Chereads / My Cool Vampire And Werewolf / Chapter 20 - Chapter 20. Dikejar Oleh Anak Buah Vampire

Chapter 20 - Chapter 20. Dikejar Oleh Anak Buah Vampire

"Kenapa begitu? Bukankah sebaiknya aku cepat mengambil kekuatan itu, sebelum mereka para vampire itu tahu tentang wilayah sakti di hutan itu." kata Luna.

"Tapi kami sedang sibuk-sibuknya mencari cara mengusir vampire itu. Tunggulah kami memenangkan peperangan itu. Baru kita ke sana." kata Jion.

"Tidak bisa menunggu lama lagi Jion, Bagaimana jika dalam peperangan itu bangsa serigala kalah dalam melawan mereka. Dan mereka merebut hutan sakti itu?" kata Luna.

"Sebetulnya mereka belum begitu tahu tentang keberadaan hutan sakti itu. Karena kami belum membocorkan rahasia itu pada mereka. Jadi kurasa menang tidak menang, tidak berpengaruh sekali pada kekuasaan hutan sakti." kata Jion.

Lalu Miki dan Smiel datang.

"Ji, yuk cabut." ajak Miki.

"Ok, yuk." Jion pergi meninggalkan Luna begitu saja.

Setelah Jion malah pergi meninggalkan Luna.

"Huh, keterlaluan Jion. Bisa-bisanya dia pergi begitu saja. Awas saja jika ia tidak menepati janjinya." kata Luna.

Luna pergi setelahnya.

Dan di siang harinya.

Tuan Adro telah mencari keberadaan tuan Harmoko untuk membalaskan dendamnya tapi dari tadi pagi ia tidak menemukan tuan Harmoko di kantornya karena ia sedang ada klien.

"Ke mana manusia itu pergi? Kenapa di saat seperti ini Harmoko tidak ada. Padahal ini adalah waktu yang tepat untuk mengambil darahnya dan menghilangkan semua kecurigaan orang-orang selama ini." kata tuan Adro,

Saat ia mendapatkan informasi dari anak buahnya.

"Tenanglah raja, jika tuan Harmoko susah untuk ditemukan. Saya yang akan turun langsung mencarinya." kata Ariana.

"Baiklah kalau begitu. Ariana kau bisa cari dirinya sekarang dan bawa dia ke gudang kantor ini." kata tuan Adro.

"Baik raja, saya pergi dulu." Ariana pergi dengan kecepatan langkahnya.

Di tempat lain malahan tuan Harmoko sedang berbincang-bincang dengan seorang koleganya.

"Itu sama seperti yang terjadi di Jerman tuan, banyak perusahaan Jerman yang karyawannya mati terbunuh seketika.

Tapi apakah ini sangat mirip kasusnya dengan yang ada di Jerman? Saya diberi tahu kabar ini dari seorang pengusaha asal Jerman yang menetap di Indonesia. Namanya tuan Berlin,

Ia memiliki perusahaan di Jakarta dan Bali serta di negara asalnya Jerman. Jika tuan ingin menanyakan kejadian ini padanya bisa saja.

Karena kemungkinan para mafia itu telah pindah ke Indonesia. Sebaiknya diselidiki, Pak." kata tuan Miler.

"Oh jadi rupanya kejadian ini mirip seperti yang terjadi di Jerman? Apa tuan tahu apa motivasi mereka menghabisi para karyawannya?" tanya tuan Harmoko.

"Katanya sih belakangan diduga para mafia itu tidak ingin membayar upah para karyawan yang telah bekerja padanya.

Jadi untuk mengurangi gaji karyawan mereka melenyapkan satu-persatu karyawannya agar pengeluaran semakin sedikit dengan keuntungan sebesar-besarnya.

Makanya dari itu, Pak. Tolong dicek terlebih dahulu apakah ini ada kaitannya dengan para mafia yang ada di Jerman?

Kalau boleh tahu karyawan-karyawan itu berkerja pada siapa ya? Dan dari perusahaan mana?" tanya tuan Miler.

"Kebetulan Pak, yang punya perusahaan itu adalah para bule-bule." kata tuan Harmoko.

"Apakah mereka berasal dari Jerman? Seperti apakah ciri-cirinya. Mereka menggunakan bahasa apa?" tanya tuan Miler.

"Setahu saya pemimpin perusahaan tambang itu sangat kental dengan wajah bulenya dan anak buahnya banyak yang berasal dari luar negeri sana.

Mereka berdasi dan berjas sangat rapi sekali. Tapi mereka bisa berbahasa Indonesia walau masih berlogat bahasanya." kata tuan Harmoko.

"Oh begitu, jika ia berasal dari Jerman kemungkinan ini sangat sama dengan apa yang terjadi di Jerman.

Coba selidiki dulu tuan siapa pimpinan perusahaan tambang itu? Jika memang ini ada kaitannya dengan kasus di Jerman kemungkinan stabilitas keamanan kita akan kembali seperti semula.

Bahkan setahuku tidak hanya karyawan yang mati terbunuh tapi juga para pemimpin bisnis lain juga ikut meregang nyawa. Sepertinya mafia Jerman ini sangat tidak menyukai persaingan secara sehat. Justru mereka ingin memonopoli semua bisnis." kata tuan Miler.

"Oh begitu ya tuan. Berati sangat bahaya sekali orang-orang yang memiliki urusan dengannya. Waduh pak kok perasaan saya nggak enak ya?

Karena saya adalah mitra bisnisnya yang membantunya memasarkan hasil produksi. Yang anehnya lagi ia sempat marah sewaktu saya memberikan kasus kematian para perkerja pada penjaga hutan sana.

Ia terlihat sangat terganggu sekali setelah tahu saya yang melaporkannya. Jangan-jangan ini ada hubungannya dengan tuan Adro itu ya?" kata tuan Harmoko.

"Kalau begitu berhati-hatilah tuan. Jauhi pimpinan dan segala yang berhubungan dengan perusahaan orang itu. Lalu selidikilah dan cari tahu agar kebenaran dapat terungkap.

Sehingga jelas dan dapat mengembalikan keamanan pebisnis global." kata tuan Miler.

"Baik saya akan turuti semua anjuran tuan. Kalau begitu saya ingin menemui tuan Berlan dulu. Apa tuan tahu di mana rumah ia di Jakarta?

Saya ingin memastikan apakah ciri-cirinya sama seperti yang di Jerman dan memberi tahunya jika mafia luar itu telah menempati wilayah di Indonesia." tanya tuan Harmoko.

"Tentu saja saya tahu,Tuan. Rumahnya ada di Selatan Jakarta berbatasan dengan pusat kota. Alamatnya ada di Jl. Kenanga no. 4." kata tuan Miler.

"Baik-baik saya akan menanyakan hal ini pada tuan Berlan dan berkerja sama dengannya.

Siapa tahu ini akan menjaga keamananku. Karena aku sering cemas dengan peristiwa pembunuhan itu ditambah tuan Adro begitu menyorot-nyorotiku dengan tatapan tajam.

Saya permisi dulu tuan. Terima kasih atas perhatiannya dan informasi ini." kata tuan Harmoko.

Mereka telah berdiri untuk berjabat tangan dan mengakhiri obrolan seusai lunch bersama.

Tuan Harmoko ke bawah loby untuk mengambil mobilnya.

Namun Ariana dan anak buah yang lainnya mencium aromanya sewaktu ia sedang menuruni lift.

Dan tepat sekali ada yang memencet tombol lift hingga terbukalah lift itu.

Tuan Harmoko cemas karena melihat wajah Ariana dan anak buahnya dari balik pintu.

Tuan Harmoko ingin keluar karena teringat obrolan tadi.

Tapi Arianan menahannya dengan menahan bahu tuan Harmoko.

"Mau ke mana tuan Harmoko? Kita baru saja bertemu." kata Ariana.

Seketika tuan Harmoko gugup dan cemas kakinya lemas tak bisa berlari.

"Kau kelihatan tegang sekali? Ada apa, huh? Seperti melihat hantu saja." kata Ariana.

"Mm saya ada urusan, sepertinya akan turun di lantai ini saja." Tuan Harmoko memencet tombol open untuk membuka lift.

"Tunggu tuan Harmoko. Bisakah kau tidak buru-buru karena boss kami ingin bertemu dengan anda.

Ini sangat penting. Makanya kami ke sini untuk mencarimu. Sepertinya seharian kau telah sibuk di luar sampai-sampai tidak bisa bertemu dengan kami." kata Ariana.

"Ada apa ini? Bukankah jadwal ku dengan tuan Adro telah selesai?

Aku sudah tidak ada urusan lagi dengannya karena besok aku akan ke pulau lain untuk berbisnis di sana.

Jika tuan Adro memerlukan pemasaran kurasan tuan Adrolah yang cukup lihai dalam hal itu." kata tuan Harmoko.