Memori melekat pada hati dan jiwa, tidak bisa disingkirkan atau tergantikan.
Di kereta kelas ekonomi, masih jelas dalam benak Yeona bagaimana dia bertemu sosok gagah untuk pertama kali sebelum terlukis kenangan indah dan kelam bersamanya.
Bangku yang empuk, sedikit keras. Jendela kusam, dengan sedikit cela di atas. Aroma gerbong tua masih sama, hangat mendekati pengap dengan aroma rakyat.
"Selamat pagi Nyonya Sundress, ada yang bisa saya bantu?
"Tidak, tidak ada Tuan berpakaian kemeja. Semua kebutuhanku tercukupi oleh suamiku. Katakan Tuan, kenapa tidak mengancing kemejamu? Kamu ingin pamer tubuh berototmu?"
"Ah, ya, mungkin. Dari tadi para gadis remaja melihatku sambil tertawa. Mereka benar-benar bunga- bunga muda yang cantik."
"Cih." Yeona cemberut membuang muka, memilih menikmati pejalan kaki yang hilir mudik di stasiun.