Jangan hanya memikirkan uang. Kita perlu makan. Kami membutuhkan waktu setidaknya kurang lebih setengah jam di meja makan. Hanya perlu menghabiskan sedikit banyaknya makanan yang sudah disediakan ibu Sesil dengan usaha kerasnya.
Ucapan dan senyuman ibu Sesil terlihat tulus. Sudah lama dia tidak bertemu denganku. Yah, aku akui itu sudah cukup lama.
Bulan-bulan kemarin, ketika terakhir aku menginap di sini, mereka tidak sedang berada di rumah. Jadi, sangat sulit untuk bertemu satu sama lain.
"Ayo habiskan makanannya, tante udah pisahin makan malamnya." Tante Sesil berangkat dari kursi, di piringnya sudah terlihat kosong melompong.
Perut kami seakan hendak pecah. Dari banyaknya makanan yang diisi ke perut cukup mengenyangkan.
Tak kuasa, pertemuan sesingkat ini menjadi keakraban yang mengulang masa lalu. Setelah mengisi perut di meja makan, kami kembali ke tempat semula—ruang tamu. Oslan menduduki kursinya sambil menyimpan kembali laptop ke ransel besarnya.