Gadis itu berjalan disekitar hutan, tujuan langkahnya juga sudah tak tentu arah. Sedangkan hari sudah petang, tapi Chayeong sepertinya benar benar sengaja meninggalkan Zeanly sendirian.
Dengan wajah kusamnya Zeanly ngomel ngomel sendiri, menyalahi laki laki yang malah meninggalkan dirinya ditengah hutan berduri tanpa arah yang benar.
"Kalau tahu begini males banget gue ikut si Chayeong gila itu? Merepotkan saja, mana ditinggal dihutan gelap begini," dengus Zeanly.
'Kresekk Kresekk'
Dari arah belakang tak jauh, Zeanly menoleh kaget dan spontan bersembunyi dibawah pohon yang besar. Suara kaki berlari kearahnya terdengar cepat, seperti suara hewan besar.
"It-itu apaan anjir!" Pekik Zeanly bersembunyi dengan takut.
'Kresek Keessekk'
Suaranya makin terdengar mendekat, itu membuat Zeanly berhati-hati dan mencari kayu atau batu yang bisa ia gunakan untuk melawan.
'Sreett'
Terlambat, tombak besi itu sudah mencegah pergerakannya. Dengan perlahan orang itu memutar dan berdiri didepan Zeanly, gadis itupun berdiri dengan perlahan menatap orang tersebut.
Wajah pucat, jubah hitam dengan pakian khas petinggi kerajaan. Rambutnya putih sewarna dengan salju, menodong Zeanly dengan tatapan tajamnya.
"Siapa kau? Kenapa kau berada diwilayah negeri Ice?" Tanya-nya mendominasi.
'Uhuk uhuk'
Repleks Zeanly terbatuk kering, tenggorokannya tercekat sudah berpikir ia pasti akan mati mengenaskan sebentar lagi.
"Jawab!" Bentaknya.
Zeanly berjengkit kaget mendengar bentakan orang tersebut, tapi ada yang aneh Zeanly lihat sekarang ini. Ada apa dengan kuping pria itu? Seperti kuping alien yang sering ia tonton di film film.
"Ak-aku Zeanly. Aku bersama kekasihku hendak berburu, iya berburu!" Zeanly mati matian berusaha tetap tenang, walau sebenarnya ia gugup.
Orang yang Zeanly anggap alien itu menatap menelisik dari atas sampai bawah dan sebaliknya, mencari kebohongan pada Zeanly.
"Kau ini wanita tapi tubuhmu bau sekali, apa kau tidak mandi hari ini?" Cemooh pria itu mengomentari.
Zeanly melotot, 'Apa? Berani sekali dia mengataiku bau badan! Apa dia tidak tahu jika aku sangat menjungjung tinggi kebersihan? Dasar sialan!' Batinnya memaki pria didepannya.
"Apa kau melihatku seperti itu?" Tanya orang itu galak, Zeanly cepat cepat menggelengkan kepala, "Ikut aku!" Titahnya menodohnya tombak runcing itu kedepan.
Dengan perasaan khawatir bercampur takut, Zeanly hanya bisa menurut saat dirinya dibawah kehadapan singa putih yang besar dan menyeramkan.
Ouh tidak, apa dia akan dijadikan makanan perjalanan hewan buas di hutan ini? Padahal Zeanly sudah perawatan kulitnya sampai milyaran dan harus berakhir menjadi santapan lezat singa hutan?
'Roarrr'
Singa putih itu menguap dengan suara beratnya, replesk saja Zeanly melompat kebelakang tubuh pria asing tadi.
"Hey! Tetap berdiri didepanku bodoh!" Ucap pria alien itu.
Zeanly dengan tatapan memelas dan kedua tangan yang menangkup itu terlihat sangat memelas. "Aku tidak ingin mati sekarang Tuan, aku masih ingin hidup. Tolong ampuni aku, aku lebih baik jadi gelandangan dari pada harus mati dimakan singa," ucap Zeanly meringis takut.
Pria itu memutar bola mata malas, membuat Zeanly yakin ia tak akan dibiarkan lolos, "Tolong Tuan, biarkan saya hidup kali ini. Saya tidak pernah punya masalah dengan Tuan, tolong Tuan," pinta Zeanly masih memohon.
"Hahahha ... "
Zeanly dan pria alien itu menoleh ke sumber suara, tawa seorang laki laki dengan pakaian jubah putih dan rambut putih tinggi itu tertawa dengan gelaknya.
"Dia siapa?" Tanya Zeanly menyikut pria yang menangkapnya.
"Tanyakan sendiri," sahut pria itu cuek.
"Oh ayolah, kau pasti mengenalnya kan?" Ucap Zeanly mencubit lengan pria alien itu, ia lupa kalau pria itu adalah orang yang menodongkan tombak rungcingnya ke leher Zeanly beberapa waktu lalu.
"Siapa yang kau bawa itu Lee Zou?" Tanya orang itu pada pria disamping Zeanly.
Zeanly menatap keduanya, ia baru sadar jika mereka berdua saling bekerja sama. Ia buru buru melangkah menghindar, seharusnya dia tak mencubit lengan pria alien itu tadi.
"Mohon menjawab yang mulia, namanya Zeanly. Saya menemukannya disemak semak hutan tak jauh dari sini, sepertinya dia adalah mata-mata dari negeri api, terlihat dari pakaiannya yang berbeda dari kita," jawab Lee Zou.
Zeanly segera menyela perkataan Lee Zou. "Heh! Enak aja lo kalau ngomong alien gondrong! Mana ada gue jadi mata-mata? Gue cantik, gue seksi, gue wangi, makanya itu mata sekolahin biar tahu mana mata-mata mana cewek cantik!" Sambar Zeanly sambil bergerak lincah.
Lee Zou yang tak mengerti bahasa aneh Zeanly pun menyela, "Apa yang kau katakan itu gadis aneh? Cium dulu bau tubuhmu, kau pikir bau kungkang mu itu sangat wangi?" Balas Lee Zou.
"Mulut lo yang bau ya anak anjing!" Balas Zeanly mengangkan pakaian lengannya keatas.
"Mulutmu itu gadis lemah!" Balas Lee Zou.
"Apa lo!" Zeanly hendak menonjok pria menyebalkan itu, tapi terhenti kemudian.
"DIAM!" Bentak lelaki rambut putih yang dikepang didepan sana, duduk diatas tubuh singa putihnya yang terlihat sudah jinak.
"Kau ini menarik juga gadis cantik. Lee Zou!"
"Ya, yang mulia? Jendral ini disini," sahut Lee Zou.
"Bawa gadis yang kau sebut bau kungkang itu untuk ikut ke Istana, sekarang!" Titah lelaki berampung kepangan putih itu, menepuk bahu singa putih tersebut dan kemudian Zeanly dipaksa ikut mereka entah kemana dengan keadaan mata ditutup kain hitam.
'Cih, Jenderla, Istana, ini gue mau dibawa kemana elah? Jangan jangan ini dua orang stress lagi, please ini si Chayeong kemana lagi? Ahk!' Batin Zeanly menggerutu, ia sangat menyalahkan Chayeong yang gara gara dia, Zeanly harus bertemu dua orang gila ini.
Sekejap saja, Zeanly kini sudah didalam penjara dan diikat dikayu besar. Sana sini banyak sekali obor dan tahanan yang tengah tidur pulas.
Zeanly menguap, dirinya mengantuk sekali. Matanya yang ditutup kain hitam tak bisa melihat apapun, ia pun tak tahu sekarang dirinya berada dimana.
"Hoaaaaaahh … Ngantuk banget, ini gak ada yang lepas kain dimata gue gitu? Pegel pengen liat pemandangan," monolog Zeanly.
"Diamlah bocah udik, kau ini berisik sekali!" Sahut salah satu tahanan didalam penjara lain.
"Udik udik gini gue cantik, mulut siapa si yang barusan ngomong? Gue lepas nanti gue poles mulut lo!" Zeanly kesal.
Tak lama datang Jenderal Lee Zou beserta tiga anak buahnya, "Ada apa ini berisik sekali? Kau ini gadis lemah, tak dimana mana mulutmu selalu saja mencari ribut, apa harus aku memotong lidahmu?" Geram Lee Zou.
Sangat langka seorang Lee Zou marah marah pada gadis, kelakuan Zeanly sudah sangat membuat Jenderal itu darah tinggi.
Zeanly mendecih. "Gue pengen liat, mata gue gelap terus ini. Kalau mata gue gak ditutup gak akan gue bawel," sahut Zeanly menggerutu.
Lee Zou menggelengkan kepala lelah, baru berdebat dengan gadis aneh saja sudah membuatnya pusing.
"Eun Wo! Lepaskan tali hitam dimatanya," suruh Lee Zou.
"Baik Jenderal!" Sahut Eun Wo bergegas melaksanakan.
Tali hitam dimatanya sudah dilepas, kelopak mata cantik itu berkedip kedip menyesuaikan penglihatannya. Ia menatap keempat orang didepannya dengan keadaan kedua tangan terikat ke atas dan dua gelang kaki dirantai longgar.
"Loh? Lo Eun Wo kan? Iya bener, buktinya lo sekarang pake hanbok warna pink!" Ucap Zeanly melihat jelas jika didepannya itu adalah Eun Wo, petugas pemalak pajak.
"Lo dan lo juga!" Zeanly melihat dua orang lainnya, mereka Hyunjin si kuning dan Kai si biru.
"Lo pada ngapain disini? Mau nolongin gue ya!" Senang Zeanly tersenyum merekah.
'Tak!'
Jenderal Lee Zou menggetok dahi gadis itu, membuat Zeanly mengaduh kesakitan tapi tak bisa mengusap dahinya.
"Lo apa apaan sih alien gondrong? Sakit tahu!" Kesal Zeanly melotot ke arah Lee Zou.
Lee Zou menatap galak pada Zeanly, seketika nyali gadis itu ciut seperti anak kucing yang jinak.
"Dasar gadis kungkang, selain pemberani kau juga banyak bicara," Lee Zou berkomentar sambil menggelengkan kepalanya pelan, berdecak miris.