Tak terasa akhirnya Alena tiba di rumah sang Jendreal. Jenderal Kim sudah lebih dulu keluar dari mobilnya, Pak Choi lalu mempersilahkan Alena untuk turun dari mobil.
"Hmm... nona Alena, silahkan masuk ke dalam kita sudah sampai di kediaman Jenderal Kim".
"Baik Pak Choi, Terima kasih".
"Alena buat apa lagi kamu masih berdiri di situ, cepat masuk ikuti aku sekarang, ada yang harus kau tanda tangani".
"Ya.. tunggu sebentar, aku masih mau melihat-lihat pemandangan ini dulu".
Jenderal Kim tidak sabar dan tidak mau menunggu lama, dia menarik tangannya Alena dan mengajak Alena masuk ke dalam. Alena tidak bisa melepaskan genggaman sang Jenderal karena begitu kuat mengenggam tangan Alena. Sedangkan Pak Choi dari kejauhan hanya tertawa melihat tingkah laku sang Jenderal Kim.
Sesampainya di dalam kediaman Jenderal Kim, Alena dibawa ke sebuah kamar besar, mewah seperti kamar permaisuri. Jenderal Kim mendorong Alena dan terjatuh di ranjang kamar itu.
"Aawww kau ini kenapa sangat kasar sekali, tidak bisa ya kau bersikap secara lembut memperlakukan seorang wanita, entah kau ini terlahir dari mana, kasar sekali jadi lelaki".
"Sssttt... jangan cerewet kataku, aku tidak butuh nasehatmu, aku sudah dididik keras saat masuk Militer, jadi kau harus terbiasa dengan sikapku yang seperti ini, jangan lemah jadi wanita, apa kamu mau menangis, teriak saja yang kencang, percuma tidak akan ada yang mendengar, dan tidak ada yang bisa menentangku paham. Sudah sekarang baca surat ini, dan kalau sudah selesai membacanya, tanda tangani. Kalau sudah selesai antarkan ke meja kerjaku. Waktumu hanya lima menit Alena".
"Huffttt mimpi apa aku sich, harus tinggal dengan lelaki angkuh, kasar, dan kenapa dia harus menjadi anaknya mantan Jenderal Ha. Berbeda sekali dengan ayahnya, dia adalah Jenderal yang baik, nah ini sudah kasar, angkuh. Dokumen apa ini, isinya sudah tidak masuk akal, hutang keluargaku mengapa sampai sebesar ini, ini pasti ada kesalahan, dan apa lagi ini surat perjanjian pernikahan kontrak. Dasar Jenderal Kim sudah tidak waras. Aku harus selesaikan masalah ini, aku tidak mau asal tanda tangan"gumam Alena.
Alena melangkah menuju ruang kerja Jenderal Kim, dia bertanya kepada salah satu ajudan yang ada di rumah Jenderal Kim, lalu menunjukkan ruang kerja sang Jenderal, ya dia adalah Min Yuk. Salah satu ajudan Jenderal Kim yang merangkap menjadi supir pribadi Jenderal Kim, yang juga memiliki wajah tampan dan tinggi.
Sesampainya di depan pintu ruang kerja Jenderal Kim, Alena mengetuk pintunya.
"Tokk... Tokkk"suara ketukan pintu.
"Ya masuklah"jawab Jenderal Kim.
Alena lalu melemparkan dokumen itu ke wajah Jenderal Kim, dengan perasaan kesal bercampur marah.
"Heii... Alena apa kau tidak diajarkan sopan santun ya, dasar wanita tidak berpendidikan, kalau kasih sesuatu itu pakai cara yang sopan".
"Sudahlah jangan bertele-tele Jenderal angkuh, coba kau baca ulang semua isi dokumen itu, ada banyak hal yang tidak masuk akal, kau sudah tidak waras ya, jawab?"
"Semua sudah jelas, buat apa dibaca lagi, kau hanya perlu menandatanganinya Alena".
"Ohh ternyata kau Jenderal yang tidak bisa baca ya, lihat angka pinjamanku itu, setahuku Jenderal Ha sudah bilang tidak ada yang harus dibayarkan, karena dia ikhlas membantu keuangan keluargaku, lalu mengapa bisa ada angka 75 juta Won, kau sudah tidak waras ya, tidak mungkin aku sampai ada hutang begitu banyak, ini pasti hasil rekayasamu. Dan kedua apa maksudmu dengan surat perjanjian pernikahan kontrak, jelaskan padaku, aku rasa tingkat kewarasanmu sudah hilang".
"Ohh jadi kau tidak terima dengan segala peraturan yang aku buat, okay gampang aku bisa mengirimkanmu ke dalam penjara saat ini juga, apa masih mau bersikeras menentangku hah, kau tanda tangani sekarang, atau aku akan menjebloskanmu ke dalam penjara, kau akan membusuk di dalam penjara".
"Ya Tuhan kenapa harus ada manusia tidak punya hati sepertimu Jenderal Kim, dari mana aku bisa mengganti uang itu kalau aku saja belum bekerja dan pernikahan kontrak ini tidak masuk akal, pernikahan tidak bisa dibuat main-main".
"Makannya kau itu jangan terlalu cerewet, cukup tanda tangani, kau setiap bulan akan aku gaji, tetapi akan aku potong untuk menyicil hutang ayahmu, paham. Dan satu hal jangan kamu samakan aku dengan ayahku cepat tanda tangan Alena. Dan masalah surat perjanjian pernikahan kontrak harus kau tanda tangani juga, kalau tidak kau tidak akan pernah aku ijinkan untuk kuliah".
"Baiklah ini sudah aku tanda tangani semuanya, puas sekarang kau Jenderal aneh".
"Terserah apapun perkataanmu, aku tidak pernah perduli, yang terpenting kau sudah menandatanginya, jadi tidak perlu kan kita berdebat, ya sudah mulai besok kau harus bangun pagi, sebelum kuliah kau harus memasak buatku, dan siapkan semua keperluanku mulai besok ya, karena mulai hari ini, kau adalah istri kontrakku. Jadi apapun yang aku minta kau harus melakukannya, kalau sampai kau banyak melakukan kesalahan apapun itu, aku akan memberikan hukuman untukmu, paham kau Alena".
"Ya sudah terserah kau saja dasar Jenderal tidak waras, kau ini manusia apa bukan sich".
"Kenapa Alena apa kau masih mau protes lagi, tidak terima aku perlakukan seperti ini. Mau nangis ya. Sudah buatkan aku kopi hitam tanpa gula ya , cepat buatkan sekarang kopi untukku".
"Dasar Jenderal tidak waras, kalau bukan karena untuk kuliah jujur aku malas, menyebalkan sekali".
"Ya sudah buatkan kopi hitam tanpa gula ya, jangan terus menggerutu bibirmu. Kau semakin terlihat seperti ayam".
"Ayam..kau yang seperti ayam, yang sesuka hati membuang kotoran di mana saja"ucap Alena sembari menggerutu.
Saat Alena keluar dari ruang kerja sang Jendreal, dia bertemu Min Yuk lagi.
"Hmm.. Nona yang sabar ya, walau Jenderal Kim terlihat sangat kejam, Beliau punya sisi baik, Jenderal Kim sering membantu banyak orang susah, jangan dimasukkan ke dalam hati apapun yang dikatakan oleh Jenderal Kim, wajarlah seperti itu, karena kami dididik keras saat pendidikan Militer".
"Ya aku tidak apa-apa, aku sangat paham. Ya sudah aku tinggal sebentar, Jenderal Kim minta kopi hitam tanpa gula".
"Okay silahkan nona".
Tanpa disadari Min Yuk, Jenderal Kim melihatnya bicara dengan Alena.
"Hmm..Min Yuk untuk apa kamu berdiri di situ, ingat jangan pernah kamu berani mendekati Alena ya".
"Tidak Jenderal Kim, saya hanya kebetulan lewat saja".
"Bagus..ya sudah kembali sana berjaga lagi. Dan tolong panggilkan Pak Choi ya , saya tunggu di ruang kerja".
"Baik Jenderal Kim, siap laksanakan Jenderal".
Tak lama selang beberapa menit, Pak Choi memasuki ruang kerja Jenderal Kim.
"Tokkk..Tokkk"suara ketukan pintu
"Ya silahkan masuk, siapa?"Tanya Jenderal Kim
"Maaf Jenderal Kim permisi, apakah Jenderal memanggil saya".
"Ya Pak Choi silahkan duduk, hmm bagaimana kabar anak manja dan ibu tiri Hann, kapan mereka kembali dari liburannya".
"Sampai dengan saat ini saya belum dapat kabar dari asisten mereka Jenderal".
"Siapa asisten mereka, memangnya mereka punya asisten, siapa Pak Choi?"
"Asisten mereka itu masih kerabatnya ibu Han, namanya Willy. Dia datang saat Jenderal Kim sedang bertugas ke luar kota"
"Ohh pantaslah aku tidak pernah mengenalnya, setahuku mereka tidak punya asisten, ya sudah Pak Choi, aku hanya ingin menyampaikan bahwa mulai hari ini Alena akan tinggal di sini ya Pak Choi, tolong selama aku pergi, jangan perbolehkan dia pergi kemanapun, tanpa seijinku ya".
"Baik Jenderal Kim, lalu kapan nona Alena mulai kuliah?".
"Hmm..minggu depan sudah bisa kuliah, di Universitas Seoul , kampusku dulu. Semua kelengkapan administrasi sudah aku selesaikan, nanti tolong perintahkan Min Yuk untuk selalu mengawal Alena saat kuliah dan pulang kuliah. Dan tolong Pak Choi juga selalu pantau Min Yuk dan Alena jangan sampai mereka terlalu dekat".
"Baik Jenderal Kim, lalu kapan Jenderal Kim akan pergi berlibur?"
"Hmm..aku tidak pergi berlibur Pak Choi, aku ada urusan mengenai negara, aku akan ke Korea Utara tepatnya kota Busan dan kurang lebih sekitar satu bulan, jadi aku mohon selama aku pergi, jaga baik-baik Alena, jangan biarkan siapapun melukai dan mendekatinya, ada perkembangan apapun beritahu aku. Aku dari jauh akan selalu memantau lewat kamera pengintai yang terhubung di dalam laptopku".
"Lalu siapa yang akan mengurus ayahnya Jenderal?"
"Hmm..nanti biar menjadi tugasnya Alena, biarkan dia yang menjaga ayah setelah dia pulang kuliah. Ya sudah itu saja Pak Choi, silahkan kembali bertugas".
"Baik Jenderal Kim, saya undur diri dulu".
"Ya silahkan Pak Choi".
Alena membawakan kopi untuk Jenderal Kim, lalu masuk secara perlahan ke ruang kerja sang Jendral.
"Permisi Jenderal Kim, ini kopi hitamnya tanpa gula"
"Hmm..ya sudah taruh saja di meja , nanti aku minum".
"Kalau begitu aku ijin ke kamar dulu ya, mau mencatat beberapa keperluan kuliah yang harus aku beli".
"Hmm..tunggu jangan dulu kau keluar dari ruangan ini ya, masalah perlengkapanmu sudah aku siapkan di kamarmu, sudah lengkap, oh ya ada hal yang ingin aku tanyakan, jurusan apa yang ingin kau ambil untuk kuliah nanti, karena minggu depan kau sudah bisa masuk kuliah".
"Sebenarnya saya mau mengambil jurusan dokter bedah Jenderal Kim".
"Hmm ya sudah, nanti aku akan beritahu pemilik kampusnya, kebetulan aku ada saham di sana, jadi kau tinggal kuliah saja minggu depan ya".
"Terima kasih Jenderal, ya sudah kalau tidak ada hal lain, boleh saya tinggalkan ruangan ini!"
"Memangnya aku sudah bilang kau boleh keluar dari ruanganku?"
"Belum Jenderal Kim".
"Ya sudah diam dulu, aku masih belum selesai bicara. Ini ada point penting, lusa aku ada sebuah tugas negara dan mungkin baru kembali satu bulan lagi, kau hanya boleh pergi untuk kuliah, tanpa seijinku kau tidak boleh pergi kemana-mana. Paham Alena"perintah sang Jendral Kim kepada Alena.
"Tetapi kalau aku bosan dan ingin jalan-jalan bagaimana Jenderal?"
"Alena..bisa tidak kau sedikit saja tidak membantahku, untuk apa kau keluar rumah, semua fasilitas sudah aku lengkapi untukmu, kalau kau butuh liburan, nanti saat aku libur bertugas, hanya boleh bersamaku, ingat itu. Sudah sekarang istirahatlah, tidak boleh membantah perkataanku, aku harus melanjutkan pekerjaanku".
"Baiklah Jenderal Kim".
Melihat Alena meninggalkan ruang kerja sang Jenderal, terlihat Jenderal Kim menahan tertawa, karena bisa mengontrol Alena. Entah apa yang dirasakan sang Jenderal, sampai dia begitu ingin selalu dekat dengan Alena dan membuat Alena harus selalu menuruti keinginannya.
Di satu sisi Alena merasa tidak nyaman dan tidak bisa bebas berteman , semua diatur oleh sang Jenderal. Sesampainya di kamar, Alena memikirkan sesuatu agar suatu saat bisa bebas keluar dari rumah sang Jenderal.
"Hmm...aku harus mencari cara , agar bisa keluar dari rumah ini, dan mendapatkan pekerjaan agar bisa melunasi hutang keluargaku kepada Jenderal Kim, kalau aku terlalu lama di sini, bisa-bisa aku jadi gila. Dia itu bukan siapa-siapa, kekasihku bukan , suami juga bukan, huffttt sungguh sangat menyebalkan"gumam Alena