"Kamu adalah ayahnya kan?" Rian tertawa terbahak-bahak setelah mendapati perubahan ekspresi wajah lawan bicaranya.
Rian menepuk pundak Pritam. "Sepertinya aku tidak salah tebak kali ini, Pritam."
"Berhentilah untuk ikut campur urusan orang lain, Pak Rian." Pritam mulai memberi peringatan padanya. Dia benar-benar muak dengan pria di depannya ini. "Kamu tidak seharusnya melangkah sejauh ini."
"Kamu sedang mengancamku, Nak?" Rian terkekeh. "Kamu pikir itu akan mempan?"
Pritam menggelengkan kepalanya. "Mengancam dan menggertak bukan caraku menjalani hidup, Pak Rian."
"Seharusnya kamu belajar dari apa yang sebelumnya terjadi," ucap Pritam. Dia sedang mencari celah untuk membahas apa yang terjadi di antara mereka berdua beberapa hari yang lalu.
"Sepertinya luka di ujung pelipismu masih terlihat. Aku yakin luka itu bisa mengingatkan apa yang bisa aku lakukan padamu, Pak Rian." Pritam yang gantian memimpin pembicaraan.