Aku di kamar di temani kedua oramgtuaku juga Yoon yang setia menemani. Beruntung ruangan itu ber-AC jadi aku tidak terlalu kepanasan. Aku masih bisa menahan sakitnya hingga pembukaan tujuh. Perawat menyarankan aku untuk menunggu di ruang persalinan karena bayi mungkin akan lahir dalam waktu dekat. Yoon menemaniku pindah sekitar jam 11 malam.
Ruangan itu sangat sepi. Ada seorang ibu yang tidak lama juga masuk ke dalam ruang bersalin. Kami mengaduh bersama sepanjang malam itu. Yoon terus di sana, menggenggam tanganku dan sesekali mengusap kepalaku yang berkeringat karena panas. Aku ingat perawat memintaku untuk menghadap kiri untuk membantu proses percepatan bayi masuk ke jalur lahir. Aku menurut saja dalam diam. Aku hanya bisa terus menerus berdoa dalam hati memohon ampunan pada Tuhan YME. Aku memohon agar persalinanku berjalan dengan lancar.