Rasty menyeringai ke arah Ferdinan sambil bertepuk tangan lalu berkata, "Wow ... kamu hebat Pak Ferdinan Alamsyah, alangkah mudahnya kamu datang dan pergi, kamu kira sahabatku itu persinggahan?"
Sekali lagi Ferdinan memberikan tatapan sinis pada Rasty.
"Tolong beri kami waktu berdua!"
Tiara merasa pusing dengan keadaan ini, dia pun langsung melirik Rasty dengan ekspresi yang rumit.
"Kakak Rasty ... Lebih baik kita pergi sekarang!"
Rasty mengangguk. Setelah itu dia menggandeng tangan Tiara dan bersiap untuk pergi. Namun, Ferdinan dengan segera menghalangi jalan mereka.
"Tunggu Ra!"
"Apa lagi?" Tiara semakin kesal dengan sikap Ferdinan.
"Please ... Berikan aku kesempatan untuk bicara berdua dengan mu!" Ferdinan memohon menurunkan harga dirinya.
"Saya rasa tidak ada yang perlu kita bicarakan lagi, bukankah semua tentang kita sudah selesai?"
"Sekali lagi maafkan aku! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi! Jika kamu memang tidak bisa menjadi pacarku lagi setidaknya mari kita mulai dengan menjadi teman dulu!" Ferdinan masih memohon dengan harapan Tiara luluh.
Tiara menyeringai ke arah Ferdinan. "Memangnya kapan kita tidak jadi teman?"
"Jadi kamu mau jadi temanku?"
Tiara tersenyum pahit. "Bukankah dari dulu kita adalah teman?"
Ekspresi Ferdinan menjadi buruk.
"Apa maksudmu? Aku ini orang yang dulu pernah kamu cintai, kita pernah melewati masa-masa indah bersama, dan sejak awal pertemuan, kita sudah menjadi kekasih. Jadi, bagaimana kamu bisa mengatakan kalau dari dulu kita adalah teman?"
"Maaf .... Saya tidak ingat. Mungkin itu hanya mimpimu saja, kalau begitu saya permisi!" Jawab Tiara sambil tersenyum. Setelah itu ia menarik tangan Rasty dan mengajaknya untuk pergi tanpa menengok lagi ke belakang.
Ferdinan diam mematung. Ada rasa ngilu di hatinya. Ia pun tidak terima kalau Tiara tidak pernah menganggapnya mantan kekasihnya bahkan Tiara menegaskan kalau diantara mereka tidak pernah ada hubungan.
Ferdinan dipenuhi oleh amarah yang menggila. Ia pun segera pergi dari tempat itu dengan hati yang hancur.
Sementara itu di atas motor, Rasty tertawa mengingat ekspresi Ferdinan.
"Kenapa Kakak tertawa?" Tanya Tiara dengan bingung.
Rasty melirik Tiara yang ada di belakangnya sembari berkata, "Hahaha ... Tiara, izinkan aku menjadi fansmu, karena tadi kamu sangat keren, kamu berhasil membuat Ferdinan terpuruk."
"Astaga ... Aku pikir apa yang membuatmu tertawa. Aku kira apaan. Padahal tadi itu, aku hanya mencari aman makanya aku mengatakan itu!" Kata Tiara sambil tersenyum.
Rasty merasa bingung. "Maksudmu?"
"Aku hanya berusaha melindungi hatiku dari rasa sakit, aku tidak munafik kalau bekas luka itu masih ada di hatiku, sehingga setiap kali melihat dia dan mengungkit kenangan itu membuatku sedikit sesak. Layaknya kaca spion maka sesekali aku akan melirik ke belakang agar aku bisa sampai tujuan dengan selamat, tapi untuk kembali itu tidak akan mungkin sebab gelas yang sudah pecah meski diperbaiki lagi itu tidak akan pernah sama dengan yang dulu lagi!" Jelas Tiara.
Rasty nampak berpikir mendengar apa yang dikatakan oleh Tiara. "Jika kamu masih merasakan perih, apakah itu berarti kamu dan Angga bukan jodoh? Karena cintamu pada Angga tidak bisa membantumu menghapus bekas luka itu. Apa aku benar?"
Tiba-tiba Tiara menjadi semakin bingung dengan perasaannya kepada Angga.
"Maksud kakak Rasty apa? Bagaimana bisa tidak jodoh sedangkan kami sebentar lagi akan menikah?"
Mendengar perkataan Tiara, Rasty langsung berhenti di bawah pohon pinggir jalan. Setelah itu dia turun dan mengajak Tiara duduk di pinggir jalan yang kebetulan ada tempat duduk yang disediakan untuk pejalan kaki.
"Sekarang aku akan bertanya!" Rasty menarik napas dalam sebelum melanjutkan kata-katanya. Tiara pun nampak serius menunggu apa yang akan Rasty tanyakan
"Apa kamu cinta pada Angga?"
Tiara langsung mengangguk tanpa ragu. "Tentu saja cinta. Makanya aku setuju menikah dengannya."
"Apa kamu yakin?"
Tiara tersenyum sambil meremas kedua tangan sahabatnya itu. Ia lalu berkata, "Aku tidak pernah seyakin ini, Angga adalah jodoh terbaik yang dikirim Allah untukku, dan aku yakin Angga jauh lebih baik dari Ferdinan. Buktinya dia memperlakukanku sangat baik, dia begitu perhatian dan dia sangat sabar mengahadapi cerewetnya aku, dan yang paling penting dia sudah memperkenalkan aku dengan seluruh keluarganya. Yang paling penting hubugan kami sudah jelas tujuannya!"
Rasty menyeringai ke arah Tiara.
"Dulu juga kamu bilang begitu tentang Ferdinan. Persis sama seperti yang kamu katakan sekarang, dia yang rela mengorbankan segalanya buatmu tapi lihat apa yang dia lakukan padamu, semudah itu dia bilang cinta tapi semudah itu juga dia bilang putus!"
Tiara terdiam mendengarkan perkataan Rasty, dia juga sependapat dengan Rasty, tapi dia sudah terlanjur nyaman sama Angga dan sudah merasa yakin padanya.
"Mutiara Senja sahabatku! Aku berharap kamu mendapatkan lelaki yang mencintai dan mau menerima semua kekuranganmu. Akan tetapi tolong pikirkan baik-baik hubunganmu dengan Angga. Jika memang dia jodoh dan cinta sejatimu maka sudah pasti bekas luka di hatimu akan segera hilang, dan sejujurnya aku punya perasaan tidak enak ketika melihat Angga." Kata Rasty dengan jujur.
Tiara kehilangan kata-kata, dia juga sependapat dengan Rasty lagi. Angga memang sudah menceritakan masa lalunya yang buruk, tetapi sekarang dia sudah insyaf dan mendekat sama Allah, buktinya dia sering menghadiri taklim.
"Sebaiknya kita pulang sekarang agar kamu bisa memikirkan apa yang aku katakan tadi!"
"Iya."
Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan dengan menyisakan perasaan yang rumit di hati Tiara.
Setelah hari itu, Tiara terus terbayang apa yang sudah dikatakan oleh Rasty, tapi sikap Angga membuat perkataan Rasty berangsur-angsur hilang.