Chereads / My psychiatrist's love / Chapter 10 - Awal Mula

Chapter 10 - Awal Mula

Yonghwa sampai di cafe tepat lima belas menit sebelum jam pulang sekolah Seunghan. Pria itu sedikit merapikan jas yang ia kenakan dan menata rambutnya sebelum akhirnya masuk ke dalam cafe.

Matanya menangkap seorang gadis yang melambaikan tangan dari pojok cafe. Dia berjalan menghampiri Haewon yang masih tersenyum sambil melambaikan tangan padanya. Setelah itu dia duduk di hadapannya.

"Pesanlah sesuatu," titah Haewon.

"Baiklah aku akan memesan ice americano, bagaimana denganmu? Mau pesan sesuatu lagi?" tanya Yonghwa.

"Tidak, aku sudah cukup dengan latte dan cheesecake ini," tolak Haewon.

Setelah selesai memesan, tiba-tiba kecanggungan menyelimuti mereka. Padahal tadi saat di room chat mereka bersikap seolah biasa saja, kenapa sekarang malah menjadi kikuk?

"Oh, aku akan pergi ke rumah sakit setelah ini," ucap Haewon memecah keheningan.

"Baiklah akan ku antar," kata Yonghwa.

"Tidak perlu, aku tak mau merepotkanmu…" tolak Haewon.

"Aku rasa Seunghan yang akan keberatan jika kau menolak tawaranku." Yonghwa malah menjadikan Seunghan sebagai alasan dan Haewon hanya bisa diam sambil sedikit mengangguk.

"Benar juga, Seunghan akan merengek jika aku pergi tanpanya siang ini," batin Haewon.

"Sebenarnya ada yang inginku sampaikan," ucap Yonghwa sedikit gelisah.

"Ya, apa itu?" tanya Haewon.

"Sebuah permohonan yang sama denganmu saat kamu memintaku untuk bertemu dengan ibumu," terang Yonghwa.

"Maksudnya kau memintaku untuk bertemu ibumu?" Haewon benar-benar tak berpikir sampai ke arah sana. Dia lupa kalau Yonghwa pasti juga akan mendapatkan pertanyaan dari keluarganya.

"Bukan ibuku, tapi kakek," terang Yonghwa.

"Baiklah." Dengan mudahnya Haewon menyetujui permintaan Yonghwa.

Belum sempat pria itu menjelaskan keadaannya pada Haewon, gerbang sekolah Seunghan telah dibuka, tanda bahwa jam pulang sekolah telah tiba. Haewon bergegas berdiri di ikuti oleh Yonghwa, mereka segera membaur dengan para orang tua lain yang telah siap menyambut anak mereka.

Sesaat kemudian, Haewon melihat Seunghan yang berlari menghampiri keduanya. Gadis itu telah siap menyambut bocah laki-laki itu dengan tangan terbuka dan bocah itu masuk ke dalam pelukan Haewon. Mereka tertawa bersama dan Yonghwa juga membelai kepala Seunghan.

Tak bisa di hindari, ternyata banyak dari para orang tua lainnya yang malah menggunjing mereka. Karena ini adalah pertama kali bagi Yonghwa datang menjemput Seunghan bersama seorang gadis.

"Lihatlah, dia sudah mendapatkan pengganti istrinya," ucap salah satu orang tua murid.

"Semoga saja gadis itu tak bunuh diri seperti istrinya dulu," timpal yang lainnya.

Haewon geram dengan perkataan ibu-ibu itu, dia hendak menghampiri mereka, namun tangannya dipegang oleh Yonghwa. Haewon menatap ke arah Yonghwa yang memberi isyarat untuk tak melakukan hal itu. Pria itu kemudian membawa pergi Haewon dan Seunghan menuju tempat di mana mobilnya terparkir.

Setelah masuk ke dalam mobil, Haewon masih kesal dengan perkataan ibu-ibu tadi, bagaimana bisa orang yang tak tau apa-apa malah seenaknya berbicara seperti itu. Dia juga sedikit kesal pada Yonghwa yang menahannya. Kenapa juga harus mendengarkan perkataan yang tak benar seperti itu? Atau perkataan mereka memang benar kalau ibunya Seunghan meninggal karena bunuh diri?

"Maaf," ucap Yonghwa sambil melihat ke arah Haewon melalui kaca karena gadis itu memilih untuk duduk di belakang bersama Seunghan.

"Untuk apa," kata Haewon ketus.

"Aku hanya tak ingin kau terlibat masalah dengan mereka," ujar Yonghwa.

Haewon hanya menghembuskan nafas kesal dan kembali fokus pada Seunghan yang memperlihatkan gambarnya. Sedangkan Yonghwa hanya bisa diam dan terus mengemudikan mobilnya.

Sesampainya di rumah sakit, mereka semua turun dari mobil dan ikut bersama Haewon ke ruangannya. Seunghan menggandeng tangan Haewon sedangkan Yonghwa mengikuti dari belakang.

Beberapa staf rumah sakit dan teman-teman Haewon menyapa mereka. Hari ini gadis itu hendak membereskan barang-barangnya karena selama cuti ruang kerjanya akan dipakai oleh rekan lainnya.

Haewon meminta Seunghan dan Yonghwa untuk menunggunya di sebuah ruang bermain agar Seunghan tak terlalu bosan menunggunya. Selama Haewon membereskan barangnya, Seunghan bermain sendiri dan Yonghwa sibuk menerima beberapa panggilan di ponselnya.

Setelah selesai dengan barang-barangnya, Haewon menghampiri Yonghwa dan Seunghan yang telah menunggunya. Pria itu bergegas membantu Haewon membawa box berisikan beberapa buku milik Haewon.

"Haewon-aa," sapa seorang pria dari kejauhan.

"Eo, Changsuk-aa… lama tak bertemu." Haewon menaruh box yang dia bawa dan menjabat tangan pria itu.

"Aku datang kemari untuk menggantikan seorang dokter yang mengambil cuti," ucap pria itu.

"Jangan bilang dokter itu adalah kau, Haewon-aa?" Haewon sedikit tertawa sebelum akhirnya mengiyakan tebakan Changsuk.

"Ya! Dokter itu benar-benar dirimu?" Changsuk sedikit kaget dan Haewon mengangguk menandakan apa yang dipikirkan oleh Changsuk itu benar.

"Lalu pria ini?" Rupanya sedari tadi Changsuk mendapatkan tatapan tak menyenangkan dari Yonghwa.

"Oh, perkenalkan dia suamiku," ucap Haewon mantap.

"Suami? Kau sudah menikah Haewon-aa?" Changsuk terheran mendengar perkataan Haewon.

"Ya, segera… aku akan mengundangmu ke pernikahanku nanti." Haewon tertawa kecil.

"Mama…" Seunghan muncul sambil memeluk kaki Haewon.

"Seunghan-aa, ayo sapa paman ini…" titah Haewon, Seunghan lantas membungkukkan badannya menyapa teman mamanya itu dengan sopan.

"Aku rasa kita harus segera pergi? Kita masih punya beberapa urusan yang harus diselesaikan." Yonghwa membawa beberapa box dan berlalu meninggalkan Haewon dan Changsuk.

Haewon yang sadar akan kekesalan Yonghwa sedikit terkekeh dan segera pamit pada Changsuk. Dia menggandeng Seunghan dan berlari kecil mengejar Yonghwa.

Melihat hal itu hati Changsuk sedikit panas, dia sudah lama sekali menyukai gadis itu dan sekarang gadis itu telah menjadi milik orang lain sebelum dirinya menyatakan perasaannya.

Setelah berhasil mengejar Yonghwa, Haewon kembali terkekeh dan berusaha membantu Yonghwa membawa sebuah box. Namun, hal itu ditolak oleh Yonghwa. Pria itu bersikeras untuk membawanya, dan menyuruh Haewon menggandeng Seunghan saja.

Sesampainya mereka di mobil, Yonghwa memasukkan beberapa box itu ke dalam bagasi mobil lalu membukakan pintu untuk Haewon dan Seunghan. Setelah itu dia segera melajukan mobilnya menuju suatu tempat.

Haewon dapat melihat bahwa pria itu tengah tersipu dan cemburu di waktu yang bersamaan. Terlihat dari telinganya yang memerah. Hal itu membuat Haewon gemas dan tertawa dalam hati, karena dia tak ingin diturunkan di pinggir jalan oleh pria itu.

***

Di tempat lain Chanhee sedang berusaha mendekati Seongeun dengan berbagai cara, dia bahkan turut membantu di toko roti ibu Kim. Dia mencari waktu yang tepat untuk bisa berbicara pada Seongeun.

Sebenarnya Seongeun bingung, kenapa hari ini dia diberi waktu libur sedangkan Chanhee yang katanya ada urusan mendadak tiba-tiba muncul di sini dan membantunya di toko roti? Bukankah ada yang aneh?

Akhirnya Seongeun menarik Chanhee agar bisa berada di pojok ruangan, dan bertanya pada atasannya itu apa yang sebenarnya terjadi.

"Pak Chanhee, ada apa bapak kemari?" tanya Seongeun.

"Bukankah sudah kubilang, panggil aku Chanhee saja." Chanhee malah mengalihkan pembicaraan.

"Itu tidak penting sekarang. Jadi ada apa denganmu? Apa ada yang ingin kau sampaikan padaku? Dari tadi aku melihatmu terus memperhatikanku, itu menjadikanku tak nyaman tau." Seongeun terus terang, sedangkan Chanhee malah menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil terkekeh.

"Sejujurnya aku butuh bantuanmu," ucap Chanhee.

"Ya? Kau butuh bantuan apa? Akan ku bantu…" kata Seongeun.

"Benarkah kau akan membantuku?" tanya Chanhee.

"Ya, tentu saja…" ucap Seongeun.

"Kalau begitu tolong jadi pacarku sehari saja. Besok malam, aku harus bertemu dengan kakekku dan membawa seorang gadis," tuturnya.

"Sejujurnya ini adalah ulah Yonghwa… kalau saja anak itu tak membawa calon istrinya, kakek juga tak akan memintaku membawa seorang gadis. Tolong selamatkan aku…" lanjutnya sebelum Seongeun menanyakan sesuatu.

Seongeun hanya bisa menghela nafas mendengar permintaan Chanhee, bagaimanapun dia telah menyelamatkan Seongeun dengan memberi pekerjaan padanya. Jadi apakah Seongeun harus membantunya? Ya, sudah pasti kan dia harus membantu Chanhee kali ini.

"Baiklah… aku akan membantumu. Haewon juga akan hadir di sana kan? Jadi tak masalah," ucap Seongeun.

Mendengar persetujuan Seongeun, akhirnya Chanhee bisa bernafas lega. Selama ini tak hanya Yonghwa yang selalu diganggu oleh kakeknya dengan kencan buta, Chanhee pun kerap kali diminta kakeknya untuk mengikuti kencan buta dengan gadis-gadis aneh. Jika rencananya berjalan sesuai yang diharapkan maka dia tak akan dihadapkan lagi oleh kencan buta.

Sekarang hanya tinggal menunggu bagaimana pertemuan antara Haewon dan Seongeun dengan Lee Myunho, kakek mereka. Apakah kedua gadis itu akan memenuhi standar kakek mereka?