Mereka terus melihat film itu dengan serius hingga akhir cerita. Walaupun film telah berganti, mereka tetap meneteskan air mata. Beberapa saat kemudian mereka sedikit tenang dan kami melanjutkan film berikutnya.
Kami menonton film sampai tidak terasa sudah jam 3:45. Aku menoleh dan melihat semua orang sudah tertidur. Aku memilih untuk tetap diam dan melanjutkan menonton film. Aku berusaha untuk tidur tapi tetap tidak bisa melakukannya.
Tanpa disadari bahwa matahari telah terbit. Aku memutuskan untuk keluar dan duduk dikursi. Aku duduk dan akhirnya tertidur. Beberapa menit kemudian Kwang-il bangun dan melihat aku tidak ada ditempat. Karena panik dia segera membangunkan Yeong-sik dan Hyuk-ji. Mereka yang menyadari bahwa aku tidak ada segera mencariku dan akhirnya menemukanku diteras.
Matahari menyinari dan angin berhembus lembut. Mereka terus melihatku yang tidur dengan tenang dikursi. Saat mereka melangkah maju, angin berhembus sedikit kencang dan menerbangkan bunga-bunga Sansuyu serta gorden dipintu.
Mereka melihat dan menatap Bong-ki dengan terkejut. Mereka melihat sebuah rambut berwarna biru gelap yang seperti langit malam. Rambutnya yang terurai terhembus angin. Wajah wanita itu sangat berbeda dengan Bong-ki. Wajahnya sangat putih, cantik dan bercahaya. Mereka terpana melihat orang yang duduk disana dan merasakan perasaan yang aneh.
Beberapa saat kemudian angin berhenti berhembus dan Bong-ki kembali seperti semula. Mereka merasakan perasaan menjanggal yang terjadi terhadap Bong-ki. Mereka menatap dan melihat Bong-ki dengan teliti. Untuk sesaat mereka merasa lega dan kemudian takut. Setelah melihatnya, Kwang-il menggendong Bong-ki dan mengantarnya ketempat tidur.
"Apa yang aku lihat tadi ?!" tanya Yeong-sik panik.
"Apa kakak juga melihatnya ?!" tanya hyuk-ji terkejut.
"Kalian juga melihat perempuan itu ?!" kata Kwang-il terkejut.
"Jadi, kita bertiga melihatnya !?" kata Yeong-sik.
Mereka mencoba berfikir bahwa itu karena mereka sangat kelelahan dan memutuskan tidak membahasnya lagi. Dari jam 7:15 semua orang mulai bangun satu-persatu dan melakukan aktifitas sendiri. Saat jam 8:45 semua orang berkumpul untuk sarapan kecuali Bong-ki.
"Yeong-sik Hyung, dimana Bong-ki sekarang ?" tanya Ji-won.
"Ya, apakah dia tidak ikut makan ?" tanya Hyeri.
"Bong-ki tidak bisa tidur semalam dan baru tidur tadi pagi" jawab Yeong-sik.
"Benar, sebaiknya kalian tidak terlalu ribut dan tenang sampai Bong-ki bangun nanti !" tegas Kwang-il.
"Tolong kerja samanya semua !" seru Hyuk-ji.
"Baik, kami akan tetap tenang !" jawab mereka.
"HUUAAA !!!" suara tangisan terdengar dikamar Bong-ki.
Mendengar suara tangisan, Yeong-sik, Kwang-il, dan Hyuk-ji bergegas berlari kekamar Bong-ki. Saat membuka pintu mereka melihat Bong-ki menangis disamping tempat tidurnya sambil duduk meringkuk. Yeong-sik, Kwang-il, dan Hyuk-ji mencoba menenangkan Bong-ki dan memelukya.
Suara tangis Bong-ki membuat kakak-kakaknya ikut menangis. Setelah beberapa saat Bong-ki tenang dan melanjutkan tidurnya karena masih khawatir kakak-kakaknya menemani Bong-ki sebentar dan pergi keluar.
"Apa semua baik-baik saja kak ?" tanya Dong-sun khawatir.
"Semua baik-baik saja. Maaf sudah membuat kalian khawatir !" jawab Yeong-sik sedih.
"Iya, semua akan baik-baik....Hiks..apa yang harus kita lakukan ?!" tangis Yeong-sik jatuh.
"Hiks...Hiks...kakak, bagaimana sekarang ?!" tanya Kwang-il dengan tangis pilu.
"Hiks...Hiks...Hiks..." diam Hyuk-ji hanya tangis.
Melihat tangisan kesedihan Yeong-sik, Kwang-il, dan Hyuk-ji mereka hanya bisa diam dan melihat tanpa melakukan apapun. Mereka yang tidak mengerti tidak bisa melakukan apapun. Perasaan bersalah menemui mereka karena tidak dapat melakukan apapun.