(Noah Chandra)
Di hari yang cerah, belum lagi jalanan yang padat merayap. Aku baru sampai di Akademik sekitaran lima belas menit. Harus menembus kemacetan kota Jakarta yang sudah biasa terjadi.
"Matamu sudah seperti panda, menghitam seperti itu."
Aku menguap lebar-lebar. Saking lebarnya, lalat bisa masuk ke dalam mulutku yang terbuka lebar. Memang. Saat melihat dari balik layar handphone, kantung mataku menghitam, malah nyaris hitam. Jika disandingkan dengan panda, Sarah mengira aku masih saudara dengan panda.
"Gara-gara si Rio sialan, aku harus menyusun ulang buku-buku di perpustakaan," kataku yang kembali menguap lebar.
"Menyalahkan orang lain, padahal kamu sendiri yang salah. Kamu yang memulai duluan. Jadi jangan salah kalau Profesor Martin memberi hukuman berat," kata Sarah keji.