"Ya, itu memang benar," kata Stella akhirnya, sepertinya sudah muak dengan semua ini. Jadi lebih baik dia mengaku saja pada ayahnya. "Aku memang mendapatkan surat panggilan itu."
Dengan kata-kata Stella, Pak Beni seperti meledak di tempatnya.
"Beraninya kamu bicara begitu, Stella? Kamu tau kan mendapatkan surat panggilan orang tua dari sekolah adalah sebuah dosa yang besar?" bentak Pak Beni pada Stella. "Seharusnya kamu tidak mempermalukan Ayah seperti ini. Ayah membesarkanmu bukan untuk menjadi anak berandalan! Dan apa ini? Kamu membully siswa lain?"
Pak Beni mengeraskan suaranya, terlihat jijik saat dia melihat kertas di tangannya.
Stella tidak bisa menatap ayahnya. Dia kesal meski takut, karena dia merasa dia baru saja menghancurkan hidupnya untuk selamanya. Jika sampai ayahnya meledak lebih dari ini, maka tamat sudah riwayat Stella. Semuanya akan hancur. Oh, kenapa tadi dia harus mengaku? Tapi surat itu sudah menjadi bukti kan? Stella tidak bisa mengelak lagi.