Masa-masa di bangku SMA adalah hal yang paling indah dan manis. Dimana para anak gadis dan anak laki-laki saling menggebu-gebu soal cinta.
Perasaan egois yang dulunya tidak pernah mereka rasakan, kini mereka menjadi gila karenanya. Sebuah perasaan ingin memiliki, meluap dari dalam hati setiap insan yang telah terkena virus cinta.
Seperti saat Satya dan Rosa bertemu, mereka telah saling jatuh hati pada saat pandangan pertama di bangku SMA. Tidak butuh waktu yang lama untuk Satya dan Rosa menjalin hubungan asmara mereka.
Tentu saja Tasya akan menggondok karena mengetahui hal tersebut. Ngomong-ngomong soal Tasya, gadis itu sangat risih, jika mereka membahas soal lawan jenis, para kaum adam. Bukan karena apa, dia memiliki cerita dan alasannya sendiri, yang sampai saat itu ia tidak dapat menceritakannya terhadap orang lain.
Meskipun Tasya telah bersahabat dengan Rosa, setiap dari mereka menyimpan rahasia mereka masing-masing.
Waktu pun berlalu, tidak di sangka mereka telah benar-benar resmi duduk di bangku sekolah menengah atas. Impian setiap anak sekolah menengah pertama.
Jam lonceng istirahat pun berbunyi, "Kalian mau ke kantin ngak?" Tanya Tasya bersemangat, saat mendengar lonceng pertanda jam pelajaran telah berakhir.
Tentu saja tidak ada alasan bagi Rosa atau pun Camila untuk menolak ajakan Tasya. Toh, mereka wajah mereka juga tampak sangat kusut karena jam pelajaran matematika yang menguras otak.
Menilik dari ekspresi wajah kedua sahabatnya itu, Tasya langsung tahu bahwa mereka berdua setuju. "Yuk, cepat. Sebelum bakso kesukaan aku habis." Tasya tampak sangat excited.
Rosa dan Camila menyeret setengah badan mereka malas. Rasanya mereka ingin digendong saja, untuk sampai di kantin sekolah.
"Yeah, kok lemas banget si." Celoteh Tasya.
"Cepetan donk." Ujar Tasya lagi, tak mau bakso si bu Siti habis, karena mereka berjalan sangat lambat.
Tiba-tiba saja, Satya dan geng-nya nongol di depan mereka. Dengan bermodalkan sebuah senyuman, Satya tertuju pada Rosa.
Tasya melihat sinis akan kedatangan mereka. Dalam hati ia mengutuki kedatangan para pria tersebut.
"Kalian mau ngapain, kok halangi jalan aja." Tutur Tasya tidak senang. Tapi bukannya menjawab Tasya, Satya malah berjalan lurus melewati Tasya menuju ke arah Rosa yang berada tidak jauh di belakang Tasya.
"Hai Ros. Bagaimana kabar kamu hari ini?" Tanya Satya.
Tasya menyeringai. Satya membuat dia seperti hantu di siang bolong yang tembus pandang. Serasa bahwa dunia ini hanya milik dia dan Rosa seorang.
"Jangan tersinggung, Satya memang begitu orangnya. Ia hanya akan melihat gadis yang telah merebut hatinya saja." Bisik Charles, melihat Tasya kesal.
"Apa sih!" Sinis Tasya, terganggu saat Charles tiba-tiba berbisik ke telingannya. Namun Charles terlihat biasa saja dengan reaksi yang Tasya berikan. Dia hanya tersenyum dan menjauhi gadis itu beberapa langkah, sambil mengangkat ke dua tangannya ke atas, pertanda dia tidak akan mengganggu gadis itu lagi.
Di pihak lain, Rosa hanya bisa tersenyum malu melihat bagaimana Satya datang menghampiri dia. "Hari ini seperti yang kakak lihat, kabar aku baik dan semuanya berjalan baik-baik saja."
"Mau makan bersama?" Tilik Satya.
Rosa mengangguk malu. Tidak terima dengan hal itu, Tasya datang dengan melototi Rosa. "Ya! Kamu sudah janji mau makan dengan aku dan Camila." Protes Tasya.
Rosa segera menarik Tasya dan mendekap mulutnya yang berkoar-koar tidak jelas. Rosa tahu Tasya memang tidak sabaran, dia juga benci jika orang lain membatalkan janji dengannya.
"Kita kan bisa makan bersama-sama dengan mereka juga." Bisik Rosa ke telinga Tasya.
Tasya menggelengkan kepalanya. Ia benar-benar tidak ingin duduk satu meja dengan para senior itu.
"Kalian keberatan ya?" Satya bertanya dengan hati-hati.
Rosa menggelengkan kepalanya, masih dalam keadaan mendekap Tasya di sampingnya.
"Ngak kok. Kami mau-mau saja, iya kan Ros?" Tutur Camila, peka dengan Rosa.
Rosa mengangguk, Satya pun tersenyum. "Kalau begitu biar aku yang traktir kalian." Satya memperlihatkan kebisahannya sebagai seorang laki-laki di depan Rosa.
Tasya mau tidak mau mengikuti mereka. Karena sepertinya Camila tidak bermasalah juga jika harus makan bersama-sama dengan para senior laki-laki itu. Lagi pula itu hanya makan siang, bukan berarti apa-apa. Namun, Tasya sangat kecewa.
Satya tampak sangat memperhatikan Rosa saat mereka makan bersama. Tentu saja Tasya merasa terancam karena Rosa tampak tidak membutuhkan dia lagi. Rosa tampak lebih akrab dengan Satya dan itu mengiris hati Tasya.
"Berhentilah melihat mereka seperti itu." Bisik Camila.
"Memangnya aku melihat mereka bagaimana?" Tanya Tasya kesal, sambil menusuk bakso yang ada di dalam piringnya dengan kejam.
"Ya sudahlah yaaa..." Camila pasrah.
Secara ngak sengaja Camila bertatapan pandang dengan Charles. Ternyata pria itu menekuk dagunya memperhatikan Camila dari tadi. Hal itu membuat bulu kuduk Camila merinding, karena merasa gelagat Charles sangat aneh.
Tentu saja Yulex juga ada di sana, tapi anak laki-laki satu itu tidak menghiraukan sekitarnya. Ia hanya terfokus pada makanan yang ada di hadapannya dan menikmati waktu makannya.
"By the way guys, aku dan Rosa sudah berpacaran." Satya tiba-tiba saja membuka suaranya, mengungumkan bahwa dia telah menjalin hubungan asmara dengan Rosa.
Tasya yang saat itu baru saja memasukkan bakso bulat ke dalam mulutnya, secara tidak sengaja menyemburkan bakso itu ke wajah Yulex yang duduk di depannya!
Tentu saja itu tidak sengaja, Tasya hanya kaget dengan pengakuan yang baru saja dikatakan seniornya itu.
"Ya, apa yang baru saja kau katakan?" Tasya berdiri dari bangkunya dengan amarah yang tidak bisa dia redam, sambil menunjuk Satya dengan garpu. Seakan gadis itu hendak akan menancapkan garpu tersebut ke leher pria yang baru saja memberikan pengakuan.
Tasya bahkan tidak lagi sadar bahwa Yulex yang tidak ada sangkut pautnya, kini menatap gadis itu dengan keheranan yang luar biasa.
Yulex bahkan tidak pernah memperlihatkan ekspresinya dengan sebegitu jelas selama ini. Tapi hanya dengan 1 kelakuan Tasya, ekspresi wajahnya benar-benar terlihat dengan jelas.
Yulex mengambil tissue yang ada di atas meja dan melap seluruh wajahnya dengan perasaan jijik. Ia tak menyangka akan merasa se-sial itu, hari dimana dia menikmati bakso bu Siti yang lagendaris menurut lidahnya.
"Kamu kenapa sih, Sya?" Camila melihat sekeliling dan merasa malu untuk teman yang baru saja menjadi sahabatnya karena Rosa.
Tanpa mempedulikan Camila, Tasya melirik Rosa dengan tajam. "Ya Ros, aku kan udah bilang bahwa cowok ini tuh ngak benar. Kamu ngapain sih, pake acara pacaran dengan senior segala!" Tasya benar-benar tidak bisa menjaga mulutnya. Anak itu marah tanpa melihat situasi yang ada.
Di tengah-tengah situasi itu, Charles merasa suasana akan semakin seru dengan apa yang Tasya lakukan. Anak laki-laki itu tampak sangat menikmati jam makan siang mereka.
~To be continued