Jangankan menjawab Iklima malah menangis sesenggukkan di pelukan Zainab, sehingga Zainab pun bijak untuk berhenti bertanya.
"Ya sudah Ummi paham, sekarang sebaiknya kamu minum! Kembali ke kamarmu! Bangunkan suamimu supaya berjamaah dengan para santri!"
Deg
Seruan Zainab membuat jantung Iklima hendak berpindah posisi, jangankan membangunkan merasa ada pria saja di samping tempat tidurnya Iklima merasa risih apalagi harus membangun komunikasi seperti yang diperintah sang Ibu.
"Ta-tapi Um!"Iklima membantah.
"Bagaimanapun juga sekarang kamu sudah menjadi seorang isteri, jadi alangkah baiknya kamu saling melengkapi dalam segala hal bersama imam kamu!" titah Zainab.
Perlahan kepala Iklima diangkat lalu menatap nanar netra sang Ibu, memegang ke dua tangannya lalu menciuminya.
"Bagaimana dengan rencana perjodohan aku dan Kang Daus Ummi? Bagaimana pula dengan sekolah aku?" lirih Iklima.
Zaunab pun memegang wajah sang anak seraya memberi ketenangan.