Chereads / Cinta dan Harapan Tak Sejalan / Chapter 1 - Awal mula

Cinta dan Harapan Tak Sejalan

PandaMaiden
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 1.5k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Awal mula

Prolog

Suasana pagi hari yang cerah di lingkungan sekolah dan terlihat masih belum ramai. Siswa dan siswi berjalan dengan santai menuju kelas masing-masing sambil mengobrol ringan dan di selingi canda tawa.

Suasana kelas yang masih sepi dan hanya ada Hellena seorang yang baru sampai di kelasnya. Tubuhnya yang lelah membuat Hellena tidak bersemangat, dia pun menarik kursi dan menepuk pelan meja guru agar terhindar dari debu. Hellena mulai menempelkan kepala ke permukaan meja dan memejamkan mata.

Senda gurau dan wajah ceria terpancar dari wajah Hellena yang sedang berjalan bergandengan tangan bersama Ardan. Pria tinggi dan berhidung mancung yang terlihat tampan dengan kaca mata serta senyuman yang memikat hati. Tutur katanya yang lembut selalu membuat Hellena merasa nyaman bersama Ardan, lelaki yang selalu menemani Hellena dari kecil hingga saat ini.

'Aku kira kamu adalah belahan jiwaku, nggak ada yang lebih baik darimu.'

'Tapi, semua yang aku rasakan padamu sepertinya hanya angan belaka. Harapanku untuk bersamamu nyatanya hanya mimpi. Cinta itu busyit, omong kosong!'

"Heii, kamu di sini rupanya dek, Helle!" tegur Ardan yang tiba-tiba sudah masuk ke dalam kelas dan menghampiri Hellena, gadis itu pun tersentak dan segera berdiri menyambut kedatangan gurunya.

"Kakak!" Hellena tertunduk malu. Wajahnya bersemu merah kala melihat wajah tampan Ardan dari jarak dekat.

"Hahaha, pak guru! Jangan panggil kakak kalau di sekolah." Ardan terkekeh mendengar panggilan yang biasa di gunakan oleh Hellen pada dirinya sama seperti di rumah.

"Pak guru juga jangan panggil aku adek kalo di sekolah," gerutu Hellen.

"Oh, ya! Aku kan udah terbiasa dari kamu kecil selalu panggil adek," terang Ardan tak ingin mengalah. Suara ketukan pintu pun terdengar samar di luar kelas.

"Yaa! Ak–" Hellena mengatupkan bibirnya begitu mendengar suara seseorang yang datang.

"Selamat pagi pak, Ardan," sapa seseorang dari luar kelas yang ternyata bu Rubby datang dengan membawa berkas di tangannya.

"Eh! Bu, Rubby ... ada ap-apa, ya?" Ardan terbata ketika menyahut panggilan dari bu guru Rubby. Dia pun segera menghampiri wanita gebetannya dengan salah tingkah.

Hellena tertunduk melihat bu Rubby yang tersenyum manis ke arah Ardan. Bu Rubby pun menyapa Hellena dengan ramah.

"Selamat pagi, Hellena." Bu Rubby menatap Hellena dengan senyumnya yang membuat Ardan malah menjadi gugup.

"Selamat pagi bu guru," balas Hellen canggung.

"Ada apa ya bu Rubby?" tanya Ardan dengan ramah.

"Oh, ini berkas bapak tertinggal di meja dan saya bawakan sekalian lewat," balas Rubby dengan dengan semangat. Mendengar Ardan dan Rubby mulai mengobrol dan mengacuhkannya, dia pun berjalan gontai keluar dari ruang kelas. Saat berjalan, Hellena tidak memandang kedepan dan malah menabrak seseorang yang dia kenal.

"Kenapa?" tanya lelaki yang di tabrak oleh Hellena dengan datar, Hellena pun mendongak untuk memastikan siapa orang yang dia tabrak.

"Nggak ada!" acuh Hellena begitu mengetahui jika lelaki itu adalah Alvero.

"Wajahmu nggak bisa bohong," ucap Alvero sembari menatap ke dalam ruang kelas Hellena yang terdapat bu guru Rubby dan pak Ardan tetangga sekaligus kakak angkat Hellena.

"Tauk ah! Gelap." Hellena berlalu dengan wajah masam. Alvero yang memang sudah paham akan situasi yang di alami oleh Hellena pun merasakan hal yang sama. Rasa cemburu melihat orang yang di cintainya diam-diam terlihat begitu dekat dengan orang lain membuat batin Alvero bergejolak. Ingin rasanya bersuara tapi apa daya. Bu Rubby yang mengetahui jika Alvero menyukainya pun semakin menjadi-jadi untuk memanasi hati Alvero.

***

Di belakang gedung sekolah, Hellena menyandarkan tubuhnya ke dinding dan menatap dedaunan pohon yang ada di sekitar. Tak kuasa rasa hatinya mengingat setiap obrolan yang terdengar olehnya sebelum meninggalkan kelas. Perih, itulah perasaan yang terukir di hati Hellena saat ini.

Tak berapa lama, Alvero pun datang menghampiri Hellena dan menggenggam tangannya dengan lembut membuat gadis itu tersadar dan langsung memeluk tubuh Alvero dengan erat. Terasa sakit menusuk jiwanya begitu bayangan keceriaan wajah lelaki yang dia puja terlihat malu-malu bertemu dengan orang yang di sukai. Ardan–lelaki yang menjadi penyemangat hidup Hellena sejak kecil telah menjadi pria dewasa dan kini sudah mengenal cinta tanpa peduli jika Hellena menyimpan rasa padanya. Hellen yang sudah tak kuasa menahan sesak pun menatap wajah Alvero yang sedari tadi memperhatikannya. Apa yang di rasakan oleh Hellena pun Alvero juga merasakannya.

Alvero perlahan meraih wajah Hellena dan mengusap pelan wajah gadis di hadapannya. Mata Alvero terlihat sendu karena perasaannya yang tertahan sama seperti Hellena. Dia pun mulai mendaratkan bibirnya pelan pada bibir Hellena dan mulai meresapi perasaannya pada bu Rubby. Hellena pun tak menolak dan membalas apa yang dilakukan oleh Alvero terhadapnya. Dia menikmati setiap sentuhan yang di berikan oleh Alvero karena dalam pikirannya hanya ada wajah Ardan hingga napas mereka mulai habis. Mereka berciuman saling melampiaskan perasaan cemburu masing-masing yang terlihat aneh. Mereka malah mirip seperti pasangan kekasih bukan sekedar teman biasa.

"Hahh... hahh." Hellena menarik bibirnya dan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Wajah keduanya terlihat bersemu merah dengan pikiran masing-masing yang berkecamuk di kepala mereka.

Di ruang kelas, pelajaran sedang berlangsung. Kursi tempat biasa Hellena duduk terlihat kosong dan sudah di pastikan oleh Ardan jika gadis itu membolos di jam pelajarannya.

Ardan tetap fokus dan melanjutkan materi dengan tenang meski dalam lubuk hatinya mengkhawatirkan gadis itu.

Sahabat Hellena pun menatap ke arah tempat yang sama dengan sang guru. Ocha menghela napas panjang memikirkan sang sahabatnya yang sedang dilanda asmara yang tak terbalas. Hatinya ikut merasakan nyeri begitu bayangan kesedihan Hellena terlintas dalam benaknya. Dia pun mengepalkan tangannya dengan erat hingga pena yang sedang berada dalam genggamannya menjadi korban hawa panas dari hati seorang Ocha.

***

Hellena dan Alvero pun kembali ke kelas mereka masing-masing saat jam istirahat usai. Suasana hati sudah mulai tenang meski tidak membaik dengan sempurna. Senyum cerah tetap di pancarkan saat bertemu dengan teman bahkan sang sahabat yang memang mengetahui dia sedang tidak baik-baik saja.

Hellena membuka buku dan siap untuk mengikuti pelajaran di jam terakhir. Pikirannya dia fokuskan pada satu titik yaitu papan tulis yang berisi materi yang baru saja di tulis oleh guru di depan kelas.

Tanpa terasa, waktu pun terus berputar dan jam pelajaran pun usai. Semua siswa di beri tugas dan mulai berguyur keluar dari kelas mereka.

Hellena dan Alvero bertemu sekilas dan hanya saling melempar tatapan hambar. Seperti tidak terjadi apa-apa dengan yang sudah mereka perbuat di belakang gedung sekolah.

Mereka berjalan dengan rombongan masing-masing hingga sampai di gerbang sekolah dan berpisah menuju jalur masing-masing untuk segera sampai di rumah mereka.