Lexa masih tidak tahu harus berbuat apa saat Vano masih terus diam di sisinya. Bahkan hingga mereka tiba di rumah, pria itu masih diam. Lexa tentu saja santai karena dia merasa tak ada yang salah dengan dirinya. Ya mungkin satu-satunya kesalahannya adalah karena dia tidak memberi kabar. Masalahnya hal ini adalah baru baginya.
Baru saja Lexa masuk ke kamarnya dan meletakkan tas di atas meja belajarnya, Vano sudah melantur lagi.
"Kau ini tidak peka ya? Sudah tahu kekasihmu ini sedang marah!"
"Apa lagi? Baiklah aku minta maaf. Sekarang biarkan aku pergi ke kamar mandi."
"Apa? Kau ini keterlaluan, Lexa. Bagaimana kau bisa sangat tenang begini? Kau harusnya merasa bersalah. Mungkin bisa bicara dengan manis padaku. Rayu aku atau bahkan mungkin memelukku untuk memberi ketenangan."
Lexa hanya bisa mengernyit karena sungguh sikap pria ini sangat konyol.