Mayya berjalan dengan gontai, tatapan matanya begitu kosong. Raganya memang berjalan pulang ke rumah, tetapi pikirannya melayang-layang tak tentu arahnya.
Dia ingin kembali pada Karan, alih-alih diam Mayya ingin memprotes semua pikiran pria itu. Mengatakan bahwa dia juga berusaha sekuat tenaga untuk melupakan Pritam. Dia juga tidak ingin berada di posisi seperti ini.
"Gila!" Mayya mengumpat.
"Siapa yang gila?" Suara pemuda tiba-tiba menyela gerutunya. Tentu saja Mayya terkejut, sebab hanya ada dia di sini.
"Ranu?" Mayya mengerutkan keningnya. Seorang pemuda berjalan menerobos cahaya lampu jalanan.
"Kamu ada di mana-mana belakangan ini," ujarnya. Bergumam.
Ranu terkekeh. "Aku kebetulan lewat sini, habis pulang dari bar dan diskotik." Dia menjelaskan. Menunjuk jalan yang memang satu arah dengan tempatnya bekerja.
Mayya menunggunya sembari tersenyum. Mereka akhirnya berjalan beriringan.