dengan baik.

Hellena duduk termenung di depan jendela kelas mengingat semua hal yang membuat hatinya sedih. Belakangan ini, kebersamaan kakaknya dengan bu Rubby semakin intim. Saat itu Hellena dengan semangat membawakan buku tugas murid di kelasnya Ardan ke ruang guru, tapi ada hal yang mengejutkan dirinya.

Hellena menarik napas dalam dan membuangnya untuk merilekskan diri dan setelah itu dengan perlahan dia membuka pintu sambil menyapa, "Kak–Pak Guru, ini saya mau–" Hellena hampir saja memanggil Ardan dengan sebutan kakak di sekolah. Namun, dia malah terkejut saat pintu terbuka ia melihat Ardan sedang bercengkrama dengan ibu guru Rubby dengan tawa bahagia.

Bu guru Rubby yang melihat kedatangan Hellena langsung menyapa dan memberitahu pada Ardan jika muridnya datang.

"Hellen, masuklah.. Pak Ardan, itu dia membawakan buku-buku Bapak," ucap bu Rubby pada Ardan.

"Ohh, kamu sudah datang, taruh di meja situ langsung ya." Ardan menoleh sekilas pada Hellena dan kembali fokus pada bu Rubby. Dia tidak begitu peduli pada kedatangan Hellena dan mengacuhkannya.

Hati Hellen langsung menciut dan dia menundukkan kepalanya. Semangatnya menguap dan berjalan gontai menuju meja Ardan untuk meletakkan buku yang ada di dekapannya dengan perlahan. Setelah itu, Hellena berlalu keluar dari sana karena Ardan kembali melanjutkan obrolan yang sedang asikny bersama bu Rubby.

Saat pelajaran berlangsung pun, Hellena masih saja kepikiran akan hal itu. Meski Ardan kini berada di depannya, membayangkan keromantisan yang dia lihat waktu itu, Hellena ingin sekali menjambak rambut wanita itu.

'Dasar wanita jalang! Beraninya kamu merebut kakakku!' kesal Hellena sambil mengepalkan kedua tangannya saat Ardan sedang menerangkan materi di depan kelas. Gadis itu tidak terfokus pada pelajaran yang kini berlangsung karena otakknya sedang travelling. Pelajaran pun usai dan semua murid membubarkan diri dari kelas masing-masing.

Saat makan malam tiba, bu Ghina baru saja selesai menyiapkan makanan di meja. Semua sudah tertata rapi dan dia sedang menunggu kedatangan Ardan. Lelaki itu sudah di anggap seperti anak sendiri. Karena sejak kecil Hellena selalu bersama Ardan dan juga Ardan yang membantu semua mengurus Hellena yang sudah dia anggap adik kandung sendiri.

Suasana makan malam pun berlangsung seperti biasa penuh drama antara Ardan dan juga Hellena. Mereka selalu berdebat tak penting dan yang membuat gadis itu kesal saat ibunya malah membela Ardan ketimbang dirinya yang sudah jelas anak kandungnya sendiri.

"Helle jadi anak pendiam ya Ma, sekarang." Ardan menatap Hellen saat gadis itu sedang menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.

"Masak, sih?" ujar bu Ghina yang tak percaya akan ucapan Ardan barusan.

"Iya benar, Ma. Dia jadi gadis yang penurut," tutur Ardan menyudahi makan malamnya yang sudah ludes.

"Dia begitu karena ada kamu saja, Ar." Bu Ghina melirik ke arah Hellen yang sudah memasang busur panah pada tatapan matanya. Bu Ghina malah acuh tak memperdulikan jika Hellen tak suka pada ucapan yang mamanya katakan. Mama Hellen melanjutkan membereskan piring kotor sembari melanjutkan obrolannya bersama Ardan.

"Ma, aku pamit pulang ya, makasi buat makan malamnya." Ardan beranjak dari kursinya dan berpamitan pada bu Ghina.

"Biar ku antar, Kak." Hellen segera mengikuti Ardan.

"Sering-seringlah kamu main ke sini ya Ardan. Kita ngumpul-ngumpul lagi," sahut bu Ghina begitu Ardan sudah hampir sampai di pintu keluar.

"Iya, Ma."

Ardan memanggil bu Ghina dengan sebutan mama sama seperti Hellen memanggil mamanya. Ardan sudah terbiasa sejak dulu, Arda. dan Hellen kini berjalan beriringan keluar dari rumah menuju pangkalan ojek. Ardan adalah lelaki sederhana dan kemana pun lebih suka naik kendaraan umum atau pun ojek seperti malam ini.

Hellena kembali teringat akan masa kecilnya jika berduaan bersama Ardan seperti ini. Dia teringat saat masih di sekolah SD pernah berantem sama teman sekolahnya si Yurika, kini mereka di SMA satu sekolah lagi, hanya saja si Yurika yang dulu dan yang sekarang masih sama. Penampilan saja yang berubah.

Saat itu, lomba tujuh belasan sedang berlangsung, Hellen tidak mempunyai pasangan untuk melaksanakan lomba jalan.

Hellen di ejek oleh Yuri karena tidak punya teman, sementara Hellen tidak terima di perlakukan seperti itu oleh Yurika. Mereka pun bertengkar, tapi Ardan yang sedari tadi memperhatikan langsung segera bertindak. Karena mereka masih kelas satu SD, sementara Ardan yang baru saja tamat dan masuk ke SMP langsung melerai mereka.

Demi menyenangkan hati adik angkatnya, Ardan pun ikut lomba menjadi pasangan Hellen dengan mengikatkan tali di kaki Hellen di sebelah kanan dan kaki Ardan sebelah kiri. Mereka harus kompak melangkahkn kaki agar bisa seimbang.

Usai dengan kegiatan lomba, Hellen tampak murung, Ardan pun mencoba membujuknya. Namun, Hellen adalah anak yang keras kepala. Dia melihat teman-teman yang lain di bawakan bekal makan siang oleh ibu mereka masing-masing membuat gadis kecil itu cemberut.

Ardan yang paham akan sikap Hellen, ia segera mengambil bekal pemberian dari ibu Hellen dan sengaja ia simpan.

"Ini bekal dari ibu mu. Ayo kita makan, jangan bersedih, ya." Ardan membujuk Hellen dengan menunjukkan makanan hasil masakan bu Ghina.

Hellen pun senang dan matanya berbinar melihat menu yang di sajikan oleh mamanya. Mereka menikmati makan siang bersama dengan riang gembira.

Tanpa terasa, kini Ardan dan Hellen sudah sampai di pangkalan ojek.

"Kakak pulang dulu, Helle." Ardan mengusap puncak kepala Hellen sekilas.

"Hati-hati di jalan ya, kak." Hellen tersenyum tipis.

Hellen berjalan kembali ke arah rumah setelah Ardan sudah mendapatkan drivernya. Dalam perjalanan menuju ke rumah, Hellen kembali melamunkan masa silamnya yang bahagia menjadi Hellen kecil. Naik ayunan bersama dengan Ardan serta tertawa bersama membuatnya ingin mengulang masa-masa itu.

"Aku mencintaimu sejak dulu kak. Tapi sekarang rasa itu hanya aku yang memilikinya, tanpa kau ketahui." Hellen berbicara dalam hatinya dengan tatapan kosong. Kakinya terus melangkah hingga ia sampai kembali di rumah.

Hellen pun istirahat dengan tenang agar keesokan harinya Hellen bisa memulai aktifitas di sekolah dengan pikiran yang lebih fresh. Dia selalu berdoa agar di masa yang akan datang bisa hidup bersama cinta pertamanya dengan bahagia.