(Lucius Samanta)
Tiba-tiba saja, aku merasakan getaran yang sangat begitu keras sekali, dinding yang aku pijak bergetar dan retakan menjalar kemana-mana. Aku melompat, menghindari dinding yang runtuh begitu saja. Kepulan asap yang membuat pandangan mataku terbatas. Mataku membulat saat dihadapkan sebuah pedang besar yang tepat berada di depan mataku. Aku mengambil belati di sarung yang aku taruh di sabuk pinggang, menahan pedang besar itu. Perbedaan yang sangat besar sekali, aku tidak bisa menahan begitu lama. Tubuhku terdorong, secepatnya aku menyeimbangkan tubuhku sebelum menghantam dinding bangunan.