Yeah, Stella tidak diperbolehkan tidur di kamarnya sendiri oleh ayahnya, melainkan harus tidur di ruang tamu dan hanya boleh menggunakan satu sofa untuk tempat tidur. Gadis itu ingin menangis akan tetapi egonya melarangnya untuk itu.
Meskipun rasanya sakit, Stella yakin bisa melewati ini.
Ayahnya terlalu marah saat ini untuk memperhatikan apakah perlakuannya malam itu menyakiti Stella atau tidak dan Stella tau mungkin kemarahan itu akan tetap berlangsung sampai esok hari, yang kemungkinan besar akan merugikan Stella sendiri.
"Tapi memangnya apa yang bisa kulakukan?" Gadis itu menekuk kedua lutut saat menemukan satu sofa paling lebar dan paling panjang untuk tidur. Dia merasa menjadi tawanan di sana, bukannya menjadi salah satu bagian keluarga.
Beberapa pelayan yang seringnya datang untuk berpatroli kini terlihat menghindar, seolah Stella memiliki penyakit menular.