"Kau tidak diizinkan untuk banyak bertanya di rumah ini, Nyonya Watson. Tugasmu di sini hanya bekerja melayani Tuan Drigory dan melakukan apa pun yang ia minta," jawab Black dengan nada yang begitu dingin.
Seketika itu juga Viona tak membuka mulutnya. Sepertinya ia sadar ada sesuatu yang kelam di dalam rumah ini.
"Kenapa orang kaya selalu punya cerita kelam?" gumam Viona.
"Mari kuantar ke kamar Nathan," ucap Black sambil melangkah ke sebuah kamar yang ada di ujung lorong itu. Black membuka kamar itu dengan sangat hati-hati. Kemudian ia masuk bersama viona.
Viona begitu takjub melihat kondisi kamar Nathan. Untuk ukuran seorang pemuda, kamar Nathan terlihat terlalu bersih bahkan mungkin bisa dibilang kosong.
"Apa anak ini tidak punya hobi apa-apa?" tanya Viona.
Black sama sekali tak menjawab pertanyaan Viona. Ia justru langsung memberikan pengarahan kepada Viona tentang pekerjaan yang harus ia lakukan di kamar ini. "Kau hanya perlu datang ke sini untuk membersihkan kamar mengganti seprei. Dan jangan mengubah posisi apa pun benda di dalam kamar ini."
Sekali lagi Viona dibuat merinding oleh sikap yang tak menjawab pertanyaannya. Padahal pertanyaan yang sangat simpel.
"Ayo kita keluar. Kita harus ke kamar Jimmy," ucap Black.
Sambil berkomat-kamit tidak jelas, Viona mengikuti langkah Black. Mereka lantas menuju ke kamar yang berada tepat di depan kamar Nathan. Black membuka pintu kamar yang dikunci itu. Viona bertanya-tanya untuk apa ia harus masuk ke kamar seseorang yang sudah mati.
Begitu masuk ke kamar Jimmy, ia melihat banyak sekali buku ada di kamar pria yang sudah tidak ada itu.
"Dia anak yang pintar ternyata," gumam Viona.
"Jimmy adalah duplikat dari tuan Drigory. Sifat wajah dan hobinya hampir mirip dengan ayahnya. Dan Jimmy sangat menyukai sastra. Hal yang paling dibenci oleh Nathan," ucap Black tiba-tiba.
Viona memperhatikan bagaimana Black bicara. Viona menyadari Black seolah seperti sedang mengenang sosok Jimmy. Padahal jika dipikir-pikir, Black hanya anak buah Tuan Drigory.
"Mendengar ceritamu kupikir Jimmy adalah pria yang penyayang. Tuanmu tidak seperti itu," ucap Viona menyela perkataan Black.
Black buru-buru menepis anggapan Viona tentang tuannya. "Kau tak tahu siapa Tuan Drigory. Jangan menilai dia dari luar." .
"Baiklah, aku tak akan banyak bertanya dan bicara lagi. Apa yang harus kulakukan di kamar anak malang ini?" tanya Viona.
"Anak malang? Kenapa kau berkata seperti itu tentang Jimmy? Kau bahkan tak pernah melihatnya."
Sekali lagi Viona dibuat kesel oleh ucapan Black. Pria Ini begitu dingin kepadanya. "Di kamar putriku juga ada banyak sekali buku sastra," ucap Viona menjelaskan. "Putriku sangat menyukai buku dan fiksi sejak kecil karena ayahnya juga menyukainya. Tapi sejak kepergian suamiku putriku tak menyentuh buku itu kecuali karena tugas kuliahnya. Kupikir buku-buku ini juga kehilangan tuannya karena kepergian Jimmy. Seseorang yang menyukai sastra kupikir adalah orang-orang yang berhati lembut."
"Lembut?" Black tersenyum seakan meledek ucapan Viona. 'Apanya yang lembut dari pemuda itu?" sahut Black.
"Maukah kau menjelaskan kepadaku kenapa dia mati, Tuan Black?" Viona ingin memulai pembicaraan yang serius dengan Black mengenai Jimmy.
"Please, panggil aku Black saja. Kupikir usiamu lebih tua daripada aku." Black seakan meluruskan posisi mereka.
"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan tentang usia? Meskipun umurku sudah empat puluh tahunan aku masih terlihat sepuluh tahun lebih muda dari umurku, kan?" ucap Viona tak terima.
"Maaf, Nyonya Watson. Aku lupa kalau kita tidak boleh bertanya tentang usia kepada wanita. Baiklah sekarang kita ke kamar utama. Kamar Tuan Drigory." Black tak ingin bicara lagi tentang umur.
Black pun mengantar Viona menuju ke sebuah lorong di mana ada anak tangga ke atas. Viona takjub melihat ruangan itu yang sebenarnya tidak terlihat besar tapi memiliki tangga yang begitu estetik.
"Kamarnya berada di lantai tiga?" tanya Viona.
"Ya," jawab Black singkat.
Begitu sampai di lantai tiga, Viona disuguhkan pemandangan yang sungguh luar biasa. Ada meja billiard di ruangan itu dan juga berbagai koleksi minuman beralkohol yang tertata rapi di rak kabinet.
Viona berdecak kagum saat melihat tempat ini. "Dia benar-benar kaya," ucap Viona. "Baru kali ini aku melihat orang sekaya ini."
"Apakah di ibukota tidak ada orang kaya, Nyonya Watson?" tanya Black dengan senyumnya yang seolah menyindir perkataan Viona.
Ia lantas membukakan pintu kamar milik tuan Drigory. Di dalamnya terdapat sebuah ranjang besar, isinya tidak terlalu ramai. Sepertinya Tuan Drigory mirip dengan Nathan yang tidak terlalu suka banyak barang berada di kamarnya.
"Kau harus pastikan kalau kau membersihkan kamar ini pagi dan sore hari. Jika kau mendapati Tuan Drigory ada di kamarnya, abaikan saja dan lakukan tugasmu. Terlebih saat ada Lucy di kamar ini," kata Black.
"Wanita itu juga ada di sini"
"Mereka akan bertunangan," jawab Black.
"Oh, pantas," ucap Viona sambil tersenyum.
"Kenapa kau berkata seperti itu, Nyonya Watson?"
"Entahlah, rumah ini terasa asing dan dingin. Padahal ada banyak orang dan juga anggota keluarga di sini. Ternyata tidak ada seorang ibu di dalam rumah sebesar ini."
"Dia sudah pergi saat Nathan masih bayi. Perlu kuingatkan, kau tidak diizinkan membicarakan tentang Jasmine di rumah ini terutama di depan Nathan ataupun Tuan Drigory." Lagi dan lagi, Black memberi peringatan.
"Namanya Jasmine." Viona memutar bola matanya. Ia merasa terlalu banyak hal yang tidak boleh di dalam rumah ini.
"Kenapa rumah ini penuh dengan misteri?" Viona dipenuhi rasa penasaran yang luar biasa.
"Seharusnya kau mengerti setelah melihat dua orang mati di depan rumah tempo hari," kata Black.
"Aku sudah menolak pekerjaan ini, tapi tuanmu terus mendesakku dengan angka yang membuat mataku buta," jawab Viona.
"Aku heran, kenapa kaum wanita sangat menyukai uang," ucap Black yang kemudian menuju ke balkon kamar Tuan Drigory.
Di balkon rumah itu ada tanaman bunga melati. Bunganya begitu subur sehingga tercium aroma melati yang sangat menenangkan jiwa.
"Kau harus pastikan menyiram bunga ini pagi dan sore hari. Jika Tuan Drigory melihat bunga ini layu, maka tamatlah riwayatmu," ucap Black.
Seketika Viona memegangi lehernya. "Apakah aku harus mati hanya gara-gara bunga melati?"
"Jangan banyak bertanya. Lakukan saja apa yang menjadi tugasmu. Dengan begitu kau akan mendapatkan uang yang kau inginkan dan nyawamu juga akan selamat." Black berusaha memperingati Viona.
Black lantas mengajak keluar Viona. Kamar tuan Drigory adalah tour terakhir dari Viona. Dan ia mengajak Viona ke ruang kerja tuan Drigory untuk menandatangani perjanjian kontrak kerja.
"Silakan tanda tangani surat ini," ucap Black seraya menyodorkan kertas berisi kontrak kerja Viona selama bekerja di rumah Tuan Drigory.
Viona mengambil surat kontrak itu lalu membacanya. Viona membacanya dengan begitu serius pasal demi pasal yang terlampir pada kertas itu.
"Dari semua hal ini hanya uang yang menguntungkanku," ucap Viona. "Aku harus tunduk dan taat kepada dia seolah dia adalah raja. Apakah ini cara kerja kalian di sini?" tanya Viona.
"Untuk mendapatkan uang yang jumlahnya tidak sedikit, harus ada sesuatu yang dikorbankan, Nyonya Watson. Tak hanya uang, Tuan Drigory juga menjamin keamanan dan keselamatan putrimu selama berada di kota ini. Hal itu tak mudah, mengingat siapa Tuan Drigory." Black menatap Viona dengan tatapan yang bisa menusuk pandangan Viona.
Ucapan Black terasa aneh di telinga Viona. "Memangnya dia siapa?" tanya Viona heran.
Bersambung ...