Chereads / CONTRACT MARRIAGE JENDERAL KIM DAN ALENA / Chapter 15 - BAB.15 ALENA DICULIK

Chapter 15 - BAB.15 ALENA DICULIK

Masih di dalam kamar Jenderal Kim, setelah adegan panas di ranjang itu, Alena tiba-tiba terisak tangis sedih, Kim lalu memeluk erat sembari mencium lembut leher belakang Alena.

"Heii..Alena, kenapa hmm..sini putar badanmu, lihat aku, kamu kenapa menangis?"

"Hikksss...hikkks, aku hanya khawatir, takut".

"Takut, khawatir ya tapi khawatir dengan siapa, dan apa yang kamu takutkan, apakah ada yang mengancammu?"

"Tidak ada yang mengancamku Jenderal, aku hanya khawatir, membayangkan tugasmu sangat berat, aku tidak ingin melihatmu terluka, aku takut kehilanganmu Jenderal Kim".

"Heii...sudahlah, jauh sebelum kita saling mengenal, ini sudah tugasku Alena, aku ini laki-laki, sudah biasa kalau laki-laki itu pasti berdarah, bahkan terluka yang tidak berdarah aku pun sering, mmuuaachhh"ucap Jenderal Kim sembari mencium lembut kening Alena

"Ya tetapi jangan pernah mengentengkan masalah, jujur aku masih trauma".

"Trauma..maksudmu, apakah kau pernah mempunyai pacar militer juga?"

"Dia bukan militer, tetapi dia mafia kelas kakap, dia tewas tertembak dalam penangkapan transaksi narkoba, tetapi walau dia mafia, dia sangat lembut padaku, dia terpaksa menjadi mafia, karena dia sering diremehkan oleh banyak orang".

"Hmm..terus kamu masih memikirkan dia, yang dihadapanmu sekarang Jenderal Kim, bukan mafia".

"Jenderal aku hanya menjawab pertanyaanmu tadi, jadi jangan salah paham, aku tidak maksud membandingkan dirimu dengan dia".

"Hmm..tetap saja, saat kau mengungkapkan dia, seolah-olah kau membandingkanku dengan dia, sudahlah aku harus berangkat sekarang, siapkan bajuku, aku harus mengutamakan tugas negara".

"Salah lagi saja aku, ya sudah aku lebih baik diam saja, baik aku akan segera menyiapkan bajumu Jenderal".

"Hmm..masukan semua ke dalam koper ya, aku mau mandi, selesai mandi, semua sudah harus siap, dan ingat jangan sampai ada yang tertinggal, kalau sampai ada yang tertinggal, aku tidak akan memberikan maaf padamu".

"Ya..Jenderal Kim siap".

"Aku mandi dulu".

"Huffttt..mulai lagi saja marah, baru begitu saja sudah marah, dasar Jenderal menyebalkan".

"Apa...Alena, kau bilang apa barusan, mau mengeluh?"

"Tidak..siapa yang mengeluh, aku hanya latihan pernapasan Jenderal".

Selang satu jam, tak lama Jenderal Kim keluar, lalu dia memakai baju yang sudah disiapkan oleh Alena.

"Sudah kau kembali saja ke kamarmu, aku bisa pakai baju sendiri, ingat ya sudah di cek semua, tidak ada barang yang tertinggal".

"Sudah Jenderal Kim".

"Tidak usah manja kau, jangan mudah menangis, aku tidak suka wanita cengeng, paham, sudah aku harus jalan sekarang, jangan pernah menelfonku ya, percuma tidak akan aku angkat, aku sedang ada misi penting, paham, kau baik-baik di rumah, sudah sana keluar, buat apa masih berdiri di situ".

"Hmm..aku hanya ingin memelukmu, sebelum kau bertugas Jenderal".

"Tidak perlu, aku sudah harus jalan sekarang ke bandara, Jenderal Lee sudah menungguku".

"Ya sudah kalau begitu, Jenderal yang hati-hati ya, berkabar kalau sudah ada di Seoul lagi".

"Hmm...sudah, aku jalan dulu".

Perjalanan menuju bandara sekitar dua jam, sesampainya di bandara, waktu take off masih sekitar dua jam lagi, Kim dan Lee pun makan siang terlebih dahulu sembari menunggu waktu keberangkatan pesawat menuju Busan, Korea Utara

Saat Alena sedang merapikan kamar Jenderal Kim, dia hanya meneteskan air matanya, dia tidak menyangka hanya karena jawabannya membahas mantannya, Jenderal Kim bisa semarah itu, tak lama ponselnya berbunyi, nenek Yoon minta Alena menyusulnya ke tempat percetakan undangan, dia lalu pergi memakai taxi , karena sang nenek yang meminta.

Hari ini tepat pukul 14.00 siang , Alena lalu menaiki sebuah taxi online, dia juga sudah memberitahukan arah dan tujuannya, namun saat beberapa jam taxi online itu mengambil jalan yang berbeda, dan membuat Alena ketakutan.

"Pak..maaf sepertinya ini salah jalan lho, ini bukan arah yang sesuai dengan tujuan saya".

"Plakkkkk"supir taxi itu menampar Alena.

"Siapa kau sebenarnya, mau apa kau, berhentikan mobilnya, kau mau bawa aku kemana, tolong...tolong".

"Teriak saja sekencang-kencangnya, mobil ini sudah terkunci, dan kau harus mati, menebus perbuatan Jenderal Aroganmu itu".

"Apa maksudmu, salah apa aku, aku tidak pernah mengenalmu, jangan main-main, aku pecahkan mobilmu".

"Coba saja kalau bisa, pecahkan, kau memang tidak salah, tetapi Jenderal Kim yang arogan itu, yang sudah membuat kakakku ditahan, paham kau, aku sudah lama mengintai Jenderal Kim, ternyata kau tinggal di kediaman sang Jenderal arogan itu, maka kau pasti kelemahan dia kan!"

"Kau lelaki paling pengecut, yang pernah aku temui, cuiihhh"Alena meludahi wajah penjahat itu

"Kurang ajar, apa tadi kau bilang, aku pengecut, jangan sampai aku merobek mulutmu ya, mau aku robek mulutmu"sembari mencekik Alena

"Terus saja cekik aku sampai mati, silahkan, aku tidak pernah takut mati, dasar kau lelaki pengecut, yang beraninya hanya dengan perempuan".

Penjahat itu mengambil sebuah alat kejut, dan menempelkan ke leher Alena, seketika Alena pingsan, dan dibawa ke sebuah gudang tua, Wu Jin adalah adik dari Joon Wo yang pernah menggelapkan uang negara di Markas Besar yang dipimpin oleh Jenderal Kim, lalu dia mengambil beberapa gambar saat Alena sudah disekap.

Alena diikat dengan tali, lalu dia tak lama disiram oleh satu ember air.

"Byurrrr"Wu Jin menyiram air ke wajah Alena

"Bangun kau, dasar wanita murahan, berapa jam Jenderal Kim menidurimu hah".

"Bukan urusanmu, dan berhenti menyalahkan Jenderal Kim, karena kakakmu yang sudah menggelapkan dana negara, jadi jangan pernah menyalahkan Jenderal Kim, aku rela kau bunuh, bunuh saja, penggal sekalian, aku tidak pernah takut".

"Cckkkk...cantik-cantik tetapi bodoh ya, sampai segitunya kau membela Jenderal Arogan itu, kau tahu, dia pasti akan mati ditanganku sebentar lagi, apakah kau puas ya tidur dengan Jenderal Arogan itu, bagus pelayanan ranjangnya iya".

"Cuihhhh"Alena meludahi wajah Wu Jin lagi

"Plakkkkk"Wu Jin kali ini menampar keras wajah Alena.

"Hmm..cuma segitu saja kemampuanmu, kalau berani di sini banyak alat berat, ada banyak juga mesin, bunuh saja aku sekalian".

"Tutup mulutmu aku bilang, jangan sampai aku hilang kesabaran, maka pisau ini akan menyayat tubuh mulusmu itu"

Di sisi lain nampak nenek Yoon khawatir, Alena belum juga tiba di tempat percetakan undangan, nenek Yoon berusaha menelfon Kim dan mengirim sebuah pesan singkat, namun sepertinya Kim sudah berada di pesawat, Pak Choi pun juga sudah dihubungi, namun Jenderal Kim belum juga membuka ponselnya.

"Halo..Pak Choi, tolong cepat kabari Kim ya, Alena sampai dengan saat ini belum juga sampai, saya khawatir terjadi sesuatu dengan dia".

"Baik nenek Yoon, saya sudah berusaha menghubungi Jenderal Kim, tetapi sepertinya beliau masih di dalam pesawat, segera pasti saya kabari, dan saya sudah kerahkan tim untuk mencari nona Alena".

"Okay cepat ya, ini tidak mungkin memakan waktu lama, sudah tiga jam Alena belum sampai, harusnya saya tidak menyuruhnya pergi sendiri".

"Tenang dulu nenek Yoon, jangan panik, ini juga saya salah, tidak melihat nona Alena pergi, maafkan saya".

"Okay cepat segera kabari ya Pak Choi".

"Baik nenek Yoon pasti".

Di dalam pesawat, Kim merasa gelisah hingga tak sengaja menumpahkan air yang diberikan sang pramugari pesawat.

"Hmm..maaf ya".

"Baik Pak tidak masalah, bisa diganti yang baru"

"Hei..Kim kau kenapa, nampak seperti memikirkan sesuatu, kita sedang ada misi penting, jangan memikirkan hal lain dulu".

"Ya maafkan aku, aku hanya kepikiran dengan seseorang saja, perasaanku tiba-tiba tidak enak".

"Sudahlah, nanti begitu sampai Busan, buka ponselmu, semoga tidak terjadi sesuatu, memangnya siapa yang kau pikirkan?"

"Hmm..jujur aku saat ini mencintai seseorang, dan saat aku berangkat tadi, ada sedikit argumentasi yang kurang baik, entah perasaanku jadi tidak enak".

"Tenanglah, semoga dia baik-baik saja".

"Semoga saja,aku menyesal sudah memarahinya tadi".

"Heii..sudahlah, jangan memikirkan hal-hal buruk, dia akan baik-baik saja".

"Terima kasih Jenderal Lee".

"Wajar kau mengkhawatirkannya, karena kalian saling menyayangi".

"Ya begitulah, aku ini yang terkadang menyebalkan",