(Noah Chandra)
"Enggak. Cuma janji lama aja."
Clarissa kembali membuka mulutnya, ingin bertanya lebih banyak lagi. Tapi aku langsung menyergahnya. "Yang terpenting, sekarang bukan waktunya berdebat."
"Tumben lo enggak mau berdebat? Biasanya cerewet, tukang berdebat."
Aku memutar bola mataku, malas meladeni Ryan. Ryan dan Clarissa sama saja.
Kini, aku tahu bagaiman caranya mengalahkan pria berbadan besar itu. Karena memukul dan melukai, ternyata tidak berdampak apa-apa kalau pria itu bisa menyembuhkan diri.
Rantai-rantai di tubuhku keluar, memerintahkan rantaiku menyerang pria berbadan besar itu. Pria berbadan besar itu menghindari rantaiku, melompat ke samping. Sayangnya tidak sampai disitu saja, aku pun ikut menyerang. Belati sudah tergenggam di tanganku. Pria bernama Hazassin itu juga sudah bersiap dengan senjata di tangannya, senjata berupa gergaji mesin yang berdesing nyaring. Aku ngeri melihat benda itu, dengan sisi-sisi tajamnya yang bergerak cepat.