Chereads / Takdir Sang Manusia Serigala / Chapter 11 - Sikap Richard Yang Aneh!

Chapter 11 - Sikap Richard Yang Aneh!

Nicholas terdiam sejenak, saat Richard mengajukan pertanyaan yang tidak masuk akal.

"Hah, apa maksudmu?" Nicholas bertanya pada Richard dengan bingung sambil mencoba mengangkat lengan kirinya. Dia menyipitkan matanya untuk melihat luka di lengan kirinya. Tapi saat dia melihatnya, lukanya sudah tidak ada di lengannya.

Seolah luka itu telah hilang dengan sendirinya. Bagaimana bisa?

Karena tidak mungkin jika luka itu tiba-tiba hilang dari lengannya, sedangkan Nicholas melihatnya dengan jelas, bahwa tadi pagi ia melihatnya di cermin, dan ia juga membalut lukanya.

Raut wajah Richard juga terlihat bingung, saat dia memegang perban di tangan kirinya yang masih berlumuran darah namun sudah mengering. Tapi luka itu menghilang dari lengan kiri Nicholas.

"Serius, aku membalut lenganku sendiri pagi ini. Tidak mungkin lukaku tiba-tiba hilang," kata Nicholas dengan nada bingung sambil melihat ke lengan kirinya, berusaha mencari luka yang ada di sana tadi.

Tapi Richard hanya diam dan memandang Nicholas dengan aneh, seolah-olah tatapan yang diberikan Richard padanya adalah ketidakpercayaan yang dibuat-buat.

"Ayolah, bagaimana aku bisa membohongimu, tidak mungkin aku bisa tiba-tiba menyembuhkan diriku sendiri..."

Nicholas membeku sesaat ketika mengucapkan kalimat itu, rasanya kalimat yang di ucapkan itu mulai melenceng dan tidak seperti biasanya. Bagaimana tidak, mengapa Nicholas tiba-tiba berpikir bahwa tubuhnya bisa menyembuhkan dirinya sendiri.

Nicholas adalah orang nomor satu yang tidak mempercayai tentang mitos. Tapi sebaliknya, dia malah memberikan alasan yang tidak masuk akal, yang membuat tatapan Richard semakin aneh kepadanya.

Tatapannya kali ini mengisyaratkan seribu pertanyaan yang harus dijawab Nicholas sekaligus, dan ketika dia tidak menjawab, Richard bisa membunuh sahabatnya dengan tatapan tajamnya.

"Hei, Richard apa yang kamu pikirkan? Kamu jangan becanda!" kata Nicholas sambil menggoyangkan bahu Richard. Mencoba membuatnya kembali sadar.

"Hah, kurasa kamu yang seharusnya tidak main-main denganku!" Dia menjawab sambil melebarkan matanya, lalu kembali ke posisi duduknya. Dia melihat ke depan dengan tatapan kosong, tanpa berbicara dia hanya diam.

Gemetar tangannya tak bisa ia sembunyikan, keringat dingin mulai menetes perlahan dari kening pria yang kini duduk di sebelah Nicholas.

Apa yang salah dengan dia? Apakah aku melakukan sesuatu yang salah?. Nicholas menggerutu di dalam batinnya.

Rasanya kali ini Nicholas telah melakukan sesuatu hal yang buruk sehingga membuatnya seperti itu.

Nicholas merogoh ponselnya di saku depan dan memeriksanya, masih ada baterai yang tersisa.

"Richard, ini pukul 14:20. Aku akan bekerja di Bibi Lauren dalam sepuluh menit." Nicholas berkata kepadanya dengan sedikit panik karena perjalanan ke toko bunga itu cukup memakan waktu.

Tanpa Richard berbicara atau menjawab apa yang dikatakan Nicholas kepadanya, dia tiba-tiba menyalakan Jeep-nya dan melaju pergi dengan cepat.

Dan keduanya kini telah meninggalkan pom bensin. Jalan yang ditempuhnya memang benar, mengarah ke tempat Nicholas bekerja paruh waktu. Di toko bunga bibinya.

Selama perjalanan yang memakan waktu hampir sepuluh menit, mereka berdua terdiam dan tidak mengatakan sepatah kata pun. Dan itulah yang membuat Nicholas bertanya-tanya pada dirinya sendiri, saat ini.

Ribuan pertanyaan muncul di kepalanya karena tiba-tiba perilaku Richard berubah. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya. Tapi kali ini berperilaku sangat aneh, sehingga berhasil membingungkannya.

Mereka berdua berhenti di toko bunga tempat Nicholas bekerja, dia memandang Richard, tetapi Richard tidak memandangnya, tatapannya masih ke depan, dan seolah-olah Richard tidak ingin memandangnya.

"Hei, terima kasih atas tumpangannya, sampai jumpa besok," kata Nicholas sambil turun dari mobil Richard, lalu menutup pintu Jeep-nya perlahan, Nicholas bisa melihat Richard hanya menganggukkan kepalanya pelan. Tanpa melihat kembali ke Nicholas.

Dan setelah itu, Richard langsung tancap gas dan pergi di depan Nicholas.

Apa yang salah dengan dia? Kenapa dia bersikap aneh seperti itu? Mungkin sesuatu terjadi padanya, yang membuatnya seperti itu. Cukup. Pasti besok juga akan kembali seperti biasanya. Nicholas bergumam.

Nicholas berbalik dan berjalan menuju toko bunga di depannya. Toko ini lumayan besar, Bibi Lauren mengatakan bahwa toko ini sudah ada sejak lama, sekarang sudah tahun 2022 sedangkan katanya bangunan ini sudah ada sejak tahun 1902, jadi bangunan ini sudah ada selama 120 tahun.

Nicholas menggelengkan kepalanya ketika mengetahui bahwa bangunan tua yang tampak modern ini, memang sudah sangat tua.

Dia masuk ke dalam dan meletakkan tas yang dibawanya di rak biasa, lalu dia memakai celemek yang biasa dia pakai saat menjaga toko.

Toko bunga ini menyediakan berbagai jenis bunga, tanpa takut layu.

Bibinya memiliki ramuan yang katanya bisa mengawetkan bunga di tokonya.

Nicholas tidak mempercayainya, tetapi hanya untuk mendukungnya, jadi dia setuju dengan apa pun yang dikatakannya.

"Hai, Nicholas, aku pulang dulu, tolong buatkan pesanan buket bunga krisan, untuk diambil..." kata Stefanie sambil melihat jam di pergelangan tangan kirinya.

"Dalam sepuluh menit, aku sudah meletakkan daftar itu di rak, sampai jumpa, terima kasih!"

Nicholas belum sempat mengutuknya, tapi dia sudah kabur dari toko. Stefanie selalu seperti itu, dia adalah rekan kerja Nicholas di sini, dia adalah putri Bibi Lauren, pemilik toko ini.

Mereka berdua hampir seumuran, hanya satu perbedaan, dia lebih tua dari Nicholas. Tapi yang membuat Nicholas bingung adalah gadis secantik dia tapi belum punya pacar. Rambut pirang lurusnya tergerai indah, mata birunya membuatnya semakin menarik bagi pria, apalagi dengan hidung yang bisa digunakan sebagai peselancar, dan bibirnya yang seksi membuat Nicholas terkadang jatuh hati kepadanya.

"Sial, aku harus segera menyelesaikannya. Sial, Stefanie."

Nicholas segera mencari daftar di rak pemesanan, setelah dia melihatnya, dia dengan cepat membungkusnya.

[Buket krisan, dicampur ungu dan putih. Berbentuk hati di tengah, 14.40]

Nicholas melihat tulisan tersebut dengan tatapan aneh sambil memegang kartu orderan itu dengan aneh. Namun tanpa membuang waktu, Ia langsung mengambil bunga krisan ungu dan putih lalu ia membentuknya sesuai dengan yang diminta dalam tulisan.

Karena Nicholas sudah bekerja di sini selama setahun, dia dapat dengan mudah menyelesaikannya, dan menurutnya buket yang dia buat ini adalah yang terbaik.

"Kurasa yang memesannya adalah seorang wanita tua," kata Nicholas sambil terkekeh.

"Apakah itu buket yang aku pesan?"

Mata Nicholas melebar ketika dia mendengar suara yang datang di belakangnya, dan dia perlahan-lahan menoleh ke arahnya dan hendak memberinya karangan bunga krisan yang baru saja dia buat.

Saat Nicholas menghadapnya, matanya semakin melebar, tangannya gemetar hebat, dan jantungnya tiba-tiba terasa seperti akan meledak ketika dia melihat bahwa wanita yang berada di depannya saat ini adalah,

"Emily..."