Akhirnya Stella menghabiskan waktunya seharian dengan membaca buku novel sastra itu, yang sempat dihadiahkan oleh Bastian padanya. Setiap kata yang terutai di buku itu akan selalu mengingatkan Stella pada Bastian, selalu mengingatkan Stella tentang betapa besar pengorbanan dan perhatian Bastian selama ini padanya.
Dan itu entah kenapa membuat Stella sedikit luluh, dan seolah ingin membuka pintu hatinya lebih lebar lagi untuk Bastian. Akan tetapi, apakah itu mungkin?
"Kenapa sangat sulit memilih salah satu di antara dua lelaki?" gumam Stella, yang merebahkan tubuh di atas ranjangnya. "Aku menyukai Bastian, akan tetapi aku juga menyukai Bisma. Tidak bisakah aku mendapatkan keduanya?"
Dia mengerang dan melemparkan bantal ke kepalanya. "Bastian baik, tapi dia bukan satu-satunya tipeku! Dan aku tidak tahu apakah aku menyukainya hanya karena dia baik! Dia kurang keren," katanya sambil melemparkan bantal itu ke perutnya.