Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Time Leaps

🇮🇩salsaoption
--
chs / week
--
NOT RATINGS
6.3k
Views
Synopsis
Suatu hal yang hampir bisa dibilang abadi terjadi pada ilmuwan yang sedang bereksperimen. Alvien Harmfield menjadi gila dengan permainan waktu, tersesat dalam ciptaannya sendiri. Membuat sesuatu yang melanggar hukum alam, lompatan waktu. Alvien membuat mesin waktu yang membuat sang Chrono marah, hingga akhirnya Alvien menyaksikan hukuman yang diberikan pada dirinya. Berulang kali berpindah waktu dan berulang kali menyaksikan hal yang menyakitkan. Ditengah keabadiannya yang hampa, Alvien menemukan celah dari labirin waktu. Alvien hanya bisa keluar ketika ia berhasil berbicara dengan sang Chrono itu sendiri. [Note!] • Cerita asli hanya ada di @salsaoption • Instagram : @ansalsaa_ • Ini adalah cerita fiksi semata, semua kejadian belum tentu akan terjadi. • Support saya dengan koleksi, power stone, gift dan komentar.
VIEW MORE

Chapter 1 - •> Dimana Semua Dimulai

Kisah ini dimulai dari laboratorium yang meneliti setiap partikel dan energi yang ada di Bumi. Alvien berjalan disepanjang lorong dan pergi menuju ruangannya, Alvien membuka pintu ruangannya dengan sandi biometrik.

"Hai Vin, muatan partikel mengalami penurunan yang aneh." Kata Dean ketika ketua tim mereka masuk.

Vin segera pergi menuju meja Dean yang berisi komputer tembus pandang. Hologram yang dapat disentuh dan dikendalikan.

"Penururan sebanyak dua ribu partikel setiap tiga menit. Naikkan daya tariknya dan jaga tetap stabil!" Perintah Alvien pada timnya.

"Panggilan kepada tuan Alvien Harmfield, diharapkan segera menuju ruang tunggu tamu." Panggilan tersebut tersebar ke seluruh ruangan di laboratorium melalui pengeras suara.

Alvien yang baru saja terduduk di kursi kerjanya harus bangkit lagi dan menemui tamu nya. Ilmuwan muda berusia 24 tahun itu keluar dari ruangannya dan menyapa beberapa orang.

Nama Alvien cukup terkenal di kalangan ilmuwan lainnya, pasalnya ia meraih beberapa penghargaan berkat usahanya dan umurnya yang masih muda.

Seorang lelaki yang rambutnya sudah mulai memutih dan seseorang lainnya yang tak Alvien kenal dirinya dapatkan ketika ia baru saja memasuki ruang tunggu tamu.

"Selamat siang Vin." Sapa lelaki tua itu.

"Selamat siang tuan Eiger. Bagaimana kabar anda?" Sahut Alvien dan duduk di sofa ketika ia dipersilahkan.

Mereka berdua berbincang hangat sebelum memulai topik yang lebih serius. Eiger memperkenalkan Samuel pada Alvien.

"Saya Alvien Harmfield, panggil saja Vin." Alvien menjabat tangan Samuel dan tersenyum ramah.

Setelah sesi perkenalan selesai, wajah Eiger berubah menjadi lebih serius. Eiger dan Alvien membahas tentang proyek yang dilakukan Alvien bersama tim nya, Eiger merupakan orang yang membiayai penuh proyek Alvien.

"Apakah perjalanan waktu memungkinkan?" Kali ini Samuel yang bertanya.

Samuel sendiri merupakan rekan Eiger sekaligus ilmuwan terbaik dari daerah yang jauh dari tempat mereka berpijak sekarang.

"Jawabannya mungkin, dengan bantuan energi terbarukan ICYTP serta Nanoteknologi membuat perjalanan waktu menjadi memungkinkan untuk dilalui." Jelas Alvien tanpa menghilangkan harapan. Alvien tahu betul bahwa perjalanan waktu masih mustahil untuk dilalui.

ICYTP merupakan singkatan dari Impact CYan Technologi Particle adalah sebuah sumber energi terbarukan yang sengaja dibuat oleh manusia untuk bertahan dari dunia yang hancur.

Samuel mengangguk paham dengan penjelasan Alvien.

"Tapi—"

Ucapan Samuel sengaja dipotong oleh Eiger.

"Jadi kalian bahas saja berdua sepuas hati, Vin ku tinggalkan Samuel untukmu. Sampai bertemu nanti." Eiger mengakhiri pembicaraan dan pergi meninggalkan Samuel berdua dengan Alvien.

Alvien kemudian mengajak Samuel menuju ruangannya. Alvien menjelaskan siapa Samuel pada timnya, setelah selesai berkenalan satu sama lain, timnya langsung saja kembali pada posisinya.

"Aku paham betul dengan penjelasan tadi, tapi bagaimana bisa dengan 2 partikel itu saja?" Tanya Samuel pada Alvien yang sedang memeriksa jaring-jaring partikel.

"Siapa bilang hanya memerlukan 2 partikel? Aku tadi hanya menyebutkan partikel terbaik yang membantu jalannya mesin waktu ini." Alvien tersenyum dan mengalihkan pandangannya.

Alvien membahas lebih dalam mengenai alat pelintas waktu yang sedang ia kembangkan bersama timnya. Samuel mengerti secara teori dengan apa yang disampaikan, ia pergi menuju meja kecil yang ada di pojok ruangan dan melihat kalender.

"Tahun 2243, kita beruntung telah melewati masa kritis dunia." Gumam Samuel pada dirinya sendiri.

"Samuel Fabius Clicks, seorang ilmuwan muda yang meraih banyak penghargaan." Alvien membacakan artikel mengenai Samuel yang kini berbalik menghadap ke arah Alvien.

Samuel diam, menunggu Alvien kembali bersuara. Alvien dengan rambut coklat tuanya kembali menatap layar dan membaca biodata Samuel.

Samuel memutuskan untuk berkeliling di ruangan milik Alvien sembari bertanya tentang mesin waktu dengan Dean.

Alvien mengajak Samuel untuk beristirahat di kantin karena saat ini waktunya makan siang. Alvien memesan salad sayur, begitu juga dengan Samuel.

"Hanya makan itu? Ada steak di kantin." Tanya Alvien ketika Samuel memesan makanan yang sama.

"Aku butuh nutrisi sayur untuk menjaga tubuhku." Jawab Samuel dan duduk diseberang Alvien.

Pikirannya dipenuhi pertanyaan mengenai mesin waktu yang sedang dibuat oleh Alvien, tapi semua pertanyaan itu ia simpan dalam kepalanya dan akan ia keluarkan lain kali.

Seusai makan siang, Samuel bertanya pada Alvien dimana letak perpustakaan. Alvien memberitahukannya pada Samuel bahwa perpustakaan ada di ujung kiri laboratorium bagian refleksi pikiran.

Sesampainya di perpustakaan, Samuel mencari buku tentang waktu dan partikel. Meyakinkan dirinya tentang suatu hal yang mustahil.

"Melintasi waktu itu mustahil, tapi entah kenapa dia sangat yakin akan hal itu." Gumam Samuel sembari membolak-balik halaman dari buku yang ia ambil.

"Waktu? Partikel? Rupanya kau sama gilanya seperti Vin." Kata penjaga perpustakaan tiba-tiba.

Samuel terkejut dengan kehadiran penjaga perpustakaan dan menutup bukunya. Samuel hanya diam, menunggu penjaga itu melanjutkan kalimatnya.

"Dia memang gila, kurasa ini takkan berhasil." Samuel berucap ketika ia tahu penjaga juga menunggu reaksinya.

"Gila bukan berarti mustahil menciptakan sesuatu yang memungkinkan bukan? Sampaikan salam ku pada Vin, bilang padanya bahwa lakukan yang terbaik." Penjaga perpustakaan itu berbalik dan kembali berjalan mengelilingi perpustakaan, memeriksa setiap buku.

Samuel mengembalikan buku yang ia pinjam dan kembali menuju ruangan Alvien. Samuel hanya bisa berdiam di depan pintu, karena Alvien belum menyetel sandi biometrik pada Samuel.

Samuel akhirnya mengetuk pintu dan Alvien membukakan nya. Alvien menyerahkan kartu identitas Samuel pada Samuel.

"Kau bisa masuk ruangan dengan menggunakan itu, kami masih belum bisa menyetel sandi biometrik mu karena dirimu belum resmi disini." Jelas Alvien sembari mengunyah sebuah apel hijau.

"Penjaga perpustakaan titip salam, dia bilang lakukan yang terbaik." Kata Samuel pada Alvien.

Alvien hanya mengacungi jempol perkataan Samuel dan kembali fokus pada pekerjaannya. Semua ilmuwan pulang pada sore hari, kecuali yang mendapatkan lembur.

Alvien melepaskan jas nya dan berganti pakaian menjadi jaket biasa saat hendak pulang menuju rumahnya.

Sebelum pulang, Alvien membeli beberapa roti dan pergi menuju tempat terbuang. Daerah Alvien memang tempat yang kaya akan kebutuhan manusia, baik secara finansial atau ilmu.

Mereka menyebut tempat terbuang sebagai Lostland, tempat dimana banyak pemukiman kumuh dengan hukum berantakan. Sumber daya manusia yang buruk dan kualitas ilmu yang sangat tertinggal jauh dari Atraxis.

Alvien memberikan rotinya pada beberapa tunawisma yang ada di Lostland. Peradaban mereka memang maju, tapi tak semaju Atraxis.

Lostland dikenal dengan hukumnya yang hancur dan tempatnya para kriminal, perdagangan gelap hingga perbudakan.

"Sifat buruk manusia, ingin bebas tapi menyengsarakan yang lain." Alvien berdecak sembari berjalan keluar daerah Lostland.

Alvien yang sudah sampai di apartemen miliknya langsung saja bergegas melepaskan jaketnya dan memasak makan malam. Alvien tidur sendirian di apartemennya, tanpa keluarga dan kekasih.