Masih di kediaman Jenderal Kim, dua jam sudah berlalu, tepat pukul 02.00 dini hari. Terlihat Jenderal Kim gelisah, tidak bisa tidur pulas, karena ingin tidur bersama Alena. Jenderal Kim, lalu ke kamar mandi, mencuci mukanya. Setelah selesai, dia secara perlahan melangkahkan kakinya menuju kamar nenek Yoon untung membangunkan Alena. Baru saja dia mau membuka pintu, Alena sudah ada di depan kamarnya.
"Heii...sejak kapan kamu di sini Alena?"tanya Jenderal Kim
"Ssstttt jangan berisik, nanti nenek bangun, baru saja dalam hitungan detik dia tertidur, Jenderal Kim kenapa, koq basah semua wajahnya".
"Ssssttt...sudah bahas di dalam saja, nanti nenek terbangun, pusing kepalaku. Ini saja punggungku masih sakit, terkena tongkat nenek.
"Hehhehee...sabar Jenderal Kim sayang.
"Heii..apa katamu barusan, coba ulangi sekali lagi. aku tidak mendengarnya".
"Hmm.. pura-pura tidak mendengar, sejak kapan kuping sang Jenderal menjadi seperti ini ya.
"Eittsss... nakal ya kamu, ayo katakan sekali lagi, dan berikan ciuman hangat untukku. Nakal dari mana, aku kan sayang sama kamu, wajar minta ciuman, kamu itu candu buatku".
"Sudah pagi ini lho, besok Jenderal bukannya mau mengurus bantuan logistik, nanti kesiangan lho".
"Hmm...pelit kamu ya".
"Bukannya pelit Jenderalku yang tampan, aku sedang memikirkan rencana nenek yang akan melaksanakan pertunangan buat kita, andai saja nenek tahu kita sedang dalam pernikahan kontrak.
"Hmm... ya aku juga sedang memikirkan hal itu, ditambah dalam satu bulan kedepannya nenek mau kita menikah resmi. Aku tidak ingin menikah dalam waktu dekat, aku belum siap menikah, tugas negaraku masih banyak Alena.
"Ya aku paham Jenderal Kim".
"Alena , saku berjanji suatu saat pasti akan menikahimu secara resmi, namun tidak saat-saat ini, kau jangan berpikir macam-macam ya, aku pasti akan selalu memikirkan".
"Aku juga masih ingin kuliah dulu Jenderal Kim, aku ingin menjadi dokter dulu, agar aku bisa sederajat denganmu".
"Heii... sudahlah jangan bicara seperti itu, sejak awal aku melihatmu, aku jatuh cinta padamu tanpa memandang siapapun dirimu dan bagaimana masa lalumu, ya walaupun terkadang aku ini menyebalkan, namun dibalik semua itu, aku hanya ingin dekat denganmu"Jenderal Kim memegang lembut wajah Alena dengan kedua tangannya".
"Aku hanya teringat saat nenek bilang, keluarga ini sangat terpandang, apa jadinya kalau sampai nenek tahu, masa laluku, pernah menjadi wanita bayaran, saat aku ingin mandiri dan tidak menyusahkan ayah dan ibuku".
"Ssttt.. Alena sayang, semua orang punya masa lalu, tidak ada manusia yang sempurna, kesempurnaan hanya milik Tuhan"Jenderal Kim memeluk erat Alena".
"Terus ini mengapa rambut Jenderal basah seperti ini, apakah Jenderal sakit"sembari memegang kening sang Jenderal.
"Alena...sudahlah jangan kawatir, aku baik-baik saja, aku hanya terbangun karena tidak bisa tidur, sulit aku tidur kalau tidak ada kamu di ranjang".
"Hmm..Jenderal ini sudah pagi, ayo kembali tidur ya, aku pasang alarm dulu, biar tidak terlambat besok".
"Sssttt.. sudah cepat naik sini ke ranjang, aku tidak bisa tidur, nanti kalau mengigau lagi, bagaimana"Jenderal Kim bersikap manja dengan puppy eyesnya.
"iih Jenderal, kayak anak kecil saja, ya sudah tidurlah, mmuuaacchh"mencium lembut hidung mancung Jenderal Kim.
"Hmm..masa hidungku saja yang dicium, semuanya kalau mau cium, dari atas sampai ke bawah, hehee".
"iihhh...dah pagi ini Jenderal"Alena mencubit perut Jenderal Kim.
"Auuu... ya ya ampun sakit Alena, mulai ya main cubit sekarang, awas nanti aku balas ya".
"Makannya kalau tidak mau dicubit, tidur sudah, tadi kan sudah aku berikan kehangatan".
"Hmm...sekali lagi lah, aku takut besok tidak ada umur".
"Jenderal mulai ya, jangan bahas yang begitu".
"Hmm... kenapa memangnya kalau aku tiba-tiba tidak ada lagi bersamamu?"
"Aku belum siap kehilangan Jenderal, masih ingin menyiapkan sarapan,baju seragam, dan membahagiakanmu. Sudah ahh bisa tidak jangan membahas umur, bahas itu yang indah-indah saja Jenderal.
"Ya..ya mmuuacchhh, kamu itu kalau sudah ngambek, manyun kayak ayam tahu, tetapi ayamnya cantik hehehe".
"iihh apaan sich ahh , bercanda terus, sudah tidur ahh, besok Jenderal terlambat bagaimana".
"Hehhehe..siap nyonya Jenderal, aku tidur ya, tetapi kamu jangan pindah ke kamar nenek".
"Tetapi kalau nenek sadar aku pindah kamar bagaimana ya, nanti Jenderal dipukul lagi".
"Hmm..nenek biasanya bangun pukul 05.30, nanti kita bangun lebih awal saja , kamu pindah jam 05.00 ya ke kamar nenek, sudah sini tidur, peluk aku".
"Aduhh...jangan terlalu kencang, aku bisa sesak napas nanti, uhukkk..uhukkk"Alena tersedak karena Jenderal Kim terlalu erat memeluknya.
"Hehehe...maaf, ya sudah sini tidurlah, mmuuaacchhh"Jenderal Kim mencium lembut kening Alena, sembari membelai rambut indah milik Alena.
"Hmm..Jenderal tidurlah yang nyenyak, jangan kawatir lagi, aku akan selalu ada untukmu dalam keadaan apapun. Ya Tuhan, aku benar-benar seperti di dimensi fantasi, tak pernah membayangkan, aku menikah dengan Jenderal tampan, yang sangat manja dan terkadang arogan serta egois ini. Walaupun ini hanya pernikahan kontrak, tetapi serasa aku memiliki dia seutuhnya, terlihat jelas wajah lelahnya, dan selalu pandai menyimpan apapun tanpa mengeluh. Tuhan jagalah selalu Jenderal Kim untukku, aku sudah mulai terbiasa dengannya, walaupun dulu saat-saat pertama dia menyebalkan, tetapi seiring berjalannya waktu dia begitu lembut dan menyayangiku, tak perduli, walaupun pernikahanku ini hanya sekedar buatan saja"ucap Alena secara lirih.
"Alena...tidurlah, apapun yang nanti akan terjadi, jangan pernah menjauh dariku, aku sungguh-sungguh sangat mencintaimu, percayalah"Jenderal Kim mulai mengigau,sembari memegang erat tangan Alena".
Lalu Alena memeluk erat Jenderal Kim, mencium bibirnya dengan lembut.
Jenderal Kim berada tepat di atas dada Alena, Jenderal Kim akhirnya bisa tidur dengan nyenyak.
"Jenderal Kim tenanglah, aku selalu di sini, tidak pernah terlintas sedikit pun pergi meninggalkanmu, apapun yang terjadi nanti. Tidak perduli status hubungan kita,yang terpenting aku sangat bahagia bisa memilikimu seutuhnya".
Jam terus berjalan dengan cepat, tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 05.00 pagi, ponsel Jenderal Kim berdering, bertuliskan ada pesan masuk, Alena yang mendengarkannya, langsung membangunkan Jenderal Kim, namun di ponsel Jenderal Kim bertuliskan klien penting, padahal itu dari Angelica, yang bertuliskan "Kim...aku sakit, kepalaku pusing, aku lemas tidak kuat berjalan, tolong antarkan aku ke dokter"pesan singkat dari Angelica.
Jenderal Kim yang baru saja membuka matanya, bergegas bangun lalu membersihkan badannya, lalu bersiap menuju apartemennya. Saat Alena kembali dari dapur, dia melihat Jenderal Kim sudah rapih, dan terlihat seperti terburu-buru.
"Hmm..Jenderal Kim , apakah mau jalan sekarang?"tanya Alena
"Oh iya aku ingin kamu tahu, aku ada urusan mendadak ya, aku pamit, urusan logistik sudah aku selesaikan, aku sudah minta anak buahku, untuk mengurus maslaah pengiriman bantuan logistik ini, mmuuaaacchhhh, aku pergi sekarang ya, baik-baik ya di rumah, kalau aku tidak sempat mengangkat telefon itu berarti aku sedang ada tugas negara ya, tidak perlu menungguku pulang ya, satu hal lagi, nanti kalau nenek bangun dan bertanya, bilang saja aku sudah harus bertugas".
"Ya sudah Jenderal Kim hati-hati di dalam perjalanan, ingat nyalakan terus ponselnya ya.
"Siap nyonya Jenderal".