Jam pulang sekolah, Jimi berjalan menuju halte bis sendirian. Agus sudah pulang sendiri mengendarai sepeda pancal andalannya. Jimi harus pergi ke tempat amannya. Apalagi kalau bukan berlatih tari. Sebuah dance club yang cukup besar di sisi lain Kota Jakarta. Hasil kerjasama dia dengan sahabat kecilnya sekaligus guru tarinya, Hosi. Mengendarai bis sekitar 30 menit, Jimi tiba di halte Karangasem. Di mana dia harus berjalan lagi sekitar satu blok untuk menuju studio tari mereka yang bernama Hope In Dance Studio.
Jimi yang tersenyum ramah, masuk melangkah menuju studio mereka. Seragam putih itu sudah berganti dengan kaos polos hitam sedangkan kacamata sudah disimpan rapi dalam ras ranselnya. Rambut yang biasanya klimis menutupi wajahnya kini basah dan dirapikan ke belakang. Bahkan cara berjalan pun dia menjadi jauh lebih santai dan percaya diri.
"Tristan, udah dateng lu?" tanya seorang pria yang berpapasan dengannya.