[Misi 666 [ Final ] : Berikan Sepatu kepada Nadila]
"Aji?" Kata seorang gadis berkacamata disebelahku yang memanggilku dengan nada lembutnya.
Aku tidak menghiraukan nya sama sekali.
Bukannya aku bermaksuk untuk acuh tak acuh, tapi aku tengah menatapi langit dengan tatapan mataku yang kosong. Padahal di posisiku, aku tengah melihat sebuah layar bertulisan biru dengan kontras ala bluescreen di sebuah komputer.
"Aji?" Kedua kali gadis tersebut memangilku lagi.
Aku tidak mendengarnya sama sekali; yang kurasakan sekarang adalah sebuah rasa yang tidak menyenangkan saat aku mendengar misi itu.
Tulisan berwarna putih dengan layar berwarna biru pekat itupun meingatkanku dengan sebuah titah dari calon mertuaku.
"Ji, jangan kasi seseorang sepatu jika kamu tidak mau mengusir mereka ya?"
Aku paham, kasi sepatu ke orang terkasih itu teralarang. But hey! Itu misi aku loh. Mau tak mau aku harus turutin.
Ditengelamin di danau toba.
Kesasar di hutan mata kucing.
Jatuh ke tebing gara" ngikut seorang kuntilanak iseng.
Diculik sama penjaga laut selatan terus balik balik telanjang bulat gara" bajuku disita.
Apa lagi coba?
enam ratus enam puluh lima kali aku telah mati gara gara misi yang disediakan oleh sistim yang bego ini!
Dan lucunya, aku masih bisa hidup sampai sekarang.
Tapi... Tunggu dulu.
Aku melihat tanda pada sistim itu.
Hmm... Terakhirkah?
Mungkin saja sih ini misi terakhir, soalnya aku melihat ada tulisan [Final] di sisi kanan nya.
"Aji?" Gadis di sebelahku memanggilku lagi.
Aku tengah berguman dengan acaknya saat kami tengah berada di sebuah pingiran sungai yang dimana, kami dikelilingi oleh pohon yang rimbun dan kami sendiri pun duduk di lantai berbatuan dengan tenangnya.
Aku memandangi kakiku yang terlihat sangat bersih tidak seperti pria seusiaku yang sudah biasa berurusan sama tanah kasar.
Di sebelahku, ada seorang gadis berkacamata dengan rambut pirang dan wajah tirus nya yang terlihat sangat cantik dengan pakaian jeans hitam dan hoodie pink nya yang sangat kontras dengan warna kulit nya yang berwarna putih.
"Aji?" gadis tersebut memanggilku lagi.
Tapi aku mendiaminnya, karena aku bingung mau lakukan apa sekarang dengan misi konyol seperti ini.
Lakukan atau tidak ya?
Hmm...
Lakukan atau tidak ya?
Aku terus berpikir keras terkait apakah aku harus melakukan itu.
Saat aku tenggelam dalam pikiranku, sebuah tapak kaki yang bersih nan elok melayang ke muka kiriku.
Dess!!
kepalaku seketika tersungkur ke tanah berbekas tapak kaki seorang wanita.
Lalu, gadis itu membentakku dengan nada cempreng nya yang ketara.
"Jawab bego!"
Aku memandang nya yang tengah merengus wajahnya, berkacak pinggang dan hendak menendang aku lagi.
Tapi, aku menahannya secepat kilat dan menjawabnya,
"Tunggu tunggu!!"
Gadis itu pun menghentikan tindakannya saat aku berkata seperti itu.
Aku pun mengembalikan posisi dudukku walau wajah kiriku terdapat sebuah bekas tapak kaki yang terlihat sangat ketara walau kulitku berwarna cokelat bersih.
Gadis itu berjongkok dihadapanku dan bertanya,
"Apaan sih lo? Kok katanya mau malmingan malah melamun gajelas? Nanti sistim mu itu nyuruh lu ngapa ngapain lagi gimana?"
"Memang disuruh ngapa ngapain sih." Balasku kepada Nadila dengan nada datar.
Nadila terdiam seketika saat aku berkata seperti itu.
Dia mengetuk jari lentik nya yang berada di tangan kanan nya ke paha kiriku. Jelas dia bisa melakukan itu karena posisi dudukku adalah posisi duduk bersila.
Lalu aku pun melanjutkannya,
"Tapi, aku ga mau libatin dirimu karena misi ini terlalu berbahaya."
"Kenapa?" Nadila mempertanyakan itu kepadaku.
Sebagai cowoknya, kami punya komitmen untuk saling terbuka satu dengan lainnya.
Jadi ya... mau gimana lagi ya?
mau tidak mau aku harus bicarakan soal ini!
"Erm gini Nad. Aku disuruh kasi sepatu ke kamu."
"Oh gitu. Gampang tuh." Nadila membalasnya secara instan sebelum berusaha memahami konteks yang aku bicarakan ini kepadanya sekarang.
Nadila sempat tersenyum sebentar karena berpikir kalau hal tersebuth tergolong sangat mudah.
Namun, senyuman nya perlahan berubah menjadi sebuah ekspresi datar.
"Woi beb, serius lu mau ngusir?"
Aku terdiam sebentar...
Kalau aku turutin, bisa saja aku berhasil lolos dari jeratan misi menyebalkan ini.
Tapi, kalau aku tidak turutin....
"MUAHAHAHAHA!!! SELAMAT DATANG DINERAKA PEMBANTUKU!!!"
Aku bisa membayangkan itu semua. Bayangin aja semua adegan neraka bisa kucetak dengan jelas di otakaku yang polos ini.
Tapi di saat yang bersamaan, ini berati aku akan kehilangan kekasihku selamanya.
Apa yang harus kulakukan sekarang...
Jleb!
Erm...
Tunggu dulu...
Aku berdarah?
Darahku mengucur dengan derasnya dari ulu hatiku dan yang kulihat didepan mataku adalah gadis berkacamata tersebut yang meneteskan airmata nya.
"Mending lo mati daripada lo putusin gue!" Balasnya dengan nadanya yang sudah bercampur dengan tangisan.
Seketika mataku menjadi gelap dan yang bisa kurasa adalah sebuah pelukan hangat dari gadis sialan itu.
Alih alih kasi solusi malah aku nya dibunuh, semoga aja kamu ga dihukum mati!
Tapi anehnya, pemandanganku seakan akan berubah menjadi putih.
Terus berubah lagi menjadi pelangi dan seketika, aku merasakan diriku seperti telempar ke dimensi yang entah keberapa lah itu.
Seketika
Zeeet!
Aku terbangun dari sebuah tempat tidur yang sudah tidak asing untukku.
Tempat tidur itupun terlihat berantakan dan ruangan nya terlihat seperti seorang ruangan pria yang sudah biasa dijuluki wibu seperti diriku.
Aku pun bergerak secepatnya menuju kamar mandiku yang berada di kamar itu sendiri.
Sesampai di kamar tidur, aku mendapatkan diriku terlihat muda kembali.
Wajahku yang dikelilingi oleh kulit berwarna cokelat yang bersih dengan rambut hitam ku yang acak acakan, hingga badanku sendiri yang terlihat krempeng tapi masih terlihat sangat baik.
"Erm... kukira gua mati terbunuh." gumanku sambil bernafas lega.
Perkenalkan, aku Ajianto. Teman teman sering memangilku Aji karena namaku terdengar seperti sebuah merek MSG*.
Tapi ya, seperti yang diucapkan oleh orangtuaku. Nama adalah doa.
Mungkin mereka pengen ya aku bikin brand MSG aku sendiri?
Entahlah, yang penting aku harus siap siap dengan cepat menuju kampusku di Jogja karena hari ini adalah hari penerimaan mahasiswa baru.
Dan yang terpenting.
[Jangan lupa janjimu, Aji.]
"Iya iya paham. Aku ke kampus dulu." Guman ku berburu buru berpakaian tanpa mandi terlebih dahulu.
Beberapa waktu kemudian pun dengan sepeda, aku berhasil mencapai sebuah kamus termegah di Indonesia ini.
Kampus yang dimana, orang berebutan untuk masuk nya tapi cara masuknya pun tidak mudah...
Ya... Seperti diriku setengah tahun sebelum memulai perkuliahan disini secara perdana sebagai mahasiswa berprestasi.
Enam bulan yang lalu di sebuah tempat di Batam,
"Beelzebub, kupanggil engkau untuk sebuah perjanjian!"
============
*MSG = Monosodium Glutamate