DUBAI
Jet pribadi itu membelah langit Abu Dhabi dengan kedua sayapnya terpampang mewah di langit angkasa. Perpaduan antara warna hitam dan gold. Di dalam jet pribadi itu, ada dua direktur besar perusahaan yang sebelumnya tidak saling kenal dan saat ini mereka memutuskan untuk menjadi seorang sepasang kekasih.
Tepat saat salah satu pramugara di sana membuka jet pribadi itu, sepasang kekasih itu keluar dengan pakaian dan sandal yang sangat santai. Tidak seperti kebanyakan orang dengan kemeja dan pakaian kerjanya.
"Kau menikmati perjalanan kita tadi?" tanya Alexander kepada Bliss yang baru saja membuka matanya. Dan melihat pemandangan di bandara dengan matanya yang cukup cerah hari ini.
"Ya, sangat menikmati. Aku seperti sedang berada di antara mimpi yang indah. Yang di dalamnya sana aku bisa merasakan aik pesawat yang sungguhan nyaman," ujar Alexa, ia tak berbohong denga napa yang dikatakannya. Ia sangat nyaman dengan yang diusulkan oleh Alex.
"Mari kita nikmati kehidupan yang lain di sini," ujar Alexander sembari memberikan uluran tangannya di depan Alexa yang siap untuk bekerja Kembali ke negara ini. Membangun bisnis dan memperlebar sayap bisnisnya di negara ini.
Tak jauh dari apa yang akan dilakukan oleh Alexander, pria itu ke negara ini juga tidak untuk diam. Setidanya ada beberapa schedule yang telah dipersiapkan olehnya saat dalam perjalanan mereka kemarin.
Dua koper besar telah selesai diangkat oleh pengawal Alexander yang memakai pakaian serba hitam lengkap dengan kacamata hitamnya. Apakah Alex tak membawa barang? Tentu saja tidak. Ia bisa ke salah satu kantornya dan mendapatkan semuanya yang dirinya inginkan.
Kedua manusia tersebut kemudian berjalan dengan tegap menuju tempat yang sudah dipersiapkan oleh Alex. Yaitu sebuah tempat untuk menginap. Hotel yang berada di tengah kota.
"Kau ternyata banyak diam, tak banyak bicara sepertiku. Sejak kemarin aku terus yang mengatakan semuanya untukmu pertama kali. Ada apa?" tanya Alex sesaat menyadari jika apa yang dilakukan oleh Alexa Bliss saat ini tidak lain dari hanya sekadar diam dan membungkam mulutnya tanpa sepatah kata pun yang terucap dari Wanita itu. Sedangkan kepala Alexa disandarkan di sisi jendela mobil.
"Aku senang mengunjungi Dubai, namun ada sesuatu yang tidak bisa untuk aku ceritakan kepadamu, Alex. Maaf," ujar Alexa Bliss dan kemudian ia mengulum senyumnya dalam. Matanya tertunduk. Wanita itu mengingat sesuatu dalam kehidupannya.
Dubai adalah tempat masa kecilnya. Tempat dirinya tumbuh, sebelum ia terbang ke Amerika untuk melakoni perannya sebagai pewaris tunggal perusahaan yang saat ini dirinya pimpin.
"Oh, baiklah, aku tak akan mempermasalahkan hal itu, yang jelas aku saat ini adalah kekasihmu, yang akan melindungimu dari masalah apa pun," ujar Alexander White dengan suaranya yang ringan. Pria itu mengambil lengan Alexa Bliss dan digunakan untuk tempat ternyaman dirinya menyandarkan kepalanya di sana.
Perjalanan masih Panjang menuju hotel tempat mereka menginap. Dengan mobil yang melaju kencang, Alexa Bliss seakan-akan merasakan sedikit banyak kenangannya yang terulang di dalam pikirannya.
***
Mafia. Satu kata yang selalu menjadikan gadis malang itu ketakutan. Bagaimana dirinya harus menjadi korban di antara sepuluh anak lain yang diculik oleh salah satu kelompok mafia palingk kejam di Kawasan Timur Tengah.
Dan salah satu anak gadis malang itu adalah Bliss, pemilik kornea mata biru yang indah dengan hidungnya yang kecil namun lancip, ia juga memiliki bulu mata yang lentik seperti unta padang pasir.
Anak itu mengidap PTSD (Post Taruamtic Stress Disorder) atau gangguan stress pasca trauma. Bliss tidak bisa menghilangkan kenangan buruknya saat diculik oleh mafia anak itu. Beberapa yang lain dijual dengan harga yang begitu murah. Anak-anak sepantaran dirinya bahkan ada yang meninggal di depan matanya karena bola matanya diambil dengan paksa.
Oh, itu adalah kejadian yang mengerikan bagi Bliss untuk diingat saat ini.
***
"Arghhh … " pekikan keras itu membuat semua orang yang berada di dalam mobil tersentak kaget.
Tak terkecuali dengan Alex yang sedang setengah tidur di lengan Alexa.
"Kau mengalami mimpi buruk?" tanya Alex dengan nadanya yang khawatir. Ia begitu cemas dengan keadaan Wanita yang saat ini menjadi kekasihnya itu.
Kenangan itu berhasil hilang sesaat Alexa melihat mata biru milik Alex yang saat ini memandangnya dengan penuh dalam. Sejuk dan mendamaikan.
Napas yang terengah-engah kemudian perlahan Kembali normal. Degub jantung yang awalnya berdetak dengan kencang, perlahan berdetak perlahan. Meski tanpa Alex tahu, Alexa Bliss saat ini sedang menyembunyikan kedua tangannya yang bergetar dengan hebat karena reaksi dari gangguan pasca trauma yang dialami olehnya.
Itu sangat buruk. Namun Alexa Bliss harus bisa bertahan di sini untuk kehidupan dirinya dan ribuan orang yang bekerja di bawahnya. Dia menyayangi semua orang yang membuatnya percaya diri saat ini.
"Aku takt ahu jika tidur siang juga mampu mengantarkan kita pada mimpi buruk yang sangat mengerikan," ujar Alexander selanjutnya.
Mobil menepi ke sebuah apartemen mewah. Dengan lantai yang menjulang tinggi. Ketika Alexa dibukakan pintu, suara deburan ombak terdengar begitu merdu. Ia sangat rindu dengan suara deburan ombak dan aroma pantai yang sangat berbeda dari aroma debu jalanan kota New York.
"Karena kau mengatakan jika tidak ada sex di antara kita, kau boleh memesan satu kamar untuk kamu tiduri selama beberapa hari. Yang jelas jangan djauh dari apartemen di mana aku tinggal," ujar Alex Ketika kaki mereka sama-sama saling melangkah ke dalam apartemen tersebut.
Di depan, mereka telah disambut dengan sambutan yang begitu ramah. Lima orang petugas dari apartemen tersebut berjalan di belakang sang pengusaha tersebut.
"Aku menyetujuinya. Lagi pula aku tak terlalu membutuhkan tempat yang luas. Hanya kamar untuk tidur dan beberapa barangku. Terlalu mewah jika menyewa sebuah apartemen untuk hanya tinggal sepuluh hari di sini," ujar Alexa kemudian.
Alex tidak keberatan dengan suara nyaring Wanita itu.
"Dalam aparetemen milikku ada tiga kamar tidur. Kau bisa di dalam bersamaku. Tidak satu ranjang, aku berani menjamin hal itu," ujar Alex dengan mengacungkan jari kelingkingnya.
"Aku menerima tawaran itu," jawab Alexa kemudian mengambil kelingking tersebut.
Keduanya menaiki lift dengan tombol yangditekan menunju ke lantai tiga puluh. Seperti sebuah lantai yang sangat tinggi untuk ditinggali. Namun jika pemandangan yang bisa terlihat dari atas sana sangat menarik yakni sebuah tengah kota yang berseberangan dengan pantai di bagian yang lain, Alexa kira bukan menjadi masalah yang besar.
Ia tak hanya ingin bekerja di sini. Kenyamanan di tanah kelahirannya. Ia hanya ingin merasakan tempat ini adalah tempat terbaik untuk melepaskan penat yang ada di dalam pikiran dan tubuhnya.