(Noah Chandra)
Ryan berdiri di hadapanku. Aku melihat senjata yang telah membelah pohon itu, yaitu sebuah pedang katana panjang yang tergenggam di tangan Ryan. Sahabatku ini, berlaga sok keren.
"Enggak usah rebut pertunjukkan gue tahu." Aku menggerutu sebal dan berdiri. Tidak ingin Ryan menganggapku lemah.
"Bukan waktunya ribut, bodoh."
Kata-katanya kasar dan dingin sekali. Tidak ada wanita yang mau dengan laki-laki dingin dan kasar seperti dia. Aku terkekeh. Itu lah sifatnya Ryan yang sebenarnya.
"Ok. Kita serang orang menyebalkan itu."
Rantai-rantaiku kembali bersinar dan bisa aku kendalikan lagi, Ryan juga sudah siap dengan katana di tangannya. Rantaiku memanjang, kali ini melancarkan pecutan yang membuat Indra tidak fokus dengan kehadiran rantaiku. Karena Ryan juga sudah ikut dalam pertarungan. Gesitnya mengayunkan katana. Indra menghindari tebasan dari katana Ryan. Tangannya mengepal erat, kesiur angin mengelilinginya, melancarkan pukulan berdentum.