Sosok pria bersenjata itu tak mendengar, terus saja berjalan menunduk. Lucy hampir meraih ujung mantelnya, namun ia kembali kalah cepat ketika pria itu berbelok ke kanan, ke sebuah gang jalan yang sangat gelap tanpa seberkas cahaya sedikit pun. Lucy bahkan tak dapat melihat jalan tempatnya berpijak, hanya dirinya yang meringis beberapa kali ketika merasakan telapak kakinya tertancap sesuatu yang tajam.
Intuisi menuntunnya.
Satu-satunya petunjuk adalah suara langkah pria itu yang terus terdengar melaju cepat ke depan. Pria itu sudah tak terlihat lagi, namun naluri Lucy mengatakan bahwa jaraknya dengan pria itu kembali menjauh, maka ia mempercepat langkahnya.
"Tolong berhenti!" Suaranya kini menggema.
Lucy heran, mengapa pantulan suaranya sekeras itu? Padahal seingatnya jalan gelap itu dibatasi dinding-dinding bata dan tanah liat yang seharusnya menyerap bunyi. Kenapa kini ia seolah berada di dalam goa?
CRK!
"Ah!"
"Astaga..."