Chapter 8 - Hangat

Dari cerita yang aku dengar, Bong-ki adalah seorang anak yang cerdas dan memiliki kebahagiaan dengan keluarganya. Tapi, karena salah pergaulan dan hasutan dari salah satu temannya saat masih kelas 1 SMP, dia memilih menjauhkan diri dari keluarganya dan mengalami depresi akibat bulian yang sering diterima dari teman-teman sekolahnya. Karena Ia menjauh dan tidak berbicara kepada keluarganya dia tidak bisa menceritakan kegelisahannya.

Saat masa depresinya semakin parah, dia sering pergi keluar saat sekitar jam 3 pagi dan kembali jam 6 pagi untuk menenangkan diri. Saat suatu hari dia pergi keluar seperti biasanya, hari itu menjadi hari yang berbeda. Saat hendak berjalan pulang dan menyebrangi jalan, teman yang menghasutnya saat masih SMP tidak sengaja melihatnya dan berniat menabraknya karena ia dalam keadaan mabuk.

Kecelakaan pun terjadi, karena panik dia pun sadar apa yang telah dia lakukan dan pergi begitu saja meninggalkan Bong-ki yang saat itu tengah sekarat. Untungnya setelah beberapa saat ada 3 pemuda yang berjalan dan melihat Bong-ki. 3 pemuda yang melihat Bong-ki terkapar berdarah panik dan segera memanggil ambulans. Saat menunggu ambulans mereka ingin memeriksa bagaimana keadaannya, mereka mengenali dan terkejut melihat Bong-ki. Ternyata mereka adalah teman dari kakak-kakak Bong-ki.

Mereka terkejut dan segera menghubungi kakak tertua yaitu Lee Yeong Sik. Tepat setelah memberi kabar kepadanya, ambulans datang dan membawa Bong-ki. Mendengar apa yang terjadi kepada adik mereka, seluruh keluarga segera datang kerumah sakit. Setelah tiba dirumah sakit, mereka dengan panik menanyai bagaimana kondisi Bong-ki. beberapa saat dokter keluar dari ruangan ICU dan menjelaskan bagaimana kondisi Bong-ki.

Sambil duduk dibelakang pintu aku berpikir apa yang harus kulakukan. Haruskah aku ceritakan aku bukan keluarga mereka. Aku bingung harus bagaimana aku bersikap. Bisakah aku menjadi keluarga mereka.

*Tok* *Tok* *Tok*

"Sayang, apakah kamu mau makan ? Jika kamu mau makan, kakak akan membawakannya untukmu." Tanya Yeong-sik dengan cemas.

*Suara Pintu Terbuka*

"....." begitu keluar aku langsung melemparkan wajahku ketubuh Yeong-sik.

"A-ada apa !? Apa kamu butuh sesuatu ?" tanya Yeong-sik dengan panik.

"Apa Jangan-jangan ada bagian yang sakit !?" asumsi Kwang-il panik.

"Jika kamu sakit, cepatlah berbaring !!" usul Hyuk-ji cemas.

"Tidak, aku baik-baik saja" jawabku sambil menggelengkan kepala.

"Maaf...., sekarang aku hanya bisa minta maaf tanpa mengingat semuanya !" kataku.

"Tapi...tapi, saat aku mengingat semuanya kembali, aku akan minta maaf dengan benar kepada semua orang !" kataku.

"...Begitu ya. Tidak apa-apa. Kami sudah sangat senang dengan permintaan maafmu sekarang !" jawabnya sambil memelukku lembut.

"Benar, karena itu jangan terlalu memusingkan banyak hal lagi." hyuk-ji tersenyum.

"Lebih baik kamu pikirkan apa saja yang membuatmu bahagia !" Kwang-il sambil mengelus-elus kepalaku.

Gawat, kenapa mereka baik sekali. Aku jadi tidak ingin melepaskan mereka. Aku tau mereka tidak melakukan ini untukku. Tapi, Aku sangat merindukan perasaan ini. Perasaan yang hangat ini aku tidak ingin melepaskannya.

Aku melihat seseorang lagi. Tapi yang ini sangat berbeda dari yang sebelumnya. Dia terlihat berusia 10 tahun dan wajahnya sedikit samar.

"Hangat, kakak sangat hangat. Aku suka saat berpelukan dengan kakak !!" kataku dengan heboh dan senang.

"Hahaha, benarkah ? kalau begitu aku akan terus memelukmu selamanya !!" katanya dengan wajah cerah dan gembira.

"Wahh, Kakak aku sayang kamu selamanya !!" kataku senang sambil memeluknya erat.