Chereads / When The Party's Over. / Chapter 9 - Dia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.

Chapter 9 - Dia selalu mendapatkan apa yang ia inginkan.

'Aku hanya cemas ketakutanku membentuk momok nyata, dan menjadi tokoh pendukung merupakan hal yang baik bagiku untuk saat ini.'

Irina menatap ponsel miliknya dengan wajah datar, tanpa sadar dia menjadi orang yang tak sabaran. Tak tenang juga tak bisa hanya diam menunggu, rasanya harga dirinya tiba-tiba saja tergulung di injak olehnya sendiri ketika dia meninggikan ego karena tak terima.

Tapi Kanneth adalah suaminya, pria itu harus kembali kerumah yang tepat.

Sebelumnya, Irina mengirimi dia sebuah foto dimana dia berdiri di depan jendela kaca apartemen mereka dengan sebuah lingerie hitam yang menggoda. Dengan pesan singkat emoticon hati, ini adalah cara Irina untuk mengatakan jika dia merindukan Kanneth sekarang juga.

Memang kalau Kanneth ingat, terakhir kali mereka bercinta itu satu bulan yang lalu sebelum Irina membahas tentang Olivia terus menerus dalam pembicaraan mereka. Salahnya karena tak menjelaskan lebih dulu pada Irina, tetapi jika dipikir ulang. Dia memang berselingkuh, bahkan tidur dengan Olivia.

Itu beberapa hari yang lalu, Kanneth sampai di basement apartemen dan turun segera dari mobil dengan senyuman di bibir. Otaknya tak bisa berhenti memikirkan tentang istri kecilnya, ya, karena tubuh Irina tidak setinggi Olivia. Terbilang kecil yang imut dan menggemaskan, nekat menikahi seorang perempuan tanpa diketahui oleh keluarganya selain ibu dan wali nikah Irina adalah tanggung jawab besar yang dia ambil di usia muda ini.

Sedangkan di dalam apartemen, Irina memegang dinding kaca sambil menatap gemerlap malam hari di kota besar ini. Tengah mengingat masa lalu saat dia pertama kali mengambil keputusan menerima saran Kanneth agar mereka menikah, saat itu. Keduanya sangat mengerti satu sama lain,tetapi sekarang, sejak kapan jarak itu mengambil Kanneth jauh dari sisinya?

Seluruh lampu di apartemen telah mati, hanya jendela kaca besar ini yang dibiarkan terbuka hordengnya olehnya. Kali ini, ternyata diamnya tak menghasilkan apapun dan membuat dia overthinking tak terkira. Tanpa pikir panjang mencari lingeria lama untuk digunakan dan memancing Kanneth untuk pulang, Irina tak tahan memikirkan Olivia berada di sisi suaminya terus menerus dengan dukungan dari ibu mertuanya juga.

Malam itu Kanneth tidak pulang kerumah, dia berbohong pada semua teman-temannya. Ada sesuatu yang mengharuskan dia segera pulang, Irina. Jantungnya berdetak sangat kencang, Kanneth tak sabaran untuk segera pulang dan bertemu dengan istrinya.

Perempuan itu memancingnya untuk pulang di saat bahkan tugasnya saja belum selesai, tapi teman-temannya bisa diandalkan. Setidaknya untuk kali ini saja, dia tak bisa meninggalkan istrinya sendirian dirumah dan kedinginan. Sudah lama Irina tak mengundangnya untuk pulang, atau memang Kanneth yang tak pernah peka untuk kembali.

TIT... TIT...

Suara kunci pintu ditekan terdengar keras dari dalam, Irina menoleh untuk bersiap bertemu dengan suaminya. Kanneth akan segera pulang jika dia mengirimi gambar seperti itu, karena Irina tahu betul apa yang diinginkan suaminya.

Bukan seperti Olivia yang mengutamakan keinginannya untuk memiliki Kanneth secara egois, Irina berbalik untuk melihat sosok suaminya yang tampan.

"Hai, kamu udah nunggu lama?" Tanya Kanneth untuk pertama kali saat melihat istrinya berdiri di ruang tengah dalam kegelapan bersama lingerie yang membalut tubuh kecilnya.

"Ya, kamu udah makan?"

"Belum, kamu masak sesuatu? harumnya enak." Kata Kanneth mendekat dan menarik pinggang Irina untuk mengambil satu ciuman panjang.

Sebuah ciuman panjang untuk memulai ke sesi paling panas di antara keduanya, tetapi Irina tak membiarkan itu berlalu dengan mudah. Dia mendorong tubuh suaminya dengan suara decapan dua bibir yang saling bercumbu terlepas dan Kanneth menatap bingung karah istrinya, berniat untuk mencium kembali.

Namun Irina menghalangi bibirnya.

"Kenapa?"

"Mandi dan makan, kamu bakalan sakit perut setelah bercinta. Aku gak mau repot nantinya! Cepat!" Kata Irina menjauh dari tubuh suaminya yang panas tubuhnya sudah naik beberapa derajat karena satu sesi ciuman.

"Oke, dan kamu jangan pergi kemanapun!!"

"Gak akan, rumahku disini bersama kamu. Kemana lagi aku bakalan pergi." Timpal Irina dengan kekehan penuh arti.