Brugh ...
Seorang laki-laki terjatuh ke tanah. Tubuhnya tergelatak di tengah-tengah berkecamuknya perang antar dua kerajaan, Kerajaan Victoria dan Kerajaan Cassaze. Perlahan ia membuka kelopak matanya. Saat ini matanya belum bisa melihat dengan jelas, karena banyak debu yang berterbangan di sekitarnya.
Laki-laki itu mengangkat tangan kanannya, lalu mengarahkan pada kedua matanya. Ia mengucek-ngucek matanya, agar bisa melihat dengan jelas. Setelah beberapa kali kucekan, akhirnya ia bisa melihat dengan jelas.
Betapa terkejutnya laki-laki berambut hitam gondrong, hidung mancung, bola mata hitam, dan kulit sawo matang. Ia tidak tahu berada di mana sekarang. Matanya melihat banyak sekali prajurit saling mengayunkan pedang dan tombaknya masing-masing.
"A-aku berada di-di mana ini?" tanya sang laki-laki pada diri sendiri.
Seorang prajurit yang sedang bertarung tiba-tiba melihat laki-laki yang tergeletak di tengah-tengah perang. Ia terkejut siapa laki-laki tersebut. Buru-buru ia menebaskan pedang pada lawannya. Kedua kakinya berlari ke arah sang laki-laki yang sedang tergeletak itu.
Sang prajurit langsung meraih tangan kanan sang laki-laki. Ia mengajaknya untuk pergi dari sini. "Di sini terlalu berbahaya untuk anda, Tuan Muda," ucapnya dengan terburu-buru.
Laki-laki ini terkejut mendengar dirinya dipanggil Tuan Muda. Siapa ia sebenarnya? Ia tidak ingat tentang apa pun sama sekali. Pikirannya hanya mengingat kalau ia ini seorang siswa SMA.
Saat ini, kedua kakinya hanya bisa berlari mengikuti seorang prajurit yang membawanya entah ke mana. Rasa takut dan khawatir begitu ia rasakan.
Selama pelarian menjauhi perang antar kedua kerajaan ini, tangan kanannya secara tidak sengaja menyentuh rambutnya. Ia baru menyadari ada yang berbeda dengan rambutnya, untuk memperjelas semuanya, ia menyentuh seluruh bagian tubuhnya, kecuali bagian burungnya.
Sang prajurit berhenti di balik pohon pohon besar. Daun-daun yang lebat di pohon ini membuat mereka berdua tidak terlihat oleh prajurit-prajurit yang sedang mengayunkan pedangnya masing-masing.
Sang prajurit berusaha untuk tetap tenang. Sebetulnya ia tidak berani berbicara dengan laki-laki di depannya. Ia berusaha mengambil napas dalam-dalam, lalu mengeluarkannya dengan pelan-pelan. Setelah itu, ia memberanikan diri untuk bertanya.
"Tuan Muda ... mengapa anda ada di sini? Di sini terlalu berbahaya untuk anda."
Sang laki-laki kebingungan. Mengapa ia dipanggil Tuan Muda oleh prajurit ini? Ia balik bertanya, "Tunggu sebentar. Memangnya aku ini siapa?"
Sang prajurit tercengang mendengar pertanyaan laki-laki berambut gondrong ini. Mengapa ia bisa balik bertanya begitu. "Mohon maaf, Tuan Muda. Apakah anda sedang sakit? Atau anda-."
"Sudah cukup! Jawab siapa aku sebenarnya?" potong sang laki-laki menyuruh sang prajurit untuk menjawab pertanyaannya.
Sontak sang prajurit langsung menjawab, "Anda ini adalah Akamichi Sakurai."
Sakurai terkejut mendengar nama marganya berubah. Dia menggelengkan kepalanya dengan cepat, lalu berhenti dan berkata, "Tunggu sebentar. Bukan, bukan, bukan ... aku bukan Akamichi Sakurai, tapi Akimaru Sakurai."
"Tidak! Anda ini Akamichi Sakurai. Putra ketiga Raja Victoria ke X," tegas sang prajurit meyakinkan Sakurai.
Sekarang Sakurai hanya bisa pasrah dengan keadaan sekarang. Dia tidak menyangka dengan jawaban sang prajurit. Sebenarnya apa yang telah terjadi padanya? Tiba-tiba saja pikirannya mengingat tentang kejadian di dimensi lain. Di sana ada sebuah bayangan hitam. Setelah itu, dia tidak mengingat apa-apa lagi.
Sebuah tangan melambai di depan Sakurai. Sakurai segera menepisnya dengan cepat. "Apa-apaan kau ini," ujarnya sambil melirik ke arah sang prajurit.
Sang prajurit segera meminta maaf. Ia mengira Sakurai sedang melamun. Kenyataannya emang dia sedang melamun, memikirkan apa yang telah terjadi padanya.
Sakurai meminta sang prajurit untuk memperkenalkan dirinya.
Tidak tanggung-tanggung sang prajurit berdiri tegak, lalu memperkenalkan dirinya dengan tegas, tapi dengan suara sedikit rendah. Ia bernama Satoshi, seorang prajurit infanteri Kerajaan Victoria.
"Satoshi apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya seorang prajurit, yang tiba-tiba muncul di belakang Satoshi.
Satoshi terkejut, begitu juga dengan Sakurai. Kompak keduanya melirik ke arah sumber suara. Lebih terkejutnya seorang prajurit yang bertanya pada Satoshi. Ia tidak menyangka seorang putra dari Raja Victoria ke X ada di sini.
Buru-buru prajurit ini membungkukkan tubuhnya sebagai tanda menghormatinya. Kemudian ia bertanya pada sang putra Raja Victoria X. "Mengapa Tuan Muda berada di sini?"
Lagi-lagi panggilan Tuan Muda, membuat Sakurai risih. Dirinya merasa tidak nyaman dengan panggilang tersebut. Akan tetapi, apa yang telah terjadi pada dirinya. Di sini terlalu berbahaya bagi dirinya yang masih muda. Suara benturan antar pedang dan ledakan bom begitu terdengar dengan jelas oleh telinganya.
Prajurit yang baru saja datang itu menyuruh Satoshi untuk membawa putra ketiga Raja Victoria X ke tempat aman.
Satoshi menganggukkan kepalanya sambil berkata, "Baik, Kapten! Aku akan membawa beliau ke tempat aman."
Tanpa menunggu lama-lama, Satoshi meraih tangan kanan Sakurai. Dia menyuruhnya untuk mengikutinya dari belakang. "Kita akan pergi dari sini, Tuan Muda."
Sakurai menganggukkan kepalanya. Ya, dia lebih tidak berada di ini, karena di sini cukup berbahaya bagi dirinya. Dirinya segera berdiri dan melangkah dengan cepat mengikuti orang bernama Satoshi dari belakang.
Perasaan was-was di dalam dirinya, membuat Sakurai beberapa kali terjatuh ketika sedang berlari ke tempat aman. Satoshi beberapa kali membantu Tuan Muda bangun. Dirinya merasa ada yang aneh dengan putra ketiga Raja Victoria X ini.
"Tidak ku sangka Tuan Muda akan sepayah ini. Ada apa dengan dirinya?" tanyanya dalam hati sambil melirik ke arah Sakurai.
Brugh!
Lagi-lagi Sakurai kembali terjatuh ke tanah. Ya, dia belum terbiasa berlari di tempat seperti ini. Banyak sekali pohon-pohon yang berdiri kokoh. Selain itu, akar-akarnya menjalar dengan ukuran besar. Sehingga kedua kakinya mudah sekali tersangkut.
"Apa Tuan Muda tidak apa-apa?" tanya Satoshi khawatir.
Sakurai menggelengkan kepalanya. Dia berusaha tetap terlihat kuat dan tidak apa-apa. Dirinya kembali mengajak Satoshi untuk kembali berlari. "Apakah jaraknya masih jauh?"
Satoshi menggelengkan kepalanya sambil menjawab, "Tidak, Tuan Muda. Jaraknya sekitar lima kilometer lagi."
Sakurai cukup terkejut mendengarnya. Bagaimana bisa jarak sekitar lima kilometer tidak terlalu jauh.
Kemudian Satoshi menawarkan dirinya untuk menggendong Sakurai dengan alasan daripada jatuh teus ke tanah.
Kedua pipi Sakurai tiba-tiba berubah seperti kepiting rebus. Buru-buru menggelengkan kepalanya dan menolak tawaran Satoshi dengan halus. Dia tidak ingin dirinya terlihat payah di depan prajurit ini.
"Ternyata anda ada disini, Putra Ketiga Raja Victoria X," ucap seseorang yang muncul di belakang Sakurai.
Sakurai dan Satoshi terkejut. Kompak mereka berdua melirik ke arah sumber suara. Siapa sangka orang ini turun dari langit. Dua sayap hitam melebar di kedua punggungnya. Wajah tertutupi oleh sebuah topeng burung gagak. Mulutnya terlihat tersenyum.
"Akhirnya aku bisa memenuhi tuanku." Orang bertopeng merasa senang, karena bisa menemukan sang putra ketiga Raja Victoria X.