"Gara!" pekik Arin dengan terkejut. Dia langsung membantu Gara untuk kembali ke ranjangnya dengan susah payah. "Kamu tidak apa apa, kan? Apa perlu kupanggilkan dokter?" tanya Arin.
Gara menggeleng. "Tidak, tidak usah. Aku hanya mau kamu di sini dulu. Aku ingin tahu bagaimana keadaanmu ketika kamu menghilang."
Arin tersenyum, ia duduk di tepi ranjang seolah mereka tidak pernah terjadi apa apa sebelumnya.
"Malam itu … waktu kamu ingin menemuiku … aku turun dari taksi dan hendak masuk ke dalam restoran. Tapi tiba tiba laki laki menarikku ke dalam mobilnya dan membuatku tidak sadar. Hingga kemudian aku sadar jika aku telah diculik oleh lelaki itu.
"Aku tak bisa kabur maupun lari dari sana. Aku bertahan meski hampir diperkosa."
"Diperkosa?" tanya Gara tak percaya.
Arin mengangguk. "Bagaimana … bisa?"
Arin mulai menangis, ia sesenggukan hingga tanpa sadar jari Gara mengusap air mata tersebut. "Tak apa apa kamu sudahaman di sini," kata Gara dengan lembut
