Vano berjalan dengan begitu percaya diri kembali memasuki perusahaan milik orangtuanya. Dia bisa saja melepaskannya, apa lagi dia sudah memiliki usaha lainnya kini. Jiwa pebisnisnya sama sekali tidak bisa menjatuhkannya. Dia bangkit lagi dengan mudah apalagi dengan bekal yang dimiliki dari ibu dan kakeknya. Hanya saja perusahaan itu bagaimanapun adalah milik keluarganya. Tidak mungkin dia melepaskannya begitu saja pada orang asing.
Ya, Vano sama sekali tidak rela kalau perusahaan itu jatuh begitu saja di tangan orang yang sama sekali tidak memiliki hak. Mungkin memang ibu atau kakeknya bersalah, tapi perusahaan itu turun menurun dibangun oleh sang kakek buyut. Lagipula Eliz juga sepertinya tidak kompeten dalam mengurus perusahaan. Terkahir yang dia dengar perusahaan itu terus menerus menurun kinerjanya. DIa mendengarnya dari Zoya yang masih bekerja di sana.