Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Gairah CEO Binal

Nia_Jax_9433
--
chs / week
--
1 RATINGS
12.6k
Views
Synopsis
Alexa (30 tahun) merupakan CEO perusahaan kosmetik terbesar yang memiliki masa lalu kelam. Ia menjadi pengidap PTSD (Post Traumatic Disorder) yang sangat menganggu kehidupannya. Selain mengidap PTSD, ada kelainan yang ada dalam tubuhnya, yaitu dia adalah seorang wanita yang hyper terhadap seksualitas. Berjuluk CEO Bergairah, dapatkan Alexa menjalani kehidupan trauma dan kebinalan yang ada dalam tubuhnya? Bagaimana kisah Alexa berlanjut?
VIEW MORE

Chapter 1 - Alexa Bliss and Alexander White

Seorang Wanita berjalan dengan terburu-buru, langkahnya bahkan seperti kancil yang lincah. Namanya Alexa Bliss. Wanita berusia tiga puluh tahun yang saat ini menjabat sebagai direktur utama perusahaan kosmetik besar di Amerika. Ia adalah perempuan yang mandiri dan pekerja keras. Terlihat sejak pagi hingga petang saat ini. Langkahnya masih tegap dan tak gentar ia berjalan melewati kerumunan orang yang ada di dalam bandara.

Ia akan melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri Bersama dengan lima orang sekretaris pribadinya.

"Kurang dua menit lagi, dan aku sangat benci dengan keterlambatan!" pekiknya di sela-sela langkahnya yang terburu-buru itu.

Lima orang yang ada di sekitarnya hanya bisa diam. Tak banyak bicara di saat seorang atasanya sedang tidak baik-baik saja. Keterlambatan adalah sesuatu yang tidak bisa ditolerir oleh Alexa. Ia sangat disiplin dalam mengerjakan sesuatu.

Brak …

Bunyi nyaring khas barang yang jatuh. Ponsel yang semula ada di genggaman Alexa terlepas dan jatuh di lantai pesawat. Seorang lelaki asing baru saja menubruknya, membuat dirinya harus segera mengambil ponsel itu Kembali. Sialnya ia harus saling pandang dengan lelaki itu Ketika keduanya memiliki niat untuk mengambil barang penting milik Alexa tersebut.

Pandangan mata antara dua orang yang tidak saling kenal mengenal tu berhenti beberapa detik. Oh, sepertinya Alexa saat ini sedang mengamati manik mata pria tersebut yang begitu indah. Perpaduan warna hitam, krim, dan biru. Serta sinar yang tidak akan dia lihat pada korena manusia yang lain.

"Ma-maaf Nyonya, Aku tak memiliki niat untuk membuat ponselmu terjatuh," ujar laki-laki asing tersebut selanjutnya dan menyerahkan ponsel mewah itu kepada Alexa.

Ponsel yang dimiliki oleh Alexa bukan sembarang ponsel. Itu adalah ponsel yang masuk ke dalam ponsel paling canggih. Fungsinya bukan hanya untuk alat komunikasi saja. Ponsel dengan harga ratusan ribu dollar itu mampu untuk memesan seluruh penerbangan, dan juga mampu untuk memesan kamar hotel, kapan saja dan di maa saja. Di seluruh dunia.

"Ehm," Alexa hanya menjawab perminta maafan itu dengan deheman kecil.

Lima sekretaris pribadinya itu mengerti sesuatu akan terjadi. Pemberangkatan pesawat di depan mata satu menit lagi, dan mereka saat ini masih berada di luar pesawat.

Dan benar, belum ada satu menit yang diperkirakan, pesawat dengan maskapai penerbangan paling mewah itu telah lepas landas. Bersamaan dengan Alexa yang menegakkan badannya.

Perempuan itu dengan sekretarisnya yang lain sama-sama melihat pesawat itu mengudara. Keterlambatan penerbangan menimpa mereka.

"Apakah Nyonya tertinggal pesawat?" tanya lelaki asing yang tadi menabraknya. Lelaki asing itu melihat wajah putus asa Alexa yang gusar melihat pesawat yang telah lepas landas.

"Aku sangat kecewa. Namun, harus bagaimana lagi, aku tak bisa untuk menelepon pilot di sana dan menyuruhnya untuk Kembali menjemputku, itu sangat mustahil," ujar Alexa dengan senyumannya.

"Mungkin aku bisa melakukannya," ujar lelaki itu kemudian.

Alexa hanya tersenyum tipis, dan kemudian ia memberikan kode kepada seluruh sekretarisnya untuk segera memesan tiket Kembali. Dan dirinya akan menunggu sembari berbincang hangat dengan pria bermanik biru coklat itu.

"Benarkah kau akan melakukan hal itu? Aku rasa kau sedang mabuk berat," ujar Alexa. Keduanya lalu berjalan beriringan ke sebuah kursi tunggu yang tak jauh dari mereka berdiri saat ini.

"Perkenalkan Jhon Alexander White." Pria asing itu memberikan tangannya kepada Alexa, membuat Alexa tidak bisa untuk menyangka sesuatu hal aneh terjadi.

"Aku yakin kau sedang mabuk. Siapa nama mu yang asli?" tanya Alexa sekali lagi.

"Kau seorang Wanita yang tak mudah percaya ternyata. Aku akan tunjukkan identitasku, ini kartu namaku," ujar pria itu kemudian. Mengambil sebuah kartu dari dalam dompetnya.

Dan kali ini memang kenyataannya seperti itu, lelaki itu Bernama Alexander White salah satu pemilik perusahaan Eteehad Airways.

Alexa melihat Kembali penampilan pria itu, yang bahkan seperti seorang yang akan bermain golf. Hanya memakai celana pendek, dan kaus warna hitam dengan sebuah karikatur yang tidak jelas.

"Siapa kah nama mu Nyonya?" tanya Alex kepada Alexa.

Alexa masih tak begitu percaya ia menemukan salah seorang pengusaha besar di sini, dengan alur takdir yang begitu tidak dipercayainya.

"Ehm, namaku Alexa Bliss, kau bisa memanggilku Bliss, karena aku tak yakin jika nama kita sama," ujar Alexa kemudian dengan melihat Kembali kartu nama tersebut.

Alexa tak tinggal diam, ini adalah peluang bisnis untuknya. Ia akan mendapatkan harga murah untuk pergi ke Abu Dhabi, mengingat perkembangan bisnisnya di sana meningkat secara pesat.

"Kita ditakdirkan untuk menikah bukan?" tanya Alex yang membuat Alexa Bliss melengkungkan senyum.

"Ya, aku kira demikian, kau akan memberikan separuh dari saham perusahaanmu padauk bukan setelahnya dan aku akan menjadi seorang Wanita yang kaya raya," timpal Alexa.

"Aku tak sependapat. Kau adalah Wanita independent."

"Dari mana kau tahu?"

"Dari cara berjalanmu yang secepat kilat"

"Aku Wanita manja yang selalu boros terhadap barang-barang mewah."

"Aku bahkan melihat sisi kebalikannya."

"Aku tak berbohong."

"Aku tak membual."

"Terserah kau kalau seperti itu."

"Aku tak yakin kata terserahmu itu murni dari bibirmu. Kata terserah hanya untuk orang yang tidak punya dedikasi, kau adalah orang yang punya dedikasi."

"Dasar pria aneh,"

"Kau dengan pakaian formalmu di jam malam seperti ini, lima orang yang tadi di belakangmu yang telah tampak lelah. Dan kau masih menyangkal jika kau bukan seorang pebisnis? Seseorang akan begitu terlihat kesuksesaanya dari cara ia berpakaian bukan?"

Kali ini Alexa tertegun denga napa yang dikatakan oleh lawan bicaranya.

Kemudian ia melihat pakaian yang ia pakai, Alexa dengan setelan blazer abu dan kemeja berwarna putih, lengkap dengan warna celana yang senada dan lalu ia membandingkan dengan pakaian milik Alex di hadapannya.

Seperti langit dan bumi.

"Anehnya, orang-orang sering menyiksa dirinya sendiri hanya karena ingin terlihat sukses di mata orang lain. Pakaian mahal namun membuat Gerakan mereka terganggu, sandal dengan runcing yang membuat otot-otot tidak bisa bergerak dengan bebas.

Ayolah, sampai kapan dunia fashion orang kaya selalu menyiksa. Pukul sebelas malam, saatnya tubuhmu tidur. Pakailah pakaian tidurmu dan kita akan terbang ke Abu Dhabi segera dengan salah satu jet pribadiku," ujar Alexander yang membuat Alexa Bliss tidak bisa menyangka atas tawaran ini.

"Bagaimana dengan lima sekretarisku yang lain?"

"Mereka baik-baik saja di New York. Kau pergi sendiri dengan diriku, semuanya akan aman.

Detik ini kita menjadi seorang kekasih," ujar Alexander dengan tiba-tiba.

"Aku menerimanya," ujar Alexa dengan tatapan matanya yang nakal kea rah Alex.

Ketika Alexander akan mendekatkan wajahnya ke hadapan wajah Alexa, jemari Alexa terlebih dahulu menyeka bibir berwarna pink itu. Membuat Alex tersadar.

"Jika ada sex, jangan sampai ada emosi. Jika ada emosi, jangan ada sex. Perjanjian kita saat ini, kau menerimanya?"

"Sangat sulit, tapi aku akan mencobanya," ujar Alex kemudian mengiyakan apa yang telah disampaikan oleh Alexa sebagai sebuah syarat.

Perempuan yang memiliki jalan pikiran berbeda dari kebanyakan perempuan lain.