Tiga jam berlalu, akhirnya nenek Yoon tiba di Seoul. Saat ini sudah sangat larut sekali, tepat pukul 01.00 pagi dini hari, taxi bandara memasuki kediaman Jenderal Kim. Mendengar suara mobil di halaman depan, Pak Choi yang masih terjaga di ruang teras, berdiri dan terkejut saat melihat seorang wanita tua dengan tongkatnya turun dari sebuah taxi yang berasal dari bandara, tentu saja dengan pengawal pribadinya sekaligus orang kepercayaannya yaitu Bora.
"Ya Tuhan selamat pagi nenek Yoon, mengapa mendadak datangnya, kalau kami tahu pasti Jenderal Kim akan meminta saya menjemput nenek Yoon.
"Ahh..Pak Choi, sudah kau diamlah dulu, kenapa begitu terkejut saat melihatku, memangnya aku terlihat seperti monster yang menakutkan bagimu, sudah kau jangan berisik, aku memang sengaja tidak memberi kabar pada siapapun, sekarang berikan kunci cadangan kamarnya Kim, cepat.
"Ba..baik nek ini kunci cadangan kamar Jenderal Kim.Tetapi saya mohon jangan dulu masuk nenek Yoon, karena..."Pak Choi kehabisan kata-kata.
"Heii..sudah kau tenang saja, rumah ini aku yang belikan untuk Kim, jadi aku masih berhak masuk kemana saja, paham kau, sudah lebih baik kau siapkan kamar untukku dan bawakan koper-koperku. Jangan pernah ikut campur dan tidak ada satupun yang boleh membantah perintahku.
"Hufttt..tidak nenek, tidak cucunya sama saja, semua ucapannya pantang untuk dibantah.
"Hmm Pak Choi..mulai menggerutu lagi, apakah kau mau aku pecat!
"Tidak..nenek Yoon, ya ini segera saya angkut koper-kopernya dan siapkan kamar untuk nenek Yoon.
"Ingat Pak Choi, kalau kau masih mau bekerja di sini, jangan pernah sedikit pun membantah perintahku. Sudah sana kerjakan tugasmu, dan kau Bora buat apa masih berdiri di situ, sudah kau lebih baik istirahat duluan saja.
"Baik nenek Yoon.
Setelah melihat Bora dan Pak Choi pergi, nenek Yoon sembari menahan tawa, secara perlahan membuka pintu kamar Jenderal Kim.
"Klekkk"suara pintu terbuka.
Nenek Yoon melihat Alena tersadar lalu membekap mulutnya dengan tangannya.
"Sssttt...pakailah dulu bajumu, tenang tidak perlu takut, aku neneknya Kim. Sudah sana pakai baju yang benar"dengan suara lirih, karena takut Kim terbangun.
"Baik nenek.
"Hmm..tunggu, setelah kau sudah berpakaian rapi, tunggulah aku di ruang kerja Kim ya.
"Siap nenek.
"Hmm..panggil saja nenek Yoon.
Selesai berpakaian Alena segera keluar kamar Jenderal Kim dan menunggu di ruang kerja milik Jenderal Kim. Nenek Yoon dengan usil meniup-niup kedua mata Kim yang sudah tertidur pulas.
"Aisshhh...Alena aku sudah mengantuk, janganlah kau mengangguku, besok aku harus pagi-pagi berangkat ke Markas Pusat.
"Kim...Kim cucuku, bangunlah.
Sontak Kim yang tertidur pulas, hanya menggunakan dalaman saja , loncat dari tempat tidurnya.
"Ya Tuhan nenek! Sejak kapan nenek ada di kamarku, kenapa begitu dadakan nenek, jangan bilang kalau nenek sudah melihat Alena.
"Hahaaa, Kim..Kim, ya aku sudah tahu, kalian sudah dekat dan beberapa kali sering masuk kamar, bahkan kejadian di dapur juga aku tahu, tetapi tenang di kamarmu tidak ada cctvnya, jadi sayang sekali aku tidak melihat bagaimana kalian membuat calon cicit untukku.
"Nenek...ya Tuhan.
"Ya sudah ganti pakaian sana, aku tunggu di ruang kerjamu ya. Cepat aku bilang, apa mau aku pukul dengan tongkatku ini.
"Ja..jangan nek, iya sudah nenek keluar dulu aku mau mengganti pakaian.
"Baiklah nenek akan keluar, cepat ya jangan biarkan aku menunggu lama, kalau sampai kau lama, siap-siap tongkatku ini memukul tulang-tulangmu itu.
"Ya..siap nek. Sekarang nenek keluarlah dulu ya, kalau bicara terus, kapan aku mengangganti bajunya.
"Hahaaa..ya sudah aku tutup ya pintunya. Apa perlu aku panggilkan Alena untuk memakaikan baju untukmu Kim!
"Nenek sudahlah jangan meledekku terus.
Suara tongkat kayu yang sangat ciri khas membuat ruangan terasa menegangkan. Nenek Yoon akhirnya tiba di ruang kerja milik Jenderal Kim. Nenek Yoon tersenyum melihat Alena yang masih berdiri di dalam ruang kerja Kim.
"Alena..kenapa kau berdiri di situ, duduklah sini dekat denganku. Tidak perlu takut, aku tidak jahat, dan tidak akan marah, justru aku ingin berterima kasih padamu, karena semenjak ada dirimu Kim bisa melupakan mantan pacarnya itu dan mau lagi membuka hatinya untuk wanita.
"Hmm..iya nenek, tetapi tidak perlu berterima kasih, karena keluarga Jenderal Kim dan Tuan Ha sudah banyak membantu keuangan keluarga saya dan sekolah saya.
"Sudah jangan membahas yang sedih-sedih ya, dan kau tidak perlu bersikap kaku denganku, bicara santai saja, jangan memakai bahasa formal, terlalu kaku menurutku. Hmm... bagaimana apakah Kim sudah mendaftarkanmu di Universitas terbaik di Seoul?"tanya nenek Yoon
"Ya nenek Yoon, semua sudah dipersiapkan oleh Jenderal Kim, minggu depan aku sudah mulai kuliah nek.
"Baguslah, mulai sekarang dan seterusnya kaulah yang akan menjadi cucu menantuku, kalau memang kau dan Kim sudah serius, kita siapkan pertunangan, jangan terlalu lama, biar bagaimana pun kami ini keluarga terpandang, sangat menghindari omongan miring para masyarakat, untuk itu aku ingin minggu depan kau dan Kim harus melangsungkan pertunangan.
"Apa...nek pertunangan minggu depan, tidak bisa, aku masih banyak tugas negara nek"jawab Kim saat masuk ruang kerja dan ikut menimbrung pembicaraan
"Bukkkkk"nenek memukul Kim dengan tongkatnya tepat dipunggung Kim.
"Ya Tuhan sakit nek.
"Sakit katamu, kau ini sudah gila ya, kau pikir aku tidak tahu, apa yang terjadi antara kalian berdua, dasar bodoh, ingat Kim, nama baik keluarga kita sudah rusak saat ayahmu menikahi wanita jalang yang bernama Hann itu, kau sudah menjalin hubungan begitu dalam dengan Alena, dengan santainya kau tidak mau bertunangan dengannya, kau pikir Alena itu bonekamu hah. Intinya keputusanku sudah bulat, minggu depan kalian harus bertunangan dan masalah pernikahan juga akan aku atur secepat mungkin, ingat Kim, Hann ibu tirimu sedang di luar negeri, apa kau mau saat dia kembali lagi ke Seoul dan semua harta kerja keras keluarga kita, diambil ibu tirimu itu hah, pikir pakai akal sehatmu Kim. Kau ini sudah usia 35 tahun tetapi hidupmu masih seperti itu, kau ini Jenderal muda, prestasimu bagus di Militer, jangan pernah kau merusak citramu sendiri, maka dari itu, aku ingin kalian bertunangan, aku sangat merestui hubungan kalian.
"Nek..tetapi urusan negara aku masih banyak, aku ingin saat bersama Alena nanti waktunya benar- benar prioritas untuknya.
"Bukkkk...bukkkk"Nenek Yoon memukul punggung Kim lagi dengan tongkatnya.
"Nek aku bukan anak kecil lagi, yang apa-apa harus dipukul seperti ini.
"Kim...ini belum seberapa, dari sakitnya saat kau ikut tes pendidikan Militer kan, jangan manja jadi lelaki.
"Siapa yang manja nek.
"Sudah diam jangan membantah, kalau kau bilang tidak ada waktu kapan bisanya, kau bisa ijin satu dua hari Kim, semua keperluan pertunangan dan acaranya , biar nenek yang atur semua. Sekarang nenek ingin bertanya satu hal padamu Kim, apakah kau benar-benar mencintai Alena, jawab dengan jujur!
"Tentu nek, aku sangat mencintainya, namun aku tidak mau terburu-buru dalam urusan pernikahan, karena saat aku bertugas dan jarang pulang nanti, kasian Alena.
"Ahhh sudahlah, Alena kan juga sudah ada kegiatan kuliah, dan mulai hari ini sampai pernikahan kalian dan saat Alena hamil hingga melahirkan, aku akan selalu menjaga dan menemaninya. Sudah mau alasan apalagi sekarang kau Kim.
"Ya sudah kalau demikian, nenek atur saja bagaimana baiknya, aku mau rehat duluan ya nek, besok aku harus berangkat pagi-pagi sekali.
"Hmm..okay rehatlah. Alena mulai malam ini tidur denganku ya, temani nenek ya.
"Baik nek.
"Hmm...kenapa Alena harus tidur sama nenek!
"Sudah jangan membantah kau Kim, apakah masih kurang pertempuran asmaramu tadi dengannya. Sudah sana tidur, apa perlu aku pukul lagi dengan tongkatku ini.
"Okay..baiklah, terserah nenek saja.