"Gue mau pulang!" pinta Clara dengan suara lemahnya.
Baru saja Clara akan melangkah tapi Alex menahan tangannya, Clara pun menatap Alex dengan tajam.
"Gue anter ya? Gue nggak bisa biarin lu pulang sendiri," tawar Alex pada Clara.
Mendengar hal itu Clara pun tersenyum sinis, baru saja beberapa saat lalu Alex hampir membuatnya gila dengan menguncinya di kelas hingga malam. Dan kini, pria itu sombong malah bersikap seolah-oleh ia sangat peduli pada keselamatan Clara.
"Apa peduli lo tentang hidup gw? Lupa ya, tadi lo bahkan bikin gue hampir gila karna ketakutan!" balas Clara dengan sarkas.
"Iya gue minta maaf. Gue kan tidak tau kalau lo trauma kegelapan," jawab Alex membela diri.
"Tapi lo sudah keterlaluan, sudah bener-bener kelewatan batas. Mending kita masing-masing aja deh, dan gue harap lo jangan ganggu gue lagi!" tekan Clara mulai terbawa emosi.
Setelah mengatakan hal itu, Clara meninggalkan Alex yang terdiam di sana. Clara menghapus air mata di wajahnya, lalu ia melangkah meninggalkan area sekolah. Tidak jauh dari persimpangan jalan sebelum sekolah ada sekumpulan preman yang sedang pesta minuman keras, sebenarnya Clara merasa takut tapi satu-satunya jalan menuju ke rumahnya hanya melewati jalan itu.
Mau tidak mau Clara harus melewatinya, dan ia harap semua akan baik-baik saja. Tapi sayang harapannya itu tidak terkabulkan, karna nyatanya preman-preman itu melihat Clara dan langsung merespon kehadiran Clara di sana. Preman-preman itu langsung mendekati Clara, lalu mereka mulai mengelilingi Clara dengan tubuh yang sudah sempoyongan karna mabuk.
Clara mengeratkan genggamannya pada tali tas yang dipakainya, lalu ia mencoba untuk melewati preman-preman itu. Tapi tiba-tiba salah satu diantara preman itu menarik tangan Clara, hingga Clara tidak bisa meninggalkan tempat itu. Firasat buruk mulai Clara rasakan, ia pun mencoba untuk melepaskan diri dari genggaman preman-preman itu.
"Lepaskan, tolong lepaskan tangan saya!" pinta Clara pada preman-preman itu.
"Wis cantiknya, boleh kali kenalan?" kata preman yang menguncir rambutnya sambil mencolek dagu Clara.
"Jangan macam-macam ya, lepaskan tangan saya!" kecam Clara tidak suka.
"Macam-macam? Tidak kok hanya 1 macam saja," jawab preman yang memakai tindik di telinganya.
"Cakep nih! Pasti masih asli," lanjut preman yang memiliki tato di lehernya.
"Ayolah temenin kita!" ajak preman yang di kuncir.
Mendengar hal itu tubuh Clara pun menjadi gemetar, rasa takut dan jijik mulai berkumpul dalam hatinya.
"Tidak mau, lepaskan tangan saya! Lepaskan!" berontak Clara mencoba melepaskan diri dari genggaman preman-preman itu.
"Berisik banget sih!" bentak preman bertindik pada Clara.
"Udah sini gue bikin diem, hahaha!" usul preman bertato sambil mendekati Clara dan akan menciumnya.
Seketika Clara pun menjadi panik dan takut, dia tidak tahu harus berbuat apa sedangkan kedua tangannya dikunci oleh preman yang rambutnya di kuncir. Clara hanya bisa berharap jika ada seseorang yang datang dan menolong, siapapun itu Clara sangat mengharapkan bantuannya.
"Tolong tuhan, siapapun itu kirimkan seseorang untuk menolongku. Aku benar-benar tidak tau harus apa? Mereka terlalu kuat untuk aku lawan, bantu aku tuhan!" harap Clara dalam hati.
Preman-preman itu semakin mendekati Clara Bahkan mereka mulai menyentuh tubuh Clara, seketika air mata Clara pun jatuh dan mengalir di pipinya. Sungguh Clara benar-benar ketakutan, Apakah ia bisa selamat dari preman-preman itu? Ataukah ini akhir dari kesuciannya?
Sedetik sebelum preman-preman itu menyentuh keseluruhan tubuh Clara, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di depan mereka. Clara pun bernapas lega melihat ada seseorang yang akan membantunya, setidaknya sekarang ia selamat sentuhan menjijikkan dari preman-preman busuk itu.
Orang yang memiliki mobil itu pun keluar, wajahnya terlihat dingin dan datar. Tanpa banyak bicara lagi dia menghajar preman preman itu dengan kejam, hingga akhirnya preman-preman itu terkapar tidak berdaya di atas tanah. Lalu orang itu menarik Clara masuk ke dalam mobilnya, Clara hanya menurut dan tidak lagi protes. Setelah itu mobil pun melaju meninggalkan tempat itu, menuju ke rumah Clara.
"Bisa tidak sih jangan ngelawan gue sekali aja, lihat sendirikan kalau tadi gue tidak datang gimana? Harusnya lo dengar ucapan gue sebelumnya, kan jadinya tidak mungkin seperti ini!" omel pria itu pada Clara, yang tidak lain adalah Alex.
Clara pun langsung menekuk wajahnya kesal, walaupun sebenarnya ia sangat merasa lega karna kedatangan Alex sudah menyelamatkan dirinya tapi tetap saja pria itu terlihat menyebalkan. Baru saja Clara bersyukur karna Alex menolongnya, kini malah di buat kesal karna omelan pria itu yang menyalahkan dirinya terus-menerus.
"Lo kok jadi bawel sih? Emang apa peduli lo tentang hidup gue? Lo kan benci sama gue, harusnya lo seneng kan kalau gue menderita!" balas Clara dengan heran.
Mendengar balasan Clara, Alex pun jadi memikirkan hal itu. Ia sendiri baru sadar akan perhatiannya yang berlebihan pada Clara, padahal sebelumnya ia sama sekali tidak peduli tentang apapun yang terjadi pada Clara.
"Lah iya juga, kok gue jadi perhatian gini sih sama dia? Ya jujur aja gue tidak tega melihatnya nangis kayak tadi, tapi wajar tidak ya kalau gue seperhatian ini? Tau ah gue juga tidak mengerti sama perasaan gue sendiri, intinya gue melakukan ini semua cuma untuk menebus rasa bersalah gue aja. Iya, cuma itu!" batin Alex berkata.
"Ya gue merasa bersalah aja tentang yang di sekolah tadi, makanya gue mau nganter lo sebagai permintaan maaf gue!" jawab Alex dengan alasan seadanya.
"Bagus deh kalau sadar. Sering-sering aja ya atau diri seperti ini," balas Clara dengan sindiran keras.
Suasana pun berubah hening, baik Alex ataupun Clara keduanya sama-sama terdiam dan mengunci rapat mulut mereka. Mungkin karena lelah berdebat, atau lelah fisik karena 2 masalah yang mereka lalui sebelumnya.
Hingga tidak terasa mobil Alex tiba di depan rumah yang alamatnya Clara Sebutkan sebelumnya, Clara pun langsung turun dari mobil Alex dan mengucapkan terima kasih. Bagaimanapun Alex sudah membantunya, karena itulah Clara mengucapkan terima kasih padanya.
"Terima kasih sudah mengantar dan bantu gue!" ucap Clara dengan serius.
"Iya sama-sama, ya sudah gue balik ya?" balas Alex sambil pamit.
Clara pun mengangguk paham, setelah itu mobil Alex kembali melaju meninggalkan rumah Clara. Setelah mobil Alex sudah tidak terlihat lagi Clara pun masuk ke dalam rumahnya, benar-benar hari yang melelahkan. Ada banyak hal yang terjadi, terutama tentang trauma Clara yang membuat Clara jadi tidak nyaman. Bahkan kini tubuhnya menjadi berat, dan kepalanya terasa pusing. Di tambah lagi preman-preman itu, benar-benar membuat Clara jadi merasa jijik karna tubuhnya sudah di sentuh oleh mereka